Novi Adikku
SMA MONTOK |Aku
masih ingat pada waktu itu tanggal 2 Maret 1998, aku mengantarkan adik
iparku mengikuti test di sebuah perusahaan di Surabaya. Pada saat adik
iparku sebut saja Novi memasuki ruangan test di perusahaan tersebut, aku
dengan setia menunggu di ruang lobi perusahaan tersebut. Satu setengah
jam sudah aku menunggu selesainya Novi mengerjakan test tersebut hingga
jam menunjukkan pukul 11 siang, Novi mulai keluar dari ruangan dan
menuju lobi. Aku tanya apakah Novi bisa menjawab semua pertanyaan, dia
menjawab, “Bisa mas…”
“Kalau
begitu mari kita pulang” pintaku. “E… sebelum pulang kita makan dulu,
kamu kan lapar Novi.” Kemudian Novi menggangguk. Setelah beberapa saat
Novi merasa badannya agak lemas, dia bilang, “Mas mungkin aku masuk
angin nich, habis aku kecapekan belajar sih tadi malam.” Aku bingung
harus berbuat apa, lantas aku tanya biasanya diapakan atau minum obat
apa, lantas dia bilang, “Biasanya dikerokin mas…” “Wah… gimana yach…”
kataku. “Oke kalau begitu sekarang kita cari losmen yach untuk ngerokin
kamu…” Novi hanya mengangguk saja.
Lantas
aku dan Novi mencari losmen sambil membeli minyak kayu putih untuk
kerokan. Kebetulan ada losmen sederhana, itulah yang kupilih. Setelah
pesan kamar, aku dan Novi masuk ke kamar 11 di ruang atas. “Terus gimana
cara mas untuk ngerokin kamu Nov,” tanyaku. Tanpa malu-malu dia lantas
tiduran di kasur, sebab si Novi sudah menganggapku seperti kakak
kandungnya. Aku pun segera menghampirinya. “Sini dong mas kerokin…” Dan
astaga si Novi buka bajunya, yang kelihatan BH-nya saja, jelas kelihatan
putih dan payudaranya padat berisi. Lantas si Novi tengkurap dan aku
mulai untuk menggosokkan minyak kayu puih ke punggungnya dan mulai
mengeroki punggungnya.
Hanya
beberapa kerokan saja… Novi bilang, “Entar mas… BH-ku aku lepas sekalian
yach… entar mengganggu mas ngerokin aku.” Dan aku terbelalak… betapa
besar payudaranya dan putingnya masih memerah, sebab dia kan masih
perawan. Tanpa malu-malu aku lanjutkan untuk mengeroki punggungnya.
Setelah selesai semua aku bilang, “Sudah Nov… sudah selesai.” Tanpa
kusadari Novi membalikkan badannya dengan telentang. “Sekarang bagian
dadaku mas tolong dikerik sekalian.” Aku senang bukan main. Jelas buah
dadanya yang ranum padat itu tersentuh tanganku. Aku berkali-kali
berkata, “Maaf dik yach… aku nggak sengaja kok…” “Nggak apa-apa mas…
teruskan saja.”
Hampir selesai
kerokan dadanya, aku sudah kehilangan akal sehatku. Aku pegang
payudaranya, aku elus-elus. Si Novi hanya diam dan memejamkan matanya…
lantas aku ciumi buah dadanya dan kumainkan pentilnya. Novi mendesis,
“Mas… mas… ahhahahahh…” Terus aku kulum putingnya, tanganku pun nggak
mau ketinggalan bergerilnya di vaginanya. Pertama dia mengibaskan
tanganku dia bilang, “Jangan mas… jangan mas…” Tapi aku nggak peduli…
terus saja aku masukkan tanganku ke CD-nya, ternyata vaginanya sudah
basah sekali. Lantas tanpa diperintah oleh Novi aku buka rok dan CD-nya,
dia hanya memejamkan matanya dan berkata pelan, “Yach mas…” Kini Novi
sudah telanjang bulat tak pakai apa-apa lagi, wah… putih mulus, bulunya
masih jarang maklum dia baru umur 20 tahun tamat SMA. Lantas aku mulai
menciumi vaginanya yang basah dan menjilati vaginanya sampai aku mainkan
kelentitnya, dia mengerang keenakan, “Mas… ahh… uaa… uaa… mas…”
Dan
mendesis-desis kegirangan, tangan Novi sudah gatal ingin pegang penisku
saja. Lantas aku berdiri, kubuka baju dan celanaku kemudian langsung
saja Novi memegang penisku dan mengocok penisku. Aku suruh dia untuk
mengulum, dia nggak mau, “Nggak mas jijik… tuh, nggak ah… Novi nggak
mau.” Lantas kupegang dan kuarahkan penisku ke mulutnya. “Jilatin saja
coba…” pintaku. Lantas Novi menjilati penisku, lama-kelamaan dia mau
untuk mengulum penisku, tapi pas pertama dia kulum penisku, dia mau
muntah “Huk.. huk… aku mau muntah mas, habis penisnya besar dan panjang…
nggak muat tuh mulutku.” katanya. “Isep lagi saja Nov…” Lantas dia
mulai mengulum lagi dan aku menggerayangi vaginanya yang basah. Lantas
aku rentangkan badan Novi.
Rasanya
penisku sudah nggak tahan ingin merenggut keperawanan Novi. “Novi… mas
masukkan yah.. penis mas ke vaginamu,” kataku. Novi bilang, “Jangan mas…
aku kan masih perawan.” katanya. Aku turuti saja kemauannya, aku
tidurin dia dan kugesek-gesekkan penisku ke vaginanya. Dia merasakan ada
benda tumpul menempel di vaginanya, “Mas… mas… jangan…” Aku nggak
peduli, terus kugesekkan penisku ke vaginanya, lama-kelamaan aku mencoba
untuk memasukkan penisku ke vaginanya. Slep… Novi menjerit, “Ahk… mas…
jangan…”
Aku tetap saja meneruskan
makin kusodok dan slep… bles… Novi menggeliat-geliat dan meringis
menahan sakitnya, “Mas… mas… sakit tuh… mas… jangan…” Lalu Novi
menangis, “Mas… jangan dong…” Aku sudah nggak memperdulikan lagi, sudah
terlanjur masuk penisku itu.
Lantas
aku mulai menggerakkan penisku maju mundur. “Ah… mas… ah.. mas…”
Rupanya Novi sudah merasakan enak dan meringis-ringis kesenangan. “Mas…”
Aku terus dengan cepatnya menggenjot penisku maju mundur. “Mas.. mas…”
Dan aku merasakan vagina Novi mengeluarkan cairan. Rupanya dia sudah
klimaks, tapi aku belum. Aku mempercepat genjotanku. “Terus mas… terus
mas… lebih cepat lagi…” pinta Novi. Tak lama aku merasakan penisku
hampir mengeluarkan mani, aku cabut penisku (takut hamil sih) dan aku
suruh untuk Novi mengisapnya. Novi mengulum lagi dan terus mengulum ke
atas ke bawah. “Hem… hem… enak… mas…” Aku bilang, “Terus Nov… aku mau
keluar nich…” Novi mempercepat kulumnya dan… cret… cret… maniku muncrat
ke mulut Novi. Novi segera mencabut penisku dari mulutnya dan maniku
menyemprot ke pipi dan rambutnya. “Ah… ah… Novi… maafkan mas… yach… aku
khilaf Nov… maaf… yach!” “Nggak apa-apa mas… semuanya sudah terlanjur
kok mas…” Lantas Novi bersandar di pangkuanku. Kuciumi lagi Novi dengan
penuh kesayangan hingga akhirnya aku dan Novi pulang dan setelah itu aku
pun masih menanam cinta diam-diam dengan Novi kalau istriku pas tidak
ada di rumah.
Novi… Novi… Novi sayangku, terima kasih.
T A M A T
T A M A T
Tidak ada komentar:
Posting Komentar