Rabu, 19 Maret 2014

Ranjang Yang Ternoda


Ranjang Yang Ternoda


Cerita bersambung ini ditulis dimaksudkan sebagai
hiburan bagi mereka yang sudah dewasa. Di dalamnya
termuat kisah erotis dan dewasa terkait dengan hubungan
seksual. Jika anda termasuk dalam golongan minor yang masih
berusia di bawah umur dan atau tersinggung serta tidak menyukai hal-hal yang berkenaan dengan hal tersebut di atas, tolong JANGAN DIBACA. Internet adalah media bebas untuk menyalurkan semua kreasi.

Cerita ini adalah karya fiksi. Semua karakter dan
peristiwa yang termuat di dalamnya bukanlah tokoh dan peristiwa nyata. Kemiripan akan nama dan perilaku ataupun kejadian yang terdapat dalam cerita ini murni ketidaksengajaan dan hanya kebetulan belaka. Penulis tidak menganjurkan dan atau mendukung aktivitas seperti yang diceritakan.

Cerita ini diperbolehkan disebarluaskan secara gratis namun tidak boleh digunakan untuk kepentingan komersil tanpa menghubungi penulis dan teamnya terlebih dahulu. Bagi mereka yang ingin menyebarluaskan cerita ini secara gratis, diharapkan untuk tetap mencantumkan disclaimer ini.


?Dasar tua bangka bejat!? maki Lidya Safitri saat Pak Bejo pergi meninggalkan rumah.

Alya Arumsari terkejut dan melotot ke arah adiknya dengan pandangan marah. ?Heh! Ngawur! Jangan keras-keras! Mengatai-ngatai orang kok seenaknya sendiri! Kalau dia denger gimana coba??

Pak Bejo Suharso adalah seorang tetangga yang baik, gemar membantu orang lain dan sangat ramah walaupun hidup mereka sedikit kekurangan. Ia dan istrinya, Bu Bejo, adalah tetangga dekat keluarga Alya. Sejak kepindahan mereka ke kawasan pemukiman ini Pak Bejo dan istrinya amatlah sering memberikan bantuan. Bahkan ketika Alya atau suaminya sibuk, Pak Bejo dan istrinya sering menjaga Opi, putri mungil mereka. Lidya adalah adik Alya yang semalam kebetulan menginap di rumah Alya. Lidya sudah mulai tidak suka dengan Pak Bejo sejak pertama kali bertemu dengannya.

?Habis dia nggak tau diri sih, Mbak,? jawab Lidya. ?Waktu Mbak Alya membungkuk mau mengambil mainannya Opi yang jatuh, matanya jelalatan, ngeliatin ke belahan dada Mbak Alya, lalu menjilat bibirnya dengan mesum. Itu kan nggak sopan namanya!? Lidya berhenti sebentar, lalu melanjutkan sambil menatap kakaknya yang molek dengan pandangan serius. ?Jangan-jangan Pak Bejo pengen tidur sama Mbak Alya??

Seketika Alyapun tertawa, Lidya ikut-ikutan tertawa. Alya tidak membela Pak Bejo, tapi berjanji dalam hati di lain kesempatan akan lebih hati-hati saat tetangganya itu datang berkunjung. Lidya juga tidak bisa menyalahkan Pak Bejo, jangankan dia, semua orang yang normal pasti mau tidur dengan Alya. Kakak Lidya itu memiliki tubuh yang seksi seperti bidadari dan memiliki kecantikan luar dalam. Ditambah perilaku yang sangat lembut dan ramah, makin lengkaplah kesempurnaan Alya. Rambut panjang indah sebahu, tubuh ramping yang jauh lebih indah lekukannya daripada sirkuit sentul, kulit putih mulus dan buah dada yang luar biasa ranum menggiurkan meskipun sudah beranak satu. Ya, semua orang pasti punya pandangan mesum pada kakaknya itu.

Tapi Lidya sendiri juga sangat cantik. Tubuhnya juga tidak kalah indah, walaupun kalau dibanding Alya yang memiliki ukuran BH 36, Lidya hanya 34C. Kecantikan keluarga mereka memang sudah terkenal. Kadang banyak laki-laki kampung sekitar berkumpul di depan rumah keluarga Alya kalau Dina, Alya dan Lidya sudah berkumpul.

###

Dina Febrianti sedang resah menghitung tagihan bulanan yang bertebaran di atas mejanya. Wanita cantik berusia 32 tahun yang masih terlihat seperti remaja belasan tahun itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan membolak-balik kertas berisi angka-angka. Tagihan listrik, telepon, air, credit card, cicilan motor, cicilan mobil, pembayaran kredit kontrak rumah dan cicilan kredit biaya rumah sakit mertua. Jumlah terhutang sangatlah besar, dan tiap bulannya seakan jumlah itu selalu bertambah besar karena bunga yang ditanggung juga meningkat.

Karena stress, Dina menarik nafas panjang, menyisihkan surat-surat tagihan dan mengambil sebuah amplop besar berwarna coklat yang berisi tagihan kredit pinjaman pembangunan rumah. Anton dan Dina tengah membangun sebuah rumah di kawasan pinggir kota karena sudah bosan selama ini mengontrak terus. Sayangnya, rumah yang sedang mereka bangun menurut Dina terlalu besar dan mewah untuk ukuran mereka. Dina sering membujuk Anton agar berhemat karena dia tahu untuk membangun rumah seperti yang diinginkan Anton akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan seandainya mereka mengambil kredit, maka biaya berikut bunganya akan sangat besar. Anton hanya tertawa dan mengatakan istrinya terlalu banyak khawatir. Saat menyesuaikan keuangan rumah tangga dan tagihan hari ini, Dina merasa kekhawatirannya menjadi kenyataan.

Untungnya jumlah uang yang mereka kumpulkan bulan ini cukup untuk membayar semua tagihan, Dina menarik nafas lega. Paling tidak mereka bertahan sampai bulan depan. Dina berjanji pada dirinya sendiri untuk lebih hati-hati dalam hal keuangan. Dia berniat memaksa Anton untuk lebih bijaksana. Paling tidak mereka bisa memotong anggaran untuk credit card dan kembali ke pembayaran cash. Bunga yang ditarik oleh bank untuk credit card sangatlah besar dan membuat mereka mengalami defisit. Sayangnya permintaan Dina selalu ditampik oleh Anton.

?Biarlah yang terjadi esok hari, terjadi esok hari. Yang penting kita hari ini bisa bertahan.? Kata Anton setiap kali Dina mengajukan usulan. Seandainya Dina sadar kalau kata-kata Anton itu bagaikan ramalan, dia seharusnya lebih cemas lagi.

Kalau mengesampingkan kesulitan finansial yang dialami keluarganya, kehidupan Dina sangatlah sempurna. Dia amat mencintai Anton dan suaminya itu memang memiliki gaji yang lumayan untuk menghidupi keluarga. Bersama kedua putranya yang masih kecil, ibu muda yang cantik ini memiliki segala yang mereka inginkan. Hanya sayangnya, mereka tidak punya tabungan di bank seandainya sewaktu-waktu diperlukan pengeluaran mendadak.

Dina tersenyum saat teringat pada kedua anak kebanggaannya. Dani, putranya yang paling besar sudah kelas 5 SD, sedangkan Dion baru masuk ke kelas 1 SD. Mengingat kebutuhan mereka yang semakin besar, senyum Dina memudar. Alat tulis, buku dan seragam makin hari makin mahal. Belum lagi si Dani sudah waktunya disunat, tentu biaya yang dibutuhkan akan sangat besar kalau mereka mengadakan syukuran.

Dina mencari amplop berisi uang belanja bulanan yang biasa diberikan Anton. Begitu menemukannya, Dina langsung menghitung uang yang diberikan Anton bulan ini. Betapa kagetnya Dina begitu tahu jumlah pemberian uang belanja bulan ini sangat sedikit. Tidak akan mencukupi kebutuhan rumah tangga selama sebulan! Dina tidak meminta uang belanja yang berjuta-juta, cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari saja sudah bersyukur. Tapi jumlah uang yang mepet itu ternyata masih dipotong lagi oleh Anton. Dina memutuskan untuk menelepon suaminya. Ibu rumah tangga yang kebingungan itu segera memencet nomor HP Anton.

Sayangnya HP Anton tidak aktif. Dina menelepon ke kantor. Menurut Desi sekretaris Anton, suami Dina itu sudah meninggalkan ruangannya.

Dina meletakkan gagang telepon dengan terheran-heran. ?Kemana lagi dia? Bukannya pulang malah keluyuran??

Tanpa sepengetahuan Dina, Anton memiliki penghasilan lain yang tidak halal. Sudah bertahun-tahun Anton membohongi Dina. Anton adalah seorang pemain judi. Bahkan saat ini pun dia sedang berada di arena taruhan. Suami Dina itu sedang menyobek-nyobek kupon taruhannya karena lagi-lagi kalah memasang nomor. Perhitungannya meleset jauh padahal jumlah uang yang dijadikan taruhan tidak sedikit.

Saat Anton pulang ke rumah dan ambruk di ranjang, dia beruntung Dina tidak sedang dalam kondisi bad mood. Dina segera menanyakan perihal jumlah uang belanjanya yang berkurang, senyum Anton yang menawan membuat hati si cantik itu luluh. Dina sangat mencintai suaminya dan dia tahu Anton juga memujanya. Memangnya kenapa kalau suaminya itu sedikit boros? Uang belanja adalah uang Anton juga, sehingga kalau dia memang memerlukannya, tidak ada salahnya Dina rela. Apalagi Anton sudah memberikan banyak hal untuk Dina dan anak-anaknya. Anton sudah membuai mereka dengan harta benda.

?Shhh, anak-anak belum tidur. Jangan ribut,? Bisik Dina pada suaminya yang tiba-tiba saja ?menyerangnya?.

?Oh, masa aku nggak boleh ngentotin istriku sendiri??

?Anton Hartono! Bahasanya kok jorok gitu? Kampungan!?

?Hm, kalau tahu aku dulu akan menikahi perempuan lugu, aku pasti protes keras pada almarhum Bapak dan Ibumu,? canda Anton. ?Mereka membesarkan seorang anak perempuan yang cantik jelita namun sangat naif.?

?Tidak lucu. Aku bukan perempuan lugu.?

Anton mengamati istrinya ? rambutnya dipotong ala Dian Sastrowardoyo presenter acara kuis berhadiah 3 Milyar rupiah, matanya indah dengan bulu mata yang lentik, pipinya halus mulus tanpa bercak ataupun jerawat, kulitnya putih mulus bagai susu, buah dadanya masih membusung kencang dan tidak melorot, pinggang langsing, pinggul sempurna di atas pantat yang bulat merangsang dan kaki jenjang yang sangat menawan. Dulu pernah sekali waktu, seorang agen iklan meminta Dina menjadi model iklan sabun mandi terkenal, namun Dina menolaknya. Anton mengagumi keindahan istrinya yang hampir sempurna. Tangan-tangannya yang nakal menjelajahi perut Dina. Masih seperti perut seorang gadis remaja, walaupun kenyataannya Dina sudah melahirkan dua orang anak.

?Baiklah, kalau begitu wanita konservatif,?

?Maksudnya?? Dina mulai gusar.

Anton menyesal memulai percakapan ini. Dina sangat lugu dan naif dalam hal bercinta dan berpenampilan. Pakaian yang dikenakan istrinya selalu sopan dan tidak pernah menonjolkan kemolekan tubuhnya. Dina juga bukan seorang petualang di ranjang. Dia pemain seks yang konservatif dan monoton. Berciuman, saling menggesek dan bercinta dengan posisi missionary. Selalu begitu. Sekali dua kali, Anton bisa melakukan doggie style, tapi istri Anton itu tidak pernah mengijinkan sang suami menyentuh anusnya dalam kondisi apapun. Walaupun Dina pernah mengatakan kalau doggie style itu juga merendahkan diri sama seperti binatang, namun dalam kondisi ?panas? Dina biasanya menyerah pada keinginan suaminya.

Di awal pernikahan mereka, Anton pernah mencoba melakukan oral seks pada organ kemaluan Dina, tapi istrinya itu langsung menjerit dan melonjak-lonjak marah. Dia langsung menghardik Anton dan mengatakan kalau kemaluan mereka kotor. Dina tidak pernah mengerti kenapa Anton ingin menjilati bibir kemaluannya yang merupakan sumber penyakit. Sebaliknya pun begitu. Suatu ketika sesaat setelah Anton meminta Dina mengulum penisnya, istrinya itu langsung mengunci diri di dalam kamar mandi dan tidak mau keluar selama dua jam. Anton tidak pernah meminta posisi yang aneh-aneh lagi.

?Jadi? Ayo katakan saja! Kenapa aku ini wanita konservatif??, lanjut Dina. ?Apa karena aku ini bukan wanita murahan? Bukan pelacur??

?Sudahlah. Lupakan saja.?

?Tidak mau. Kau yang memulai percakapan ini, jadi aku ingin mendengar lanjutannya.?

?Yah, kamu kan memang tidak ingin mencoba hal-hal baru saat bercinta denganku??

?Aku melakukan apa yang menjadi tugasku,? kata Dina penuh emosi. ?Aku seorang istri yang baik, setia, penurut dan telah memberimu dua orang anak!?

?Maafkan aku, sayang. Kamu benar,? Anton mengalah. Dia berusaha mengembalikan mood sang istri yang nampaknya mulai naik pitam.

?Aku sedang tidak ingin melakukannya,? kata Dina sambil melepaskan tangan Anton yang meremas payudaranya. Dina mematikan lampu dan menarik selimut.

Anton memahami nada suara istrinya yang tinggi dan memiringkan badan untuk mengecup bibir Dina. Setelah mencium bibir Anton, Dina membalikkan badan dan memunggunginya. Si cantik itu segera terlelap. Anton bangkit dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi.

Entah kenapa, setelah 12 tahun menikah dan hapal dengan sifat-sifat Dina, dia dengan tololnya memutuskan untuk membicarakan hal yang menyinggung perasaan istrinya. ?Dasar sial? batin Anton. Suami Dina itu terpaksa coli di kamar mandi untuk melepas hasrat birahinya malam itu.

###

Pak Bejo Suharso yang pensiunan PNS bertubuh gemuk, dengan kulit hitam kecoklatan terbakar matahari dan berusia enam puluh dua tahun. Wajahnya sudah dipenuhi keriput, matanya kemerahan dan rambutnya yang ikal mulai membotak. Wajahnya bukan wajah seorang pria tua yang simpatik, bahkan cenderung buruk rupa. Walaupun bukan orang berada dan hidup serba kekurangan, Pak Bejo dikenal lumayan akrab dengan penghuni sekitar sehingga sering dimintai bantuan dan punya banyak kawan di kampungnya.

Tapi di balik penampilannya pada Alya sekeluarga, Pak Bejo sebetulnya adalah seorang preman yang sering judi, jajan PSK, mabuk-mabukan dengan anak-anak muda dan berkelahi dengan orang yang tidak disukainya. Satu lagi kejelekan Pak Bejo, orang ini sangat mesum.

Pak Bejo dan istrinya hampir tiap hari berkunjung ke rumah keluarga Hendra dan Alya. Biasanya Bu Bejo akan merawat Opi yang masih kecil setiap kali Hendra dan istrinya pergi bekerja. Pak Bejo dan istrinya memang suka dengan anak kecil apalagi yang selucu dan secantik Opi, tapi Pak Bejo lebih suka dengan ibunya yang luar biasa manis dan seksi.

Alya yang masih muda dan jelita adalah wanita impian Pak Bejo. Sejak pindah ke kampung ini, Pak Bejo tak pernah melewatkan mengamati ibu muda yang segar itu. Wajahnya yang cantik, tubuhnya yang seksi, baunya yang harum, kakinya yang jenjang, kulitnya yang putih mulus, rambutnya hitamnya yang panjang sebahu, buah dadanya yang montok dan membusung, pantatnya yang bulat, semuanya Pak Bejo suka. Sejak Bu Bejo dipercaya dan sering dipanggil sebagai babysitter keluarga Hendra, Pak Bejo bisa memuaskan dahaga nafsunya dengan mencuri-curi pandang ke arah semua titik lekuk keindahan tubuh Alya.

?Si Alya memang benar-benar dahsyat.? Kata Pak Bejo dalam hati, ?Coba lihat aja bibirnya. Uahahhh, pokoke maknyuuuss. Kalo dipake buat nyepong, baru nempel aja paling aku udah keluar.?

Hari ini dia lebih beruntung lagi, karena tadi pagi sempat mencuri celana dalam Alya yang belum dicuci. Dia sempat mencium bau harum belahan selangkangan Alya dari celana dalam bekas pakainya itu. Setelah istrinya tidur, malam ini Pak Bejo beringsut ke kamar mandi dengan sembunyi-sembunyi sambil membawa celana dalam Alya. Buat apa lagi kalau bukan buat coli? Ia segera bermasturbasi dengan membayangkan wajah Alya dan mimpi bercinta dengan istri Hendra itu dari segala macam posisi. Pak Bejo merem melek dan mendengus-dengus penuh nafsu.

?Wah,? pikirnya. ?Kalau cuma begini terus, bisa rusak kontol ini aku betot. Gimana yah caranya bisa ngentotin si Alya yang semlohay itu? Aku musti cari cara buat bisa masukin kontol ini ke memeknya!?

Setelah orgasme dan melepaskan air mani ke lantai kamar mandi, Pak Bejo kembali ke teras dan kongkow-kongkow. Dia masih mengatur strategi untuk melaksanakan pikiran kotornya. Suatu saat, teringatlah Pak Bejo pada adik Alya yang juga sangat cantik dan seksi yang bernama Lidya.

?Si molek itu kayaknya curiga sama aku. Suatu saat nanti aku harus memberi dia pelajaran di tempat tidur!? kata Pak Bejo dalam hati. ?Yang mana yah enaknya? Alya atau Lidya yang sebaiknya aku entotin duluan? Wah wah, satu keluarga kok semlohay semua. Belum lagi kakaknya yang paling gede, siapa itu namanya? Dina Febrianti? Wah? teteknya oke banget? ah ah? Dina, Alya atau Lidya??

Pak Bejo lantas membuka folder-folder gambar di dalam HPnya. Di dalamnya terdapat tiga foto yang sangat dia sukai. Semuanya seronok dan diambil tanpa sepengetahuan sang target. Gambar Dina saat mengenakan kaos ketat yang memperlihatkan kemolekan buah dadanya, gambar belahan dada Alya saat pujaan Pak Bejo itu membungkuk dan gambar paha mulus Lidya. Dina sudah menikah dan tinggal tidak jauh dari rumah Alya, berbeda gang tapi masih dalam satu komplek. Bersama suaminya, Anton, Dina memiliki dua orang anak yang sekarang sudah bersekolah di SD terdekat. Sedangkan Lidya adalah penganten baru yang tinggal di sebuah rumah agak jauh di pinggiran kota. Karena sering tugas keluar kota, maka Andi suami Lidya sering menitipkan istrinya ke rumah Alya.

Kedua orang tua kakak beradik Dina, Alya dan Lidya sudah meninggal dunia karena kecelakaan beberapa tahun yang lalu.

Sambil menikmati gambar ketiga kakak beradik yang seksi itu, Pak Bejo Suharso terus melamun hingga larut malam sambil menggaruk-garuk selangkangannya yang makin gatal.

###

Alya sudah bekerja keras sepanjang hari Minggu ini dan dia kelelahan. Ibu rumah tangga muda yang cantik itu sudah mencuci baju, memasak, membersihkan rumah, memandikan Opi dan menidurkannya. Apalagi hari ini Alya harus melayani kunjungan ibu mertuanya yang baru pulang sore hari sementara Bu Bejo sedang mengunjungi relasi sehingga tidak bisa datang. Akhirnya Alya bisa beristirahat dengan tenang malam itu.

Setelah mandi dengan shower, keramas dan mengenakan piyama, Alya merebahkan diri di tempat tidur. Sayangnya, Hendra punya pikiran lain dan mulai bergerak mendekati istrinya yang tidur membelakanginya. Hendra memeluk Alya dari belakang, menepikan rambut dan menciumi lehernya yang putih.

?Jangan sekarang ah, Mas Hendra,? kata Alya manja. ?Aku capek banget.?

Hendra tidak menjawab. Suami Alya itu terus menciumi lehernya dan meletakkan tangannya di payudara kiri Alya. Hendra meremas susu Alya perlahan dan menjilati daun telinganya, sementara tubuhnya kian mendekat dan akhirnya Hendra menempelkan alat vitalnya di belahan pantat Alya yang montok.

?Mas?? Alya menggeliat dan mencoba mendorong suaminya menjauh. Tidak enak juga rasanya menolak melayani suami seperti ini, karena biar bagaimanapun Alya sangat mencintai Hendra dan ingin melayaninya sampai puas. Sayangnya, Hendra sering memilih waktu yang tidak tepat saat meminta jatah.

?Ayolah, sayang,? kata Hendra sambil mencopoti kancing baju piyama yag dikenakan Alya. ?Aku pengen.?

?Aku capek, Mas,? jawab Alya. Tapi karena Hendra terus merangsang payudaranya, Alya akhirnya mengalah. Akan lebih baik kalau dia menyerah dan pasrah pada kemauan sang suami.

Alya berhenti menolak dan mulai rileks saat Hendra selesai melepaskan semua kancing baju piyama yang dikenakannya. Telanjang dari perut ke atas, Hendra segera menyerang kedua payudara Alya yang ranum dan indah. Hendra memijat buah dada Alya dengan kedua belah telapak tangannya. Suami Alya itu lalu mengelus-elus susu Alya dan menciumi sisi-sisinya. Hendra hanya sekilas mencium puting susu Alya (tidak cukup lama untuk membuatnya mengeras), lalu bangkit dan berlutut. Ia meraih bagian atas celana piyama yang dipakai Alya dan mencoba menariknya. Alya dengan desahan panjang mengangkat pantatnya ke atas supaya celananya mudah ditarik.

Hendra melucuti celana panjang piyama Alya dan melakukan hal serupa dengan celana dalam istrinya. Kini Alya sudah telanjang bulat di depan suaminya.

?Seksi banget, sayang. Sudah lebih dari lima tahun kita menikah, tapi bentuk tubuhmu masih jauh lebih indah dari gadis manapun. Masih seksi, masih mulus dan hmm? tidak, aku salah. Tubuhmu jauh lebih seksi, lebih mulus dan lebih aduhai dari siapapun.? Kata Hendra memuji keindahan tubuh istrinya. Alya tersenyum, paling tidak dia masih mendapatkan pujian dari suaminya.

?Ini semua untuk kamu, Mas.? Kata Alya mesra.

Hendra ambruk di atas tubuh Alya dan istrinya itu otomatis merenggangkan kakinya yang jenjang. Alya mengaitkan kakinya diantara pinggang Hendra dan menjepitnya lembut. Beberapa saat kemudian, Alya merasakan ujung kemaluan Hendra mulai menyentuh ujung vagina Alya. Wanita cantik itu menarik nafas panjang. Hendra mungkin bukan orang paling romantis di dunia, tapi penisnya lumayan besar, dan itu biasanya mampu mengagetkan dan memuaskan Alya.

Alya menahan nafas sementara Hendra melesakkan penisnya ke dalam vagina istrinya dengan sangat perlahan. Setelah seluruh batang kemaluan Hendra masuk ke dalam mulut rahimnya, Alya melepas nafas. Hendra mulai menyetubuhi Alya dengan gerakan pelan dan lembut. Gerakan Hendra yang ajeg dibarengi dengan erangan dan lenguhan kenikmatan. Alya merintih pelan dan manja, untuk memberikan kesan dia menikmati permainan cinta yang diberikan suaminya. Padahal dalam hati Alya sama sekali tidak puas.

Sebenarnya permainan Hendra tidaklah terlampau buruk, tidak pula singkat, kadang Alya juga terpuaskan perlahan-lahan, tapi permainan Hendra tidak mampu melejitkan Alya ke puncak kepuasan yang optimal. Alya mencoba mengimbangi gerakan memilin suaminya dengan gerakan pinggulnya, mencoba menyamakan ritme dengan gerakan mendorong yang dilakukan Hendra, tapi lagi-lagi Alya harus berpura-pura karena tak berapa lama kemudian Hendra sudah orgasme. Alya tersenyum dan mencium suaminya lembut. Hendra menyentakkan penisnya dalam vagina Alya untuk kali terakhir sementara air maninya membanjiri liang kemaluan sang istri.

Setelah semuanya usai, Hendra bergulir dari atas tubuh Alya dan memejamkan matanya penuh kepuasan. Alya bangkit dari ranjang, membersihkan diri sebentar dan kembali ke tempat tidur sambil memeluk suaminya yang sudah tertidur lelap penuh rasa cinta.

Sementara itu, di luar sepengetahuan Alya dan Hendra, sesosok tubuh gemuk berhenti merekam adegan persetubuhan mereka. Sosok itu sedari tadi bersembunyi di luar jendela kamar Alya. Entah bagaimana, sosok itu bisa menemukan celah di antara tirai, mengintip ke dalam kamar lalu merekam adegan seks mereka dengan kamera HP.

Sosok itu melangkah puas sambil terkekeh-kekeh pulang ke rumah. Sosok Pak Bejo Suharso!

###

Dina duduk di kamar santai dan menyalakan televisi. Tapi ibu muda yang cantik itu tidak menonton tayangan sinetron di televisi. Dina terus memijat-mijat tangannya dengan gelisah di pangkuan dan bertanya-tanya apa yang diinginkan oleh Pak Pramono, bos kerja Anton. Pak Pramono telepon tadi pagi dan bertanya apakah dia boleh datang berkunjung. Pak Pramono mengatakan ada sesuatu yang penting yang harus dibicarakan. Anehnya, saat ini Anton justru tengah dinas keluar kota. Apa yang ingin disampaikan Pak Pramono padanya? Dina selalu merasa rikuh saat berhadapan dengan Pak Pramono.

Walaupun sudah tua, tapi pria yang rambutnya sudah beruban semua itu sangat besar dan masih terlihat gagah. Kulitnya yang hitam dan kumisnya yang lebat menambah sangar penampilan Pak Pramono. Dia lebih mirip seorang perwira militer ketimbang bos perusahaan IT. Dina bertanya-tanya dalam hati apa yang ingin dibicarakan oleh Pak Pramono saat kemudian bel pintu berbunyi.

Dina buru-buru membukakan pintu dan mempersilahkan seorang pria masuk. Dia mengantarkan sang tamu ke ruang duduk di mana mereka berdua akhirnya berhadapan. Dina merasa sedikit grogi berbincang-bincang dengan pimpinan suaminya. Sangat jarang pimpinan Anton berkunjung kemari, bahkan bisa dibilang ini baru pertama kalinya mereka berdua berhadapan langsung.

?Bagaimana kabar anda?? tanya Pak Pramono memulai percakapan.

Dina cukup terkejut dengan pertanyaan sopan ini. Pak Pramono bukan orang yang suka berbasa-basi dan wajahnya cenderung menyeramkan. Satu-satunya pertemuan empat mata antara Dina dan Pak Pramono berlangsung di sebuah pesta perusahaan. Saat itu Pak Pramono bahkan tidak tersenyum pada siapapun. Sebaliknya Bu Pramono adalah seorang istri yang sangat ramah. Dina memutuskan untuk tidak memasang wajah kaku dan berlaku santai. Dia duduk dengan tenang.

?Baik, terima kasih. Bagaimana kabar anda sendiri, dan Bu Pramono, sehat-sehat saja kan?? Dina menjawab ramah.

?Baik. Baik. Ibu juga baik baik saja. Semua sehat.?

Dina melihat wajah Pak Pramono mengeras, sehingga perasaan tegang kembali menyelimutinya. ?Pasti Bu Anton bertanya-tanya kenapa saya ingin menemui ibu??

?Betul Pak, saya cukup terkejut dengan telpon dari anda? apalagi saat ini Mas Anton sedang keluar kota dan??

?Akan lebih baik kalau dia tidak ada di sini. Saya ingin berbincang-bincang soal serius pada Bu Anton perihal bapak.?

?Tentang suami saya? Apa ada masalah di tempat kerja?

?Pertama, apakah ibu tahu soal kebiasaan Pak Anton berjudi??

Dina terkejut dan hampir pingsan, tapi setelah beberapa saat berdiam, dia mencoba menguasai dirinya sendiri dan menjawab. ?Mas Anton tidak pernah berjudi, tidak tepat kalau disebut ?kebiasaan?, Pak Pramono.?

Pak Pramono membuka tas kerjanya dan mengambil secarik amplop manila. Dia membukanya dan mengeluarkan beberapa carik kertas dari dalamnya. Memisahkan sebagian dan mengambil beberapa lagi. Dia lalu menunjukkannya kepada Dina. Kertas-kertas itu adalah foto. Dina duduk terdiam. Dia hampir pingsan.

?Ini buktinya,? kata Pak Pramono tenang.

Dalam foto-foto itu tergambar kegiatan Anton saat dia sedang di meja judi. Entah itu saat bermain kartu atau berbagai jenis kegiatan judi lain. Ada foto-foto saat Anton sedang memasang nomor taruhan, ada foto saat Anton merobek nomernya yang kalah dengan kesal dan ada foto Anton saat dia sedang minum bir bersama beberapa bandar.

?Darimana anda mendapatkan foto-foto ini?? tanya Dina kebingungan.

?Itu tidak penting. Jadi patut diketahui oleh ibu, kalau kami selalu melakukan penyelidikan mendetail pada seluruh karyawan, termasuk Pak Anton. Dalam kasus ini, kami memang mencurigai beliau.?

?Mencurigai! Kenapa??

?Saya baru hendak menyampaikan alasannya. Auditor kami menemukan catatan sejumlah besar dana yang telah diselewengkan oleh seorang karyawan. Hal itu membuat kami harus memulai langkah penyelidikan. Setelah langkah-langkah diambil, semua bukti yang ada mengarah pada Pak Anton, suami ibu. Kami menghubungi pihak yang berwajib dan mereka mengirim beberapa intel untuk, mm, mematai-matainya.?

?Ini pasti kesalahan besar. Anton tidak mungkin mencuri. Dia tidak pernah berjudi!? Dina mulai gusar, matanya mulai basah.

?Tentunya, seperti yang terbukti dari foto-foto ini, suami ibu jelas-jelas berjudi.? Pak Pramono mengeluarkan beberapa foto lagi dari amplop manilanya. ?Bahkan kami punya bukti kalau Pak Anton juga telah melakukan korupsi dan menggelapkan uang perusahaan untuk kegemarannya itu.?

Dina yang shock duduk dengan mulut terbuka lebar karena terheran-heran. Ruang tamunya seakan berputar dan perlahan menjadi gelap. Dina pingsan.

###

?Alya.?
?Iya Mas??
?Dasiku yang biru kamu simpan dimana? Aku kok tidak bisa menemukannya dimana-mana??
?Ada kok, di dalam lemari.?

Hendra selalu berharap Alya akan menyiapkan segala kebutuhannya sebelum berangkat ke kantor. Ketika mereka menikah beberapa tahun yang lalu, Alya sanggup melayani Hendra. Tapi kini, sebagai seorang wanita yang juga bekerja dengan seorang anak yang masih kecil, kesibukan pagi Alya sangatlah padat. Bangun pagi, menyiapkan makan, membangunkan Opi, menghidangkan sarapan? terus berlanjut sampai Hendra berangkat kerja, Opi diasuh Bu Bejo dan Alya sendiri berangkat bekerja.

Saat Bu Bejo tidak datang, kehidupan Alya jauh lebih hiruk pikuk. Untungnya suami istri Pak dan Bu Bejo gemar menolong dan mereka selalu datang untuk membantu. Bu Bejo tidak pernah menolak membantu dalam hal apapun juga, hubungan kedua tetangga inipun terjalin erat. Hendra dan Alya sering memberi uang lebih pada Pak Bejo dan istrinya sebagai balas jasa.

Sayangnya Alya kemudian mengetahui kehidupan gelap Pak Bejo Suharso. Pak Bejo adalah seorang suami yang pemabuk dan sering memukuli Bu Bejo dengan kasar. Tanpa alasan yang jelas (kemungkinan besar karena kalah judi), Pak Bejo bisa menghajar Bu Bejo sampai bengkak dan biru. Biasanya kalau sudah begitu, hanya Pak Bejolah yang datang ke rumah Hendra selama beberapa hari. Alya mengasihani Bu Bejo, kenapa dia masih tetap bertahan sebagai istri Pak Bejo? Mungkin kondisi ekonomi membuat kehidupan Pak Bejo menjadi keras, tapi itu bukan alasan untuk menganiaya istrinya sendiri.

Seandainya Hendra yang berlaku demikian, maka Alya akan minta cerai dan pergi sejauh mungkin dari rumah ini. Bukanlah penganiayaan fisik yang membuat Alya marah, tapi penghinaan berlebih terhadap kaum wanita yang membuatnya tersinggung. Alya hanya tertawa saat membayangkan Hendra menjadi seorang penganiaya istri, tidak mungkin terjadi. Mereka sudah pacaran sejak SMU dan Hendra adalah orang terbaik yang pernah ia kenal.

Suatu ketika Alya pernah menanyakan perihal alasan Bu Bejo bertahan, Bu RT itu hanya tertawa penuh kesabaran. ?Kamu belum tahu apa-apa, nDuk. Mbak Alya belum mengerti apa-apa.?

Tapi, Bu Bejo berjanji, setiap kali Pak Bejo berlaku kasar, dia akan lari minta perlindungan pada Alya sekeluarga dan berusaha menyadarkan suaminya dari tindakan yang semena-mena itu. Hari ini Bu Bejo belum menampakkan batang hidungnya, dan Alyapun bertanya-tanya apa yang sedang terjadi.

?Opi, ayo habiskan makannya.? Kata Alya memperingatkan putrinya.

Putri kecil Alya punya kebiasaan buruk menghambur-hamburkan sarapan. Toh walaupun sudah masuk kelas 0 kecil, Opi masih seorang anak kecil. Alya melirik ke arah jam di dinding. Jam tujuh tiga puluh.

?Sayang, aku pergi dulu. Mungkin pulang agak telat hari ini. Ada meeting nanti sore dengan pemegang saham.? Kata Hendra sambil mencium pipi sang istri.

Melangkah keluar dari dapur, Alya dan Hendra mengangkat Opi dari meja makan. Kalau Bu Bejo tidak datang, Hendralah yang mengantarnya ke TK. Kalau sudah begitu, biasanya Opi dititipkan pada neneknya yang kebetulan tinggal di dekat TK dan juga bersedia menampung Opi. Hendra atau Alya akan menjemput Opi nanti sore sepulang kerja.

Alya merasa pusing hari ini, sehingga dia memutuskan untuk absen kerja. Setelah menelpon kantor untuk minta ijin, Alya juga menelpon mertuanya untuk menitipkan Opi. Saat melintas di depan kaca, tidak sengaja Alya memperhatikan tubuhnya sendiri. Sangat susah mempertahankan badan agar tetap langsing bagi sebagian orang. Tapi bagi Alya, dia bagai dikaruniai sebuah tubuh indah yang sangat sempurna. Alya merapikan rambut sebahunya yang agak kusut.

?Kamu memang seksi banget, sayang. Kalau jalan-jalan di mall, pasti banyak cowok pengen menggodamu.? Kata Hendra. Dia selalu memuji istrinya. Memang bukan hal aneh kalau Alya sering digoda cowok dimanapun dia berada karena sangat cantik dan seksi. Tapi Alya adalah seorang istri yang setia dan punya martabat yang ia junjung tinggi.

?Mama, Opi pegi dulu.? Kata si kecil sambil mencium pipi sang bunda.
?Iya. Ati-ati ya sayang.? Alya mengecup dahi Opi.
?Aku pergi dulu, say.? Hendra pamit sambil menggandeng Opi.

Alya melambaikan tangan pada mereka berdua.

Alya ambruk ke atas ranjang setelah Hendra dan Opi pergi. Pengaruh obat yang dia minum setelah sarapan tadi membuatnya sangat mengantuk. Ibu rumah tangga yang jelita itu tertidur selama hampir dua jam sebelum terbangun dan memutuskan untuk bersantai-santai sambil membaca tabloid. Alya bertanya-tanya kemanakah Bu Bejo hari ini.

###

Saat kemudian terbangun, Dina sedang berbaring di sofa dan Pak Pramono duduk di sampingnya.

?Anda ingin saya ambilkan segelas air?? tanya Pak Pramono.

?Apa yang terjadi? Ya Tuhan, saya ingat. Tidak mungkin. Anton tidak akan melakukan itu semua. Apa yang akan anda lakukan??

?Itulah sebabnya hari ini saya memutuskan kemari dan menemui Mbak Dina. Saya punya penawaran.? Kata Pak Pramono.

?Penawaran? Untuk saya? Apa yang bisa saya lakukan??

Pak Pramono tersenyum nakal. ?Begini, Bu Anton, atau boleh saya panggil Mbak Dina saja supaya akrab? Anda terlalu muda dan cantik untuk dipanggil ibu.?

Dina mengangguk.

?Baiklah, Mbak Dina. Anda bisa membantu suami, dalam hal ini Mas Anton, dan juga seluruh keluarga Mbak Dina. Saya punya bukti-bukti kuat yang akan menggiring Pak Anton ke penjara untuk jangka waktu yang sangat lama. Saat melakukan penyelidikan, kami juga menerima berkas-berkas laporan keuangan dan bon tagihan bulanan keluarga anda.?

Dina sudah siap memprotes, tapi kemudian terdiam dan membiarkan Pak Pramono meneruskan keterangannya.

?Memang apa yang saya lakukan bersama tim terdengar ilegal, tapi saya bersumpah apa yang kami lakukan sah sesuai hukum. Saya memberitahu anda saat ini karena ingin anda mengerti posisi kami. Dari apa yang kami dapatkan, kami menemukan bukti bahwa keluarga anda telah berfoya-foya dengan membeli berbagai peralatan elektronik dan??

?Berfoya-foya? Kami tidak minta apa-apa! Itu semua Mas Anton yang membelikan!? teriak Dina panik.

?Kami minta maaf, tapi saya tetap pada pernyataan saya. Suami anda menghabiskan uang dalam jumlah yang tidak sedikit dan seiring dengan kegiatan judi yang dia lakukan dan banyaknya hutang yang dia tanggung dari kegiatannya itu, saya rasa anda tidak sanggup mengeluarkan lebih banyak lagi dana dari anggaran belanja anda. Pak Anton harus kehilangan pekerjaan dan mendekam di penjara.?

?Ya Tuhan, lalu apa yang akan terjadi kalau anda melakukan itu?! Kami akan kehilangan rumah! Anak-anak! Apa yang terjadi pada mereka? Sekolah dan lain-lain!?

?Benar sekali. Itu sebabnya saya disini. Saya bukan pendendam. Saya memang sangat marah saat tahu Pak Anton telah mencuri uang perusahaan, tapi saya lalu teringat pada Mbak Dina dan? ahh, saya punya penawaran menarik.?

?Apa yang anda maksud? penawaran menarik??

?Apakah anda berniat membantu Pak Anton mempertahankan pekerjaannya dan menjauhkan suami anda dari jeruji penjara??

?Tentu saja.?

?Apa yang anda akan lakukan untuk itu??

?Apa saja.?

Tentunya Dina bermaksud membayar kembali hutang Anton pada perusahaan, bahkan jika dia harus menjadi pembantu rumah tangga atau buruh cuci untuk melakukannya.

Dina akan sangat terkejut saat Pak Pramono melanjutkan niatnya.

?Saya sangat lega anda berpendapat demikian, Mbak Dina. Tahu tidak, anda sungguh sangat cantik jelita. Sangat mempesona.?

?Terima kasih. Tapi sebaiknya kita tetap pada pokok permasalahan.?

?Itulah yang sedang saya lakukan. Saya ingin menolong keluarga anda keluar dari kesulitan ini. Dengar baik-baik apa yang hendak saya sampaikan: saya orang yang sangat kaya, jadi saya bisa melupakan uang yang dicuri suami anda dari perusahaan hanya jika? jika anda berlaku ?baik? terhadap saya.?

?Pak Pramono, apa saya tidak pernah berbuat baik pada anda? Apa pernah saya berlaku tidak sopan pada anda??

?Mbak Dina. Anda selalu sopan terhadap saya. Tapi itu bukan ?kebaikan? yang saya maksudkan. Apa anda tahu maksud saya??

?Mohon maaf, tapi saya tidak tahu. Pikiran saya sedang kalut dan saya tidak bisa berpikir jernih. Apa yang anda maksud??

?Baiklah. Saya akan terus terang saja. Kalau kamu ingin aku melupakan kelakuan suamimu dan kerugian yang diderita perusahaan, aku ingin kamu melayaniku. Tidur denganku. Aku ingin menggauli tubuh indahmu.?

Mulut Dina menganga tak percaya. Dia menutup mulutnya dengan kedua tangan. Wajahnya pucat pasi dan dia duduk di kursi dengan menggigil ketakutan. Akhirnya, setelah mengumpulkan semua kekuatan karena shock, Dina berteriak kencang. ?Keluar dari rumahku! Pergi! Orang tua tidak tahu diri!?

Pak Pramono perlahan memindahkan foto-foto yang berada di amplop manila dan meletakkannya di dalam tas kerja. Sengaja dia meletakkan tas itu dengan keras di atas meja sehingga membuat Dina terperanjat. Pak Pramono berdiri, membalikkan badan dan perlahan berjalan ke arah pintu. Setelah lima langkah, Pak Pramono berhenti dan melirik ke belakang.

?Penawaran ini tidak akan aku ulangi,? kata Pak Pramono dingin. ?Saat aku melangkah keluar dari rumah ini tanpa kau turuti kemauanku, pihak yang berwajib ? kepolisian, akan segera aku hubungi. Segera.?

Dina meloncat dari kursinya dan berusaha menahan kepergian Pak Pramono. ?Tunggu! Saya mohon, Pak! Berhenti dulu!? Dina sangat kebingungan. Apa yang harus dilakukannya? Apa yang sebaiknya ia perbuat? Seluruh tubuhnya bergetar karena takut dan dia tidak dapat berpikir jernih. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Tanpa banyak berpikir, Dina mengganguk lemah. ?Baiklah. Anda menang.?

?Apa itu artinya kamu mau melakukan semua yang aku minta??

Dina ragu-ragu sesaat, matanya menatap ke lantai dengan hampa dan akhirnya dengan suara lemah dia menjawab. ?Iya. Saya tidak punya pilihan lain.?

?Bagus. Kalau begitu ayo kita buktikan saja.? Pak Pramono duduk di sofa dan menunggu dengan santai. Saat Dina berdiri terdiam, Pak Pramono pun tersenyum puas.

?Buka bajumu.? Perintah Pak Pramono.

###

Hari mulai siang dan Alya masih terus membolak-balik halaman tabloid Ibu & Anak. Dia masih menunda pekerjaan rumah seperti mencuci piring atau memasak. Setelah merasa sedikit sembuh dari pusing, barulah Alya bangkit dari bermalas-malasan dan melangkah menuju dapur.

Saat itulah terdengar pintu pagar dibuka.

Siapa yah? Apa mungkin tukang pos yang mengantarkan surat atau paket? Pikir Alya dalam hati. Saat membuka pintu, Alya menemui Pak Bejo sedang membawa tas kresek hitam besar.

?Oh, saya kira siapa. Gimana Pak Bejo?? tanya Alya.
?Mbak Alya kok di rumah? Tidak kerja hari ini??
?Oh, nggak, Pak. Soalnya hari ini badan agak kurang sehat, kepala juga pusing.?
?Oh begitu. Ini saya mau ngambil sampah. Biasanya Bu Bejo yang ngambil sampah di keranjang belakang. Tapi tadi tiba-tiba saja Bu Bejo juga tidak enak badan.?

Meskipun sedang malas berbasa-basi, Alya tidak mau tidak sopan terhadap tetangganya ini. ?Oh begitu. Sampahnya ditaruh depan rumah saja, Pak. Nanti diambil sama tukang sampah yang keliling kan??

?Iya, Mbak,? jawab Pak Bejo. ?Kalau diletakkan di keranjang depan, pasti diambil tukang sampah komplek.?

Alya mengangguk dan mempersilahkan Pak Bejo masuk.

?Em, maaf Mbak. Tapi boleh saya minta segelas air putih? Saya haus sekali.? tanya Pak Bejo.

?Tentu saja boleh, Pak. Kan sudah biasa? Anggap saja rumah sendiri. Sini, biar saya saja yang mengambilkan. Bapak duduk dulu.? Kata Alya sopan.

Ketika kembali dengan segelas air putih, Pak Bejo sudah duduk di ruang tengah. Dengan cepat Pak Bejo meneguk air putih dan mengembalikan gelasnya pada Alya. Ibu muda yang cantik itu mencoba mengambil gelas, tapi sebelum sempat menarik gelas, tangan Alya sudah ditarik oleh Pak Bejo. Tubuh Alya tertarik ke depan ke arah pelukan Pak Bejo. Dengan sigap Alya memutar tubuh sehingga Pak Bejo kini berada di belakangnya dan mencoba lari, tapi Pak Bejo terus memegang tangan Alya dan memeluk tubuhnya. Saat mereka bergumul gelas yang dipegang Alya terlempar hingga pecah berkeping-keping. Tangan Pak Bejo mulai nakal meraba-raba dada kenyal Alya dan meremasnya dengan sangat keras hingga terasa sakit. Alya membungkukkan badan ke depan mencoba melepaskan diri dari pelukan erat Pak Bejo.

Semua usaha Alya sia-sia. Untuk bisa mempertahankan keseimbangan diri, Alya harus mundur ke belakang. Tanpa dikomando, Pak Bejo segera beraksi. Pria tua itu menyelipkan selangkangannya yang sudah membusung besar ke lipatan pantat Alya. Tangannya juga meremas buah dada Alya dengan sangat kasar. Alya mengernyit kesakitan.

?He-Hentikan, Pak!! A-Atau saya akan teriak minta tolong!? kata Alya terbata-bata. Dia sangat ketakutan.

?Aku tahu Mbak Alya tidak akan melakukan itu. Apa yang dibutuhkan Mbak Alya adalah tidur dengan laki-laki sejati. Setelah kita bersetubuh nanti, Mbak Alya akan menjadi seorang wanita yang mendambakan kontol besar setiap hari.? Kata Pak Bejo sambil terengah-engah penuh nafsu.

Setelah berusaha mengatasi kepanikan, Alya mencoba melawan. Tangan Alya meraih rambut Pak Bejo, memaksa pria tua itu menunduk dan dengan sekuat tenaga Alya menyepak kemaluan Pak Bejo.

?Aduh! Lonthe!!?

Pria tua yang mesum itu pantas menerimanya. Dengan nekat Alya mencoba kabur ke pintu depan sambil melewati Pak Bejo yang sedang kesakitan. Salah besar. Tangan Pak Bejo menarik rambut Alya dan membanting tubuh si cantik itu ke lantai. Alya yang jauh lebih ringan terbanting dengan keras.

Pak Bejo melepaskan rambut Alya.

Alya mencoba berdiri dengan sempoyongan, ia berusaha mempertahankan kesadarannya. Dengan satu tamparan keras di pipi, tubuh Alya terlempar lagi ke lantai. Air mata mulai menetes di pipi mulus Alya. Tamparan kedua menyusul tak lama kemudian, membanting tubuh Alya ke arah yang berlawanan. Akhirnya pukulan dan tendangan Pak Bejo seakan tak berhenti menghajar tubuh Alya. Pak Bejo mengunci tubuh Alya, sehingga walaupun Alya berusaha melawan, semua tidak ada gunanya. Tak perlu waktu lama sebelum akhirnya perlawanan Alya mengendur dan tubuhnya mulai lemas. Tamparan demi tamparan Pak Bejo menjadi hajaran yang tak tertahankan.

?Pak!! Saya mohon!! Hentikan! Hentikan!!? ratap Alya sambil menangis.

Akhirnya Pak Bejo berhenti menghajar Alya. Alya mulai meraung-raung dan menangis sejadi-jadinya. Darah menetes dari hidungnya yang sembab.

?Nggak apa-apa. Sebentar lagi juga sembuh.? Pak Bejo menyeringai.

Tangan Pak Bejo mulai bekerja dengan cepat melucuti pakaian yang dikenakan Alya. Pak Bejo melepas rok dan rok dalam yang dipakai Alya. Akhirnya Alya bisa merasakan tangan kuat pria tua itu merobek celana dalamnya.

Alya tidak percaya ini semua terjadi padanya. ?Ini pasti mimpi buruk.?

Pak Bejo juga tidak percaya melihat kemolekan tubuh Alya. Kaki yang jenjang, paha yang mulus dan rambut tipis tercukur rapi menutup gundukan memek yang bersih. Keindahan yang tidak ada duanya. Keindahan tubuh Alya persis seperti apa yang selalu diidam-idamkan oleh Pak Bejo ketika masturbasi sendirian di kamar mandi. Tubuh yang indah itu kini tergolek pasrah di atas lantai.

Pak Bejo tak perlu waktu lama untuk menyerang tubuh Alya. Dia membenamkan kepala di antara paha Alya dan mulai menghirup aroma wangi liang kewanitaannya. Pak Bejo mulai menjilati bibir kemaluan Alya.

?Ya Tuhan!? Alya menggigil tak berdaya sambil mencengkeram kepala Pak Bejo dengan kedua tangannya dan mencoba mendorongnya menjauh. Bahkan Hendra tak berani melakukan itu padanya. Lidah Pak Bejo makin lama makin meningkat intensitas iramanya dan Alya mulai kehilangan kendali pada tubuhnya. Dengan malu Alya mulai menyadari kalau tubuhnya perlahan menikmati apa yang dilakukan oleh Pak Bejo sementara batinnya mencoba mengingkari.

?Aaah!!? lenguh Alya keras sambil terus mencoba mendorong kepala Pak Bejo.

Lenguhan Alya makin lama makin keras dan tubuhnya menggigil penuh nafsu birahi di bawah rangsangan luar biasa dari Pak Bejo. Alya sudah tidak ingat lagi akan semua hal yang ia junjung tinggi, pekerjaan, pendidikan, latar belakang, keluarga, suami, anak? semua hilang ditelan nafsu. Tidak ada jalan keluar. Dia akan ditiduri oleh laki-laki ini, seorang pria tua yang ternyata memiliki hati busuk.

Dengan kecepatan tinggi, Pak Bejo mulai meloloskan baju dan celana yang ia kenakan. Saking nafsunya, ia bahkan merobek kaos oblongnya. Berbaring di lantai, Alya sekilas melihat batang zakar Pak Bejo sebelum dia akhirnya memeluk Alya. Kontol Pak Bejo sangat besar, bahkan lebih besar dari milik Hendra, batin Alya dalam hati. Kaki Alya yang jenjang diangkat ke atas oleh pria tua yang sudah nafsu itu, keduanya ditautkan di pundak Pak Bejo dan dengan secepat kilat, Pak Bejo sudah sampai di selangkangan Alya. Tanpa tunggu waktu terlalu lama, langsung dilesakkan kontolnya ke dalam memek Alya.

?Ya Tuhan!? lenguh Alya ketika penis Pak Bejo masuk ke dalam liang kemaluannya. Si cantik itu bahkan harus menutup mulutnya dengan tangan agar tidak berteriak kesakitan saat kontol Pak Bejo dipompa dalam rahimnya berulang-ulang kali.

Tapi Pak Bejo tetaplah seorang pria tua. Tidak sampai lima menit, Pak Bejo sudah melepaskan cairan pejuhnya di dalam rahim Alya. Alya menatap wajah Pak Bejo dengan perasaan campur aduk.

?Sudah kubilang kalau kau akan menikmati semua ini, Mbak Alya. Lenguhanmu terdengar sangat keras dan merangsang.? Kata Pak Bejo sambil meringis penuh kemenangan.

Alya yang malu memalingkan wajah.

Saat Alya berusaha bangun, Pak Bejo menarik tubuh Alya dan memeluknya.

?Mau kemana, sayang? Kita kan belum selesai. Kamu nggak pengen dikenthu lagi??
?Mau ke kamar mandi.? Kata Alya berusaha melepaskan diri dari pelukan Pak Bejo.
?Tapi kamu kan nggak bisa pergi seperti ini.?

Pak Bejo berdiri dan membantu Alya ikut berdiri. Satu persatu dilepaskannya semua pakaian yang melilit tubuh indah Alya. Mulai dari baju, BH sampai rok dalam yang masih tersangkut di kaki Alya. Setelah selesai, dibaliknya tubuh Alya.

?Sekarang baru boleh pergi.? Kata Pak Bejo terkekeh sambil menampar kecil pantat Alya yang bulat dan mulus. Sambil menahan air mata, Alya pun pergi ke kamar kecil.

Saat kembali ke kamar tengah, Pak Bejo sedang menonton acara TV.

?Duduk di pangkuanku!? Perintah Pak Bejo sambil menepuk kakinya. Alya sempat ragu-ragu untuk sesaat, dia sangat sadar bahwa dirinya saat ini sedang telanjang tanpa sehelai benangpun di depan seorang pria yang bukan suaminya sendiri. Orang itu kini menghendaki tubuh indah Alya duduk di pangkuannya. Alya hanya bisa mendesah penuh kepasrahan. Air matanya kembali menetes.

Tak berapa lama setelah duduk di pangkuan Pak Bejo, tangan jahil pria tua itu mulai meraba-raba tubuh indahnya. Lama kelamaan, api yang tadinya padam mulai menyala lagi. Kali ini Pak Bejo ingin mengeluarkan pejuh di mulut Alya. Istri Hendra itu memang sangat jarang melakukan oral seks atau fellatio pada suaminya sendiri karena terlalu alim. Sekali dua kali dilakukannya dengan terpaksa. Alya selalu menganggap hal itu kotor dan menjijikkan. Hanya pemain film porno yang pernah melakukannya.

?Aku tidak mau melakukannya.? Kata Alya bersikukuh.

Tanpa banyak bicara Pak Bejo meraih kepala Alya dan akhirnya istri Hendra itu hanya bisa pasrah. Alya mulai mengoral kontol Pak Bejo.

Remasan tangan Pak Bejo di kepala Alya mengeras. Si cantik itu bisa merasakan denyutan di kontol yang diemutnya kalau Pak Bejo hampir mencapai orgasme. Kontolnya sangat besar dan keras di dalam mulut Alya sehingga dia mulai batuk-batuk dan kehabisan nafas tapi Pak Bejo tidak peduli. Alya berusaha mundur untuk menarik nafas, tapi tangan Pak Bejo meraih rambut belakang Alya dan mendorongnya maju sampai tertelan seluruh batang kemaluan sang pria tua. Karena kuatnya dorongan Pak Bejo, tubuh Alya menggelepar karena tercekik kehabisan nafas.

Alya berontak dan berusaha melepaskan diri, tapi Pak Bejo terlalu kuat untuknya. Lalu perlahan pria tua itu berhenti sesaat, memberikan kesempatan bagi Alya untuk bernafas sejenak. Sayang hanya sebentar, karena kemudian tiba-tiba saja kepala Alya didorong maju dan dipaksa menelan seluruh batang kontolnya. Tepat ketika ujung kepala kontol Pak Bejo menyentuh tenggorokan Alya, air mani pun meledak di dalam mulutnya.

Tidak ada jalan lain kecuali menelan seluruh pejuh yang dikeluarkan oleh Pak Bejo untuk menahan diri agar tidak tercekik. Saat dilepas oleh Pak Bejo, Alya rubuh ke belakang dan menarik nafas lega. Seluruh pipi dan dagunya belepotan air mani Pak Bejo yang keluar dari bibirnya yang merah.

Sadar apa yang baru saja diminumnya, langsung saja Alya merasa mual. Istri Hendra itu segera lari ke kamar mandi dan muntah-muntah di sana. Setelah muntah, Alya merasa lebih baik dan tidak lagi merasa mual. Sesaat setelah muntah, barulah Alya sadar kalau Pak Bejo sudah berdiri di sampingnya. Alya tidak melakukan perlawanan apapun saat pria yang lebih pantas menjadi ayahnya itu memeluk tubuh indahnya yang telanjang dan mengelus rambutnya yang indah untuk menenangkan si cantik itu.

?Apa Mbak Alya sudah enakan sekarang?? bisik Pak Bejo. Mau tak mau Alya mengangguk pasrah.

Pak Bejo membantu Alya bersih-bersih sebelum membawa ibu rumah tangga yang cantik itu kembali ke ruang keluarga. Pak Bejo menyuruh Alya duduk di salah satu sofa sementara dia sendiri duduk tepat di hadapan Alya.

?Santai saja. Jangan dianggap masalah berat.? Kata Pak Bejo sambil mengeluarkan sebungkus rokok dan mulai menghisapnya. ?Pindah channel TVnya.?

Dengan menurut, Alya meraih remote TV dan memencet tombol. Entah acara apa yang ingin ditonton Pak Bejo, Alya tidak peduli.

###
Pak Hasan adalah mertua Lidya dan ayah kandung Andi. Usianya sudah 58 tahun, bertubuh gemuk, botak dan sudah menduda sejak 12 tahun terakhir. Setelah kehilangan rumahnya yang berada di desa karena tidak bisa membayar hutang yang menumpuk, Pak Hasan sedianya akan ditampung sementara oleh Andi dan menantunya Lidya yang sama-sama baru berusia 26 tahun sebelum nantinya mendapat rumah kontrakan yang baru.
Pak Hasan mengetuk pintu depan dan menantunya yang ayu segera menyambutnya. Si seksi itu hanya mengenakan daster tipis yang menerawang, khas baju ibu-ibu rumah tangga. Tapi entah kenapa, saat Lidya yang mengenakan baju itu, terlihat sangat menggairahkan. Lidya terlihat sangat cantik dan segar.
?Lho? Bapak? Aku kira bapak baru akan datang besok lusa? Ayo masuk dulu,? kata Lidya sambil memutar badan. Walau tertutup daster, tapi Pak Hasan bisa melihat jelas lekuk pantat sempurna milik Lidya yang menerawang dibalik daster. Lidya, seperti juga kakak-kakaknya memiliki kecantikan natural yang sempurna. Walaupun menantu Pak Hasan itu memiliki perangai yang manis, ceria dan suka bercanda, tapi sosok ayu dan seksinyalah yang membuat setiap lelaki ingin menidurinya.
?Mas Andi belum pulang, tapi sebentar lagi pasti datang.?
?Tadi aku naik bis yang sore.? kata Pak Hasan sambil mencari sofa untuk duduk.
?Oh begitu. Istirahat dulu, Pak. Anggap saja rumah sendiri.? Jawab Lidya sambil membungkuk untuk mengambil cangkir yang ada di meja di depan Pak Hasan. Karena daster yang dipakai Lidya sangat longgar, gerakan ini membuat Pak Hasan bisa mengintip celah buah dada putih ranum yang menggiurkan di balik BH Lidya.
Melihat keseksian menantunya, kemaluan Pak Hasan langsung mengeras. Mertua Lidya itu segera menyembunyikan tonjolan di selangkangannya karena malu. Setelah menata meja, Lidya duduk di depan Pak Hasan dan menyilangkan kakinya, seakan memamerkan kakinya yang putih, mulus dan jenjang dengan bulu-bulu halus yang menggairahkan. Pak Hasan harus konsentrasi penuh untuk mendengarkan pertanyaan Lidya.
?Jadi bagaimana perjalanannya? Capek yah, Pak??
?Lumayan melelahkan. Lima jam perjalanan.?
Mata Pak Hasan bergerak menelusuri seluruh lekuk tubuh Lidya, dari atas sampai bawah, dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Hampir 5 tahun sudah Pak Hasan tidak melakukan kegiatan seksual. Setelah kematian istrinya, Pak Hasan sering memanggil pelacur saat masih tinggal di desa. Tapi kemudian berhenti karena hutang-hutangnya kian bertumpuk dan dia tidak bisa membayar seorang pelacurpun. Lidya mulai sedikit rikuh dengan tatapan mata Pak Hasan yang seakan menelanjanginya.
?Aku naik dulu ke kamar ya, Pak. Mau mandi sebentar lalu aku siapkan makan malam. Bapak pasti sudah lapar kan? Anggap aja rumah sendiri,? kata Lidya sambil menaiki tangga. Mata Pak Hasan tidak lepas dari goyangan pantat menantunya yang aduhai sampai ke atas tangga. Walaupun sudah uzur, tapi Pak Hasan tetap laki-laki normal, dia butuh melepaskan hasrat birahinya. Dia ingin masturbasi untuk melepaskan gejolak nafsunya.
Saat itu telepon berbunyi. Pak Hasan mengangkatnya.
?Halo??
?Halo, ini Bapak ya??, tanya suara di ujung, yang rupanya suara Andi.
?Iya, ini Bapak, Ndi,? kata Pak Hasan.
?Pak, aku minta maaf aku nggak bisa pulang hari ini, soalnya aku harus lembur di luar kota dan baru akan pulang sekitar hari Minggu sore. Mendadak banget dan tidak bisa ditunda. Tolong pamitin ke Lidya ya. Pesawatnya hampir berangkat, aku tidak bisa lama-lama. Maaf tidak bisa menemani Bapak. Aku telpon kalau sudah sampai di sana nanti.?
?Baik, Ndi. Nanti Bapak sampaikan. Iya.?
Setelah mengucapkan salam perpisahan, Pak Hasan menutup telepon.
Pak Hasan berniat untuk membawa tas-tasnya yang berisi baju ke kamar atas. Perlahan dia menaiki tangga, melewati kamar utama ? tempat tidur Lidya dan Andi. Terdengar deru suara air mengalir dari kamar mandi yang terletak di dalam kamar utama. Pak Hasan meletakkan tasnya di depan pintu kamar. Setelah berpikir keras, dia memutuskan untuk memasuki kamar tidur utama pasangan Andi dan Lidya.
Di atas ranjang terdapat celana jeans dan atasan kaos putih. Saat mengambil kaos itu Pak Hasan mendapati BH dan celana dalam tipis yang juga berwarna putih. Pak Hasan benar-benar tidak kuat lagi menahan birahinya. Diambilnya celana dalam Lidya, dibukanya celananya sendiri, dan mulailah ayah mertua Lidya itu coli dengan menggesekkan celdam Lidya di kontolnya yang mulai keriput.
Detak jantung Pak Hasan makin cepat karena ia tahu menantunya sedang mandi sementara dia coli menggunakan celana dalam yang akan dipakai Lidya. Gerakan Pak Hasan makin meningkat cepat karena saat coli Pak Hasan membayangkan enaknya menikmati tubuh Lidya di ranjang dan bagaimana rasanya memeluk menantunya yang cantik itu. Pak Hasan membayangkan asyiknya melihat tubuh molek Lidya terhentak-hentak didera sodokan penisnya.
Pak Hasan mengintip sedikit ke kamar mandi. Lidya rupanya lalai dan membiarkan pintu kamar mandi sedikit terbuka, memudahkan akses bagi mertuanya mengintip. Pak Hasan mendapati Lidya sedang menyabuni buah dadanya yang besar dan kenyal.
?Wow. Tubuh si Lidya benar-benar indah. Sangat seksi,? batin Pak Hasan. ?Seandainya mungkin, aku ingin masuk ke dalam sana dan mengenthu menantuku yang aduhai itu.?
Pak Hasan meneruskan colinya di celdam Lidya saat menantunya itu membungkuk untuk menyabuni kakinya yang jenjang dan pahanya yang mulus. Tak lama kemudian, Lidya bersandar pada dinding sementara air shower membilas tubuhnya yang putih mulus. Tangan kiri Lidya menangkup buah dadanya yang indah. Jari jemarinya mulai mengelus dan menowel-nowel pentilnya. Pak Hasan terpana melihat menantunya itu memainkan payudaranya. Tangan kanan Lidya menuruni perutnya yang langsing dan masuk ke selangkangannya.
?Aaaaahhhhhh,? Lidya mendesah kecil.
Tangan kiri Lidya yang penuh gelembung sabun itu kini memilin dan meremas-remas pentil payudaranya hingga mengeras, lalu meremas buah dadanya bergantian. Tangan kanan Lidya masih berada di selangkangannya. Semakin mencondongkan tubuhnya ke belakang, Lidya membentangkan kakinya sedikit. Pak Hasan bisa melihat jari jemari lentik tangan menantunya keluar masuk memeknya sendiri. Pak Hasan terpesona melihat si cantik Lidya menggunakan jempolnya untuk menggosok dan menggerakkan daging menonjol yang ada di ujung atas bibir vaginanya.
?Ah! Ah! Ah! Ehm! Ehm! Ooooohhh!!!? kaki Lidya melengkung saat si jelita itu melenguh perlahan. Akhirnya tangan kirinya turun lemas ke samping badannya, sementara jari-jarinya tangan kanannya berhenti bergerak, namun tetap berada di dalam liang vaginanya.
Pak Hasan merasakan air maninya membanjir. Tangannya belepotan sperma dan ia membersihkannya menggunakan celana dalam Lidya. Terdengar suara shower dimatikan dan Lidya mulai keluar dari shower. Secepat kilat Pak Hasan meletakkan celdam Lidya seperti sediakala dan meninggalkan kamar itu. Pak Hasan menutup pintu kamar, namun masih membuka sedikit celah. Saat sudah beranjak meninggalkan tempat itu, terlihat Lidya keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk yang terlilit di tubuhnya yang indah.
Pak Hasan sebenarnya bisa langsung orgasme hanya dengan melihat Lidya setengah telanjang dan hanya mengenakan handuk, ternyata mertua mesum itu jauh lebih beruntung daripada yang dia kira. Tak sengaja, Lidya menjatuhkan handuknya ke lantai. Tanpa sepengetahuan wanita ayu itu, sang ayah mertua yang nafsu birahinya sedang memuncak ada di luar kamar sedang mengawasi tiap gerak-geriknya yang molek. Karena memunggungi pintu, Pak Hasan bisa menyaksikan pantat putih mulus Lidya yang sempurna.
Perlahan-lahan Lidya berbalik dan Pak Hasan hampir tak kuat menahan nafsu. Baru kali inilah dia menyaksikan keindahan tubuh Lidya secara langsung tanpa sehelai benangpun. Rambut di atas kemaluan Lidya terlihat terawat karena dipotong rapi dan sangat lembut, sementara payudara Lidya yang montok sangat ranum dan besar. Si molek itu mengambil handuk lalu mengeringkan rambutnya yang dikeramas. Karena bergerak cepat, buah dada Lidya bergoyang ke kanan dan ke kiri dengan erotis. Pak Hasan meletakkan satu tas kresek yang dibawanya dan mulai mengocok kontolnya lagi.
Saat Lidya usai mengeringkan rambut, istri Andi itu mengambil celana dalamnya dengan sedikit membungkuk. Tentu saja Pak Hasan makin puas karena bisa melihat lebih jelas ke arah lubang anus sang menantu. Untung saja Pak Hasan kuat menahan diri, bisa saja ia masuk ke dalam dan menyetubuhi Lidya dari belakang dengan paksa. Warna merah muda anus mungil milik menantunya itu sangat mengundang selera sang pria tua. Pak Hasan berandai-andai apakah anaknya si Andi pernah menyodomi istrinya. Lidya mulai mengenakan celana jeansnya dan kembali payudara si cantik itu bergoyang-goyang. Pemandangan erotis ini makin lama makin memuaskan Pak Hasan. Tak perlu waktu lama, sperma pria tua itu akhirnya meledak di dalam celana.
Pak Hasan mengambil semua tasnya dan berjalan kembali ke kamar untuk berganti pakaian. ?Situasinya menarik sekali!?, batin laki-laki tua itu sambil membersihkan tangan dengan tissue. ?Aku sendirian di rumah selama beberapa hari dengan menantuku yang cantik jelita dan sangat seksi itu! Aku harus mendapatkan tubuh Lidya! Aku harus menanamkan penisku di memeknya yang wangi secepatnya!?
Entah apa yang akan dilakukan Andi seandainya dia mengetahui rencana ayah kandung pada istri yang dicintainya.
###
Setelah hampir setengah jam menonton TV dan menghabiskan rokok, Pak Bejo kembali mengajak Alya. ?Sudah waktunya. Ayo.?
?Ayo kemana?? tanya Alya.
?Sini. Berlutut di depanku.? Perintah Pak Bejo sambil membuka kakinya.
?Pak Bejo! Saya mohon, jangan suruh saya melakukan hal itu lagi! Saya tidak pernah menyukai melakukan hal itu sebelumnya!?
?Oke. Oke.? kata Pak Bejo. Pria tua itu sepertinya memahami dan melangkah ke arah Alya.
Alya bahkan tidak punya kesempatan mengelak saat kemudian Pak Bejo menampar pipinya dengan keras. Alya pun menangis tersedu-sedu. Belum pernah seumur-umur dia diperlakukan dengan kasar oleh seorang pria. Airmatanya meleleh dan isak tangisnya terdengar hingga beberapa saat.
Pak Bejo kembali duduk di hadapan Alya.
?Berapa kali aku harus ngomong sama Mbak Alya kalau Mbak Alya sudah tidak punya pilihan lain lagi? Mbak Alya harus menuruti semua perintahku. Jadi ada baiknya kalau Mbak Alya juga mulai menikmati apa yang aku perintahkan. Jadi merangkaklah kemari dan jangan pernah membantah apa yang aku perintahkan lagi!? ancam Pak Bejo.
Kali ini tidak ada ulangan perintah. Dengan penuh kepasrahan, Alya menyepong tetangganya yang mesum dan berusaha menahan diri agar kali ini dia tidak mual lagi. Pak Hasan melenguh keenakan dan sesekali tertawa terbahak-bahak menikmati enaknya disepong wanita secantik Alya. Setelah usai menyepong, Alya duduk di lantai. Ia masih berada di daerah selangkangan Pak Bejo. Wajahnya yang jelita hanya beberapa centimeter saja dari kontol besar Pak Bejo. Si cantik itu bahkan sudah terlalu takut dan malu untuk mengamati bentuk kontol kebanggaan tetangganya itu. Pak Bejo tahu dia sudah menaklukan wanita cantik bertubuh indah ini.
Alya melihat ke arah jam dinding dan langsung kaget. Opi sebentar lagi pulang! Dengan buru-buru Alya melepaskan diri dari pelukan mesra Pak Bejo dan berdiri.
?Pak Bejo, anda harus pergi sekarang. Opi sebentar lagi pulang dan??
?Ijinkan aku menciummu sekali lagi.? Kata Pak Bejo sembari melihat ke selangkangan Alya dengan pandangan nafsu.
Alya mendekatkan tubuhnya ke Pak Bejo dan merenggangkan kakinya, memberikan akses penuh pada pria tua itu untuk bisa mencium bibir kemaluannya. Pak Bejo segera mengulum-ngulum bibir vagina Alya dengan buas. Alya merem melek dan melenguh tak henti-henti. Kenikmatan bercampur rasa bersalah menguasai istri Hendra itu.
Setelah beberapa saat menjilati, Pak Bejo bangkit.
Pak Bejo mulai berpakaian. Alya merasa aneh karena kini dirinya mulai terbiasa dan tidak merasa malu lagi telanjang bulat dihadapan pria tua ini.
?Aku akan kembali lagi. Mungkin besok, waktu yang sama. Saat membuka pintu, aku harap Mbak Alya tidak mengenakan sehelai benang pun. Besok aku akan memberikanmu kenikmatan yang terhebat dan aku akan mengambil lubang keperawananmu yang tersisa.?
Alya mengangguk karena berharap pria tua brengsek ini segera meninggalkan rumahnya. Setelah berpamitan dan meremas-remas dada Alya, Pak Bejo pun pergi. Alya menutup pintu rumah sambil menangis tersedu-sedu. Dia ambruk ke kasur dan bertanya-tanya dalam hati. Apa yang dimaksud begundal tua itu dengan ?lubang perawan yang tersisa??.
Tapi karena Opi hampir pulang, Alya memaksakan diri untuk bangun. Dia mandi dan menggosok seluruh tubuhnya yang kotor. Dia telah dijilati oleh lidah seorang pria yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya akan menggaulinya. Alya membersihkan tubuhnya dan mandi lebih lama dari biasanya.
Saat itulah dia sadar.
?Aku memang bodoh.? Renung ibu rumahtangga yang jelita itu dalam hati. Jangan-jangan yang dimaksud Pak Bejo adalah lubang anusnya? Pasti akan sangat menyakitkan. Jari jemarinya yang lembut menelusuri bagian belakang tubuhnya, mengitari pantatnya yang bulat. Dia meremas pantatnya sendiri dan menangis sejadi-jadinya.
Pasti akan sangat menyakitkan.
###
Setelah mandi dan membersihkan diri, Pak Hasan kembali turun ke ruang keluarga. Dia duduk di sofa dan menonton berita di televisi, berharap bisa sejenak melepaskan hasrat birahinya yang liar kepada menantunya sendiri. Tidak lama kemudian, Pak Hasan mendengar suara lembut dari atas tangga.
?Pak, siapa tadi yang telepon??
?Oh, itu si Andi dari bandara,? jawab Pak Hasan. ?Katanya dia harus langsung lembur dan berangkat ke luar kota malam ini juga. Baru pulang hari Minggu sore. Untuk keperluan bisnis atau yang lain, Bapak kurang paham.?
Pak Hasan mendengar gerutu kecil dari Lidya tentang kebiasaan Andi yang jarang pulang dan lain sebagainya. Tak lama kemudian Lidya turun ke ruang keluarga. Pak Hasan hanya bisa menatap takjub penampilan menantunya yang indah itu. Lidya memakai baju putih tanpa lengan yang membuat buah dadanya yang besar terlihat menonjol menantang dan celana jeans yang hampir-hampir tidak sampai ke pinggulnya. Dari belakang, Pak Hasan bisa mencuri pandang belahan pantat Lidya.
Pak Hasan mulai terangsang lagi saat membayangkan Lidya menggunakan celdam yang tadi digunakan oleh Pak Hasan untuk coli. Rambut indah panjang Lidya diikat kucir kuda dan membuat si cantik itu tampak lebih muda. Pak Hasan menahan diri dan kembali menatap layar televisi.
Lidya mulai menyiapkan makan malam sementara Pak Hasan menyusulnya ke dapur untuk melihat apakah dia bisa membantu Lidya. Sekitar dua puluh menit memasak dan bercakap-cakap, makanan pun siap. Tak disadari oleh Lidya kalau sedari tadi Pak Hasan memanjakan matanya dengan mengamati setiap lekuk tubuh Lidya dari atas sampai bawah sementara Lidya memasak. Pantatnya yang bulat dan montok itu makin terlihat sempurna karena ketatnya celana jeans yang dikenakan. Saat mengambil bumbu di atas lemari, celana dalam putih yang dipakai Lidya sedikit terangkat dan terlihat oleh Pak Hasan. Lelaki tua itu puas melihat menantunya memakai celdam yang sama yang dia gunakan untuk coli.
Pak Hasan langsung membayangkan nikmatnya menubruk tubuh Lidya, membungkukkan tubuh si cantik itu ke depan, dan melesakkan kontolnya ke dalam memek Lidya sementara tangannya meremas-remas susunya. Lamunan itu sirna begitu Lidya berbalik dan menghidangkan makan malam.
###
Tangan Dina bergetar hebat saat dia melepaskan kancing bajunya. Pandangan mata Pak Pramono tidak lepas dari payudara Dina yang masih tertutup kemeja, menunggu dengan penuh harap untuk menyaksikan susu Dina dalam kondisi tidak tertutup sehelai benang pun. Dina ingin berhenti, tapi terus membuka kancing dan melepas bajunya. Bh dan isinya yang putih mulus dan montok menjadi perhatian utama Pak Pramono. Dina meraih kancing BH di belakang dan melepaskannya. Saat BH itu menggantung di atas payudaranya, Dina mulai ragu-ragu dan berusaha menggunakannya menutup buah dadanya. Dina melepaskan celananya sambil masih memegang BH.
Pak Pramono jelas menikmati pertunjukan ala striptease ini. Sudah jelas bagi pria tua itu bagaimana malunya perasaan Dina, yang tentu malah menambah nikmat rangsangannya. Saat buah dada Dina keluar dari BH, Pak Pramono bisa melihat pentil payudara Dina sudah membesar, tentu karena udara dingin. Saat melepas celana panjang, Pak Pramono memperhatikan celana dalam yang dipakai Dina. Celana dalam putih biasa saja. Hal ini justru menambah minat Pak Pram. Lebih jelas lagi kalau Dina adalah seorang ibu rumah tangga yang sederhana dan mungkin orang yang pernah melihat Dina dalam kondisi setengah telanjang hanyalah Anton dan dirinya sendiri.
Dina menggigil ketakutan. Wanita cantik itu berdiri setengah telanjang di hadapan pria asing yang juga bos dari suaminya. Satu tangan mengapit BH yang sudah hampir copot agar tetap menutupi payudara dan tangan yang satu lagi menangkup selangkangannya. Dengan satu gerakan dilemparkannya BH ke samping sehingga Pak Pramono bisa menyaksikan tubuh bugil istri pegawainya.
Pak Pramono menatap si cantik Dina dan menikmati ketidaknyamanan wanita itu. Tapi dia kemudian menjadi tidak sabar. Pak Pramono membuka tasnya dan melambaikan amplop manila ke arah Dina. Istri Anton itu tahu apa yang dimaksud Pak Pramono dan mengambil nafas sekaligus keberanian ganda. Dina menarik celana dalamnya ke bawah secepat mungkin dan langsung menutup selangkangannya kembali dengan tangannya. Dina kini sudah berdiri tanpa sehelai benangpun di hadapan Pak Pramono, dan berusaha keras menutupi payudara dan vaginanya.
?Letakkan tanganmu di samping,? kata Pak Pramono dingin.
Dina tahu inilah saatnya. Saat-saat penentuan. Apakah dia akan menunjukkan tubuh telanjangnya pada laki-laki di hadapannya ini? Setelah mempertimbangkan resiko tidak melakukannya, Dina menarik nafas panjang dan menyerah. Berdiri tegap dan bergetar hebat, Dina akhirnya mempersembahkan keindahan tubuh telanjangnya yang luar biasa mempesona pada pria selain suaminya. Dina membenci pandangan asusila Pak Pramono pada dirinya, dia membenci pandangan laki-laki tua yang sedang memuaskan diri dengan menjelajahi sekujur tubuh Dina.
?Berbaliklah? perlahan,? kata Pak Pramono.
Dina menurut, dia berbalik memutar badan. Pantatnya yang mulus terangkat merangsang di hadapan Pak Pramono. Dina terus memutar sampai dia kembali berhadapan dengan Pak Pramono.
?Aku tadi bilang berbalik. Bukan memutar,? kata Pak Pramono galak.
Sekali lagi Dina memutar badan, tapi kali ini dia berhenti saat pantatnya berada di depan Pak Pramono. Ruangan itu menjadi sunyi dan bagi Dina semuanya menjadi lebih parah karena tidak bisa melihat ke arah Pak Pramono. Dia tidak tahu apa yang sedang dilakukan laki-laki tua itu. Bagi ibu muda yang cantik dan sederhana itu, kesunyian ini seakan berlangsung amat lama.
?Renggangkan kakimu,? suruh Pak Pramono. ?Bagus. Sekarang membungkuklah dan lihat kemari melalui sela-sela kakimu.?
Dina menahan nafas saat dia melihat ke arah Pak Pramono di antara sela-sela kakinya. Celana panjang sekaligus celana dalam Pak Pramono sudah copot dan penisnya yang mengeras bagaikan menantang langit. Tidak hanya keras, sepertinya kontol Pak Pramono juga lebih besar ? lebih besar dan panjang ? daripada milik Anton. Dina juga sadar kalau memeknya bisa dilihat jelas oleh Pak Pramono. Angin semilir membelai bibir vaginanya yang terbuka menantang. Sebelum ini belum ada satu orangpun yang pernah menyaksikan liang kemaluannya seperti ini, bahkan suaminya sendiripun belum pernah.
Saat Pak Pramono memintanya mendekat, Dina berdiri tegak dan menarik nafas lega. Tapi ketika dia berdiri di samping bos Anton itu dengan bertelanjang bulat, wajah cantik Dina langsung memerah karena malu. Dina melompat mundur ketika jari jemari Pak Pramono mengelus bagian dalam paha mulusnya.
?Kembali ke sini dan buka kakimu lebar-lebar!?
Dina berjalan gontai ke arah kursi tempat Pak Pramono duduk dan memejamkan mata saat jari jemari Pak Pramono masuk ke vaginanya. Kali ini walaupun tubuhnya menggigil, Dina tidak beranjak seinci pun.
?Memekmu kering. Aku pengen memekmu basah, masturbasi dulu!?
Dina tidak tahu seberapa jauh lagi dia bisa menahan malu. Bos suaminya tengah memasukkan sebuah jari ke dalam memeknya dan menyuruhnya bermasturbasi. Dina pertama kali bermasturbasi saat dia masih remaja. Dina tahu perbuatan ini tidak baik untuk pertumbuhan mental sehingga dia berhenti melakukannya. Tapi kini seorang pria asing memerintahkannya bermasturbasi langsung dihadapannya.
Dina mencari lubang kemaluannya dengan jari tengah dan menggosoknya dengan gerakan pelan. Wanita cantik yang dipermalukan itu kemudian merasakan desakan jari jemari Pak Pramono di dalam memeknya pada saat dia bermasturbasi. Dina tidak tahu mana yang lebih memalukan ? saat mata Pak Pramono menatap jari tengahnya atau wajahnya. Kini jari jemari Pak Pramono makin bebas keluar masuk liang vagina Dina karena cairan pelumas dinding vaginanya mulai mengalir.
Pak Pramono mencabut jari jemarinya dan berkata. ?Duduk di pangkuanku.?
Dina lega saat Pak Pramono menarik jemarinya sehingga Dina bisa berhenti bermasturbasi. Dina mencoba duduk di pangkuan Pak Pramono dengan sesopan mungkin, dia berusaha menutup kedua kakinya dengan rapat. Tapi Pak Pramono menggeleng dan kaki Dina segera dibuka lebar-lebar. Wanita cantik itu mencoba berdiri ketika melihat penis Pak Pramono berdiri tegak menantang.
Pak Pramono tersenyum saat melihat Dina memalingkan wajah dan berkata, ?Masukkan ini ke dalam memekmu.?
?Kumohon, Pak Pramono! Aku tidak bisa melakukan ini! Aku sudah menikah! Ini- ini akan menjadi skandal! Ini zinah!?, Dina merengek.
?Masukkan ini ke dalam memekmu, atau??
Dina tahu dia tidak punya pilihan lain. Duduk di pangkuan Pak Pramono, Dina mencoba melesakkan penis laki-laki mesum itu ke dalam memeknya tanpa menyentuh batang kemaluan bos Anton itu. Tapi usaha Dina gagal. Ibu rumahtangga yang cantik itu mendesah kecewa dan dengan tertunduk malu meraih batang zakar Pak Pramono dan menaikkannya ke atas. Dina memposisikan vaginanya di atas kontol yang sudah menghadap ke atas lalu perlahan melesakkannya sambil duduk di pangkuan Pak Pramono. Dina bisa merasakan kontol yang besar dan gemuk itu meraja di liang rahimnya. Dina dan Pak Pramono saling bertatapan saat kontol Pak Pramono melesak seluruhnya ke dalam memek Dina.
Tangan Pak Pramono meraih buah dada Dina. Dielus dan diremasnya buah dada putih mulus, molek dan montok itu. Jemarinya menjepit pentil susu Dina dan memutar-mutarnya dengan kasar. Dina merasa sangat malu saat pentil itu mulai membesar. Dina berusaha keras menahan dirinya agar tidak terangsang dengan remasan dan perlakuan Pak Pramono pada buah dadanya, tapi gagal. Payudara Dina menegang dan pentilnya membesar.
Tangan Pak Pramono melepaskan buah dada Dina, tapi kini giliran mulutnya yang nyosor ke susu putih mulus si Dina. Saat Pak Pramono mengelamuti satu pentilnya, Dina bisa merasakan jari jemari Pak Pramono menangkup bulat pantat Dina. Diangkat, lalu diturunkan, lalu diangkat lagi, berulang-ulang. Pak Pramono bergeser ke pentilnya yang lain, lalu menikmatinya untuk beberapa saat.
Setelah bosan, Pak Pramono menyandarkan kepala ke belakang dengan menggunakan lengan sebagai bantalannya. Dengan posisi relaks, Pak Pramono tersenyum sinis.
?Sekarang, genjot kontolku!?, perintah Pak Pramono.
Mulut Dina menganga tak percaya, dia telah dilecehkan, dihina dan diperdaya. Tapi wanita jelita itu melakukan apa yang diminta oleh Pak Pram. Karena membutuhkan sandaran, Dina meraih pundak Pak Pram dan perlahan mengangkat tubuhnya. Saat seluruh penis Pak Pram hampir keluar dari memeknya, Dina menghentakkan tubuh ke bawah dan kembali ke pangkuan Pak Pram. Lalu Dina naik lagi, lalu turun, lalu naik, turun, naik turun, naik turun berulang-ulang.
Dina mengentoti Pak Pramono, bosnya Anton. Dinalah yang bergerak naik turun, meskipun Pak Pram sekali-kali menggoyang pinggulnya untuk menumbuk gerakan turun tubuh Dina, tapi ibu muda itulah yang bekerja keras. Dinalah yang saat ini sedang menyetubuhi Pak Pram! Meskipun hal itu saja sudah memalukan, tapi Dina kian tak punya muka saat merasakan kehangatan yang nikmat merajai liang vaginanya. Penis Pak Pram yang jauh lebih besar dari penis suaminya menjejal liangnya yang sempit dan memenuhinya dengan nikmat. Gerakan naik turunnya menjadi lebih cepat.
Pak Pramono mulai melihat perubahan pada wajah Dina. Pada awalnya, Dina bersetubuh dengan perasaan malu dan sakit hati, tapi kemudian perasaan itu berubah menjadi birahi. Pak Pram tahu Dina mulai menikmati dientoti oleh pria tua itu. Bukan maksud hati Dina untuk bersetubuh dengan Pak Pramono, tapi tubuh Dina mengkhianatinya karena lama kelamaan ibu muda yang cantik itu mulai merasa kenikmatan yang tiada tara walaupun awalnya dia dipaksa untuk melayani bandot tua ini.
Pak Pramono mulai menelusuri tubuh istri Anton dengan satu tangan dan akhirnya mencapai ujung kelentit kemaluan Dina. Saat Pak Pramono menggosok klitoris Dina, mata istri Anton itu terbelalak dan menatap Pak Pram tak percaya. Tapi Dina tetap meneruskan gerakannya, naik turun dan membiarkan kontol Pak Pram menusuk tiap jengkal ruas liang kemaluannya. Pak Pram tidak berhenti menggosok klitoris Dina. Tak lama kemudian, Pak Pramono merasakan kuku jari Dina menancap makin dalam di pundaknya. Gerakan Dina makin lama makin cepat hingga Pak Prampun tidak sanggup lagi merangsang klitoris Dina. Dina melepaskan lenguhan keras dan tubuhnya bergetar hebat sebelum akhirnya berhenti. Dia sudah mencapai klimaks.
Pak Pramono menunggu Dina sampai si cantik itu membuka matanya. Wajah Dina yang dilanda kepuasan memerah karena malu. Pak Pramono menganggukkan kepalanya sebagai tanda agar Dina meneruskan pekerjaannya. Maka wanita cantik itu kembali menggunakan memeknya untuk memeras penis Pak Pramono. Dina kembali menyetubuhi pria tua yang telah membuatnya orgasme. Tadi Pak Pramono memang ingin memuaskan Dina agar ibu muda yang cantik itu malu, tapi kini Pak Pramono hanya menginginkan kepuasannya saja. Pak Pramono menarik bokong Dina dan membimbing tubuhnya naik turun batang kemaluannya dengan lebih cepat. Dia mendorong tubuh Dina turun ke pangkuannya dengan kasar sementara pinggulnya bergerak sembari menggoyang si manis itu. Makin lama makin cepat. Pak Pramono makin tersengal-sengal karena keenakan.
Tak lama kemudian Pak Pramono orgasme. Dina duduk di pangkuan Pak Pramono saat pejuh pria tua itu membanjiri liang senggamanya. Dina merasa malu, dia merasa dirinya sangat rapuh karena menyerah pada Pak Pramono. Dina merasa diperkosa, tapi lebih malu lagi, karena Dina merasa dirinyapun telah mencapai titik klimaks yang belum pernah dirasakannya selama ini. Walaupun awalnya terpaksa, Dina kini juga merasa bersalah pada Anton. Dia merasa dirinya telah ternoda dan bersalah karena mencapai orgasme.
Dina duduk terdiam penuh rasa malu pada diri sendiri saat Pak Pramono mulai kembali sadar dari kenikmatan orgasmenya. Perempuan molek itu itu bisa merasakan penis Pak Pramono mulai mengecil dan keluar perlahan dari memeknya sementara dia duduk di paha sang pria tua. Dengan posisi kaki terbentang, Dina bisa merasakan pula cairan mani Pak Pramono meleleh keluar dari lubang memeknya. Dina tidak bergerak sama sekali karena takut pada pria tua yang bengis itu. Pak Pramono membuka matanya dan tersenyum puas. Dia mendorong tubuh Dina ke samping.
Mengambil nafas dalam-dalam, Pak Pramono berkata. ?Aku berterimakasih atas kerja samanya. Selama kamu terus menerus memberikan kepuasan padaku, maka aku jamin Pak Anton tidak akan pernah disentuh oleh pihak yang berwajib. Heh heh heh. Besok, datanglah ke Hotel Elok di Jalan Surabaya jam dua siang dan masuk ke kamar 224. Aku akan menunggu Mbak Dina untuk kesepakatan kita selanjutnya.?
Dina hanya memandang diam ke arah Pak Pramono saat pimpinan Anton itu mengenakan baju kerjanya dan bangkit. Dina duduk di ranjang tanpa berkeinginan untuk menutupi ketelanjangannya. Untuk apa? Dia baru saja bersenggama dengan pria tua ini dan Pak Pramono sudah melepaskan pejuh di dalam rahimnya. Apa akan ada perbedaan berarti kalau sekarang Pak Pram melihatnya bugil?
Tanpa mengeluarkan sepatah katapun, Pak Pramono meletakkan amplop manila dan celana dalam milik Dina ke dalam tas kerja lalu berjalan pergi meninggalkan rumah Anton dan Dina.
###
Lidya sudah hampir terlelap ketika dirasakannya angin semilir masuk melalui selimutnya yang tebal. Baru disadarinya ternyata selimut itu diangkat oleh seseorang. Lidya yang masih terpejam tersenyum gembira, ternyata Andi tidak jadi berangkat ke luar kota.
Saat membalikkan badan, barulah disadari bahwa bukan Andi melainkan Pak Hasan yang berada di samping tubuhnya! Karena sangat mengantuk, Lidya lambat bereaksi, dan dengan cekatan Pak Hasan langsung memeluk tubuh menantunya.
Gesekan tubuh telanjang mereka menyadarkan Lidya akan gawatnya situasi yang sedang dihadapi. Lidya pun segera mendorong tubuh Pak Hasan dan berusaha melepaskan diri dari pelukannya. Pak Hasan hanya tersenyum sinis dan menelikung tangan Lidya hingga dia tidak bisa berkutik. Tubuh keriput Pak Hasan menindih tubuh mulus Lidya sehingga istri Andi itu terengah-engah. Semakin Lidya memberontak dan mencoba melepaskan diri sergapannya, semakin Pak Hasan terangsang.
?Bapak! Lepaskan aku! Apa yang bapak lakukan di sini?? tanya Lidya.
###
Malam itu, rasa bersalah yang amat besar membuat Alya tidak bisa tidur. Dia tidak pernah bisa memaafkan dirinya karena memiliki nafsu birahi liar yang tersembunyi di balik kesetiaannya. Dia tidak pernah memaafkan dirinya sendiri yang menjadi hamba nafsu dan terlena oleh perkosaan yang dilakukan Pak Bejo. Awalnya dia mengira itu semua terjadi karena rasa takut, tapi perasaan nikmat itu tidak bisa ia bohongi. Seluruh kejadian bersama Pak Bejo terulang bagaikan film di benak Alya.
Apakah dia seorang korban yang pasrah? Saat itu dia teringat kalimat yang pernah diucapkan oleh Bu Bejo. ?Mbak Alya belum mengerti apa-apa.?. Saat ini Alya baru sadar kenapa Bu Bejo bertahan walaupun didera semua penyiksaan fisik yang dilakukan oleh Pak Bejo. Pak Bejo memberikan kenikmatan seksual yang tidak ada bandingannya. Itu sebabnya Bu Bejo pasrah oleh perlakuan kasar sang suami. ?Bahkan terhadapku pun dia kasar.? Pikir Alya. Dan seperti Bu Bejo pula, Alya harus melalui siksaan fisik luar biasa sebelum akhirnya menikmati puncak nafsu liarnya yang terpendam.
Dinginnya malam tak tertahankan. Alya melangkah keluar dari kamar dan duduk termenung sendirian di ruang depan. Berusaha menenangkan pikirannya yang kalut.
Bagaimana mungkin Alya mengkhianati Hendra demi nafsu birahi sesaat? Ibu rumah tangga yang cantik itu tidak bisa membayangkan hidupnya tanpa Hendra. Mereka saling mencintai satu sama lain. Hendra sangat mencintai Alya. Tapi apa yang bisa diharapkan Hendra dari istrinya? Alya telah ditiduri oleh tetangga mereka yang bejat dan berhati busuk. Dia pasti akan sangat shock jika tahu apa yang telah terjadi. Alya berusaha keras agar tidak menangis. Dia tidak akan mengijinkan Pak Bejo melakukan apapun pada tubuhnya lagi. Alya adalah milik Hendra. Istri sah Hendra. Alya tidak mau dirinya berakhir sebagai istri simpanan atau bahkan budak seks laki-laki busuk seperti Pak Bejo.
?Maafkan aku, Mas Hendra. Aku berharap Mas mau memaafkan aku. Aku berjanji tidak akan mengkhianati kepercayaan Mas Hendra lagi.? Gumam Alya pada dirinya sendiri. Dia berharap bisa menyelesaikan urusan dengan Pak Bejo besok. Dia akan menutup pintu rumahnya kuat-kuat supaya lelaki busuk itu tidak akan bisa masuk dan menodainya lagi. Dia ingin Pak Bejo tahu apa yang mereka lakukan kemarin tidak ada artinya bagi Alya. Istri Hendra itu merasakan beban yang ia pikul perlahan-lahan terangkat.
###
?Itu pertanyaan bodoh, menantuku sayang,? Kata Pak Hasan. ?Kurasa kau tahu pasti apa yang sedang aku lakukan. Birahiku sedang tinggi dan aku bosan onani. Aku pengen memek yang enak, jadi aku masuk ke sini.?
?Gila!! Aku ini menantumu!!? protes Lidya. ?Ini tidak mungkin! Bapak tidak bisa??
?Memangnya siapa yang akan menghentikan aku?? tanya Pak Hasan. ?Tidak ada orang lain di sini. Kamu boleh berteriak kalau mau tapi aku yakin tidak akan ada orang yang akan masuk dan menjebol tembok untuk menyelamatkanmu. Dan kau lihat sendiri, aku juga jauh lebih kuat daripada kamu.?
?Jika bapak memperkosaku, aku akan lapor pada polisi!? ancam Lidya.
?Bisa saja kau lakukan itu. Tapi menurutmu, bagaimana perasaan Andi??
?Apa maksud bapak??
?Seandainya kamu berani pergi ke polisi dan mengaku diperkosa oleh ayah mertuamu sendiri, Andi akan hancur perasaannya. Istrinya yang cantik dan mempesona diperkosa oleh ayahnya sendiri. Apalagi aku akan mengarang sebuah cerita kepadanya kalau istrinya, Lidya yang jelita merayu ayah mertuanya. Bahkan jika dia mencoba untuk tidak mempercayai ceritaku, dia tidak akan pernah percaya lagi padamu. Aku, tentu saja akan menceritakan bagaimana enaknya menyetubuhimu dan membuatmu orgasme. Semua detail akan aku ceritakan. Semua kenikmatan yang tidak pernah ia bisa berikan kepadamu. Oh ya, sayang. Jika kau cerita pada Andi atau polisi tentang perkosaan ini, kau akan menghancurkan hidupnya.?
Lidya terdiam dan tak bisa berkata apa-apa. Mulutnya menganga lebar karena tiap perkataan Pak Hasan ada benarnya.
?Bapak tidak peduli pada Andi? Apa yang akan dirasakannya?? tanya Lidya dengan lirih. ?Bapak benar-benar ingin menyakiti putra bapak sendiri??
?Bukan aku yang akan menyakitinya. Kamu yang akan menyakiti perasaannya. Aku sih cuma pengen ngentotin kamu. Kalau kamu tidak cerita apa-apa sama dia, semua beres. Semua senang.?
?Kecuali aku.?
?Oh, kalau sampai kamu tidak puas bercinta denganku, namaku bukan Hasan.? Kata lelaki tua itu dengan bangga. Dengan berani dia mencium bibir Lidya.
Ciuman yang disosorkan oleh Pak Hasan bukanlah ciuman mesra seperti yang biasa diberikan oleh Andi pada Lidya. Ciuman Pak Hasan sangat kasar dan penuh nafsu, dengan buas Pak Hasan memaksa lidahnya masuk ke mulut Lidya, lalu mengeluarmasukkan lidahnya dengan cepat. Gerakan lidah Pak Hasan seirama dengan gerakan pinggulnya yang mendorong ke depan. Sekali lagi Lidya berusaha mendorong tubuh Pak Hasan. Kali ini usahanya hampir berhasil. Pak Hasan yang tidak siap terdorong mundur. Namun saat Lidya berusaha lari dari ranjang, Pak Hasan menarik kaki sang menantu dan merentangkannya lebar-lebar. Pria tua yang sudah kehilangan akhlak itu menarik lutut Lidya dan menjepitkan pinggangnya di antara dua paha Lidya.
Si cantik itu bisa merasakan jembut kasar Pak Hasan menyentuh bibir kemaluannya. Memek Lidya yang lama kelamaan basah bisa dirasakan oleh kulit Pak Hasan yang langsung menyentuh selangkangan Lidya. Istri Andi itu berusaha mendorong mundur mertuanya. Tak henti-hentinya Lidya memukul dan menampar Pak Hasan, tapi apa daya seorang wanita lemah? Pak Hasan tidak mempedulikan perlakuan Lidya dan meremas payudara sang menantu. Pria tua itu tidak lagi berlaku lembut pada buah dada Lidya. Dengan kasar diremas-remas dan dipelintirnya pentil susu Lidya. Lidya merasa malu saat kemudian puting susunya malah makin mengeras. Pak Hasan tidak melewatkan hal ini dan memelintir pentil Lidya dengan jari-jari tangannya. Lidya tidak berkutik, sambil merem melek dia melenguh keras. Pak Hasan mencium pentil Lidya dan menjilatinya dengan penuh nafsu.
Hangatnya mulut Pak Hasan terasa begitu nikmat sehingga Lidya lupa melawan. Dengan sadis Pak Hasan memangsa buah dada Lidya dengan lidahnya, sesuatu yang sudah dia idam-idamkan sejak lama. Pak Hasan menjilati pentil Lidya lalu menciumi buah dadanya. Kenikmatan yang dirasakan oleh Lidya begitu tinggi sehingga istri Andi itu melenguh keras dan menjambak rambut Pak Hasan. Dengan wajah senang dan puas, Pak Hasan tertawa terbahak-bahak penuh kemenangan.
?Susumu bagus sekali, nduk,? kata Pak Hasan. ?Aku selalu memperhatikan buah dadamu dan bertanya-tanya bagaimana rasanya kalau dijilati. Tidak begitu besar dan tidak terlalu kecil. Cukupan. Sempurna. Pentilnya juga mempesona, lumayan besar.?
Lidya yang tersinggung oleh ejekan itu mulai melawan Pak Hasan lagi, kali ini si cantik itu bahkan berteriak-teriak meminta tolong. Sia-sia saja, tidak ada yang mendengar teriakan Lidya. Pak Hasan tertawa-tawa dan terus meremas payudara Lidya. Dijilati dan digigitinya susu putih Lidya, pria tua yang sangat nafsu itu berusaha menelan seluruh buah dada Lidya ke dalam mulutnya. Dia bahkan meremas payudara Lidya dan berusaha menelan keduanya bersama-sama. Walaupun tindakannya kasar, tapi Lidya mulai merasakan sensasi kenikmatan yang aneh dan kesulitan menolak Pak Hasan.
Pak Hasan mengagetkan Lidya saat mertuanya itu berbalik dan berlutut di atas tubuhnya. Kepala Pak Hasan menghilang di antara paha Lidya dan kontol Pak Hasan bergelantung di atas wajah cantiknya. Penis Pak Hasan sangat berbeda dengan milik Andi. Milik Pak Hasan jauh lebih pendek dan tebal, warnanya juga lebih hitam kemerahan. Lidya bergidik saat membayangkan kontol Pak Hasan memasuki tubuhnya. Rasa ngeri dan ketakutan membuat Lidya mengeluarkan cairan pelumas yang membanjir di selangkangannya. Lidya menggigit bibirnya saat tiba-tiba saja mulut Pak Hasan menjelajahi selangkangannya yang basah. Pak Hasan mulai mencium, menjilat dan menghisap memek sang menantu. Tangan Pak Hasan merenggangkan kaki jenjang Lidya supaya mendapatkan akses bebas ke vaginanya. Direntangkannya lebar-lebar sehingga Lidya tidak bisa menolak perlakuan ini.
Pak Hasan dengan mahir menggunakan lidahnya menjilati klitoris Lidya, lalu pada bibir vagina dan akhirnya lidah Pak Hasan menjelajah ke dalam liang cinta Lidya. Ia menjilat dengan gerakan memutar dan menusuk, membuat Lidya menggelinjang keenakan. Pak Hasan bahkan menggunakan giginya untuk menggigit-gigit kecil klitoris Lidya. Istri Andi itu masih terus berteriak dan melawan, bergerak mengelilingi tempat tidur dengan sekuat tenaga. Tapi Lidya sudah tidak tahu lagi, apakah teriakannya itu teriakan takut atau teriakan penuh nikmat. Tiba-tiba saja Lidya mengalami orgasme. Kenikmatan menguasai tubuh indahnya, Lidya bergetar hebat saat mencapai puncak. Sebuah kenikmatan yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan. Tubuh Lidya tergolek lemas. Tapi bahkan saat orgasme itu sudah menghilang, Pak Hasan belum selesai menikmati tubuh molek Lidya.
Pak Hasan membalikkan badan dan sambil menarik pinggul Lidya, dilesakkannya kontolnya yang besar ke dalam nonok sang menantu. Lidya merem melek karena tidak bisa menahan kenikmatan yang diberikan oleh mertuanya. Seluruh memeknya seakan terulur sampai batas dan terisi penuh oleh kontolnya. Lidya bisa merasakan denyutan demi denyutan kontol sang mertua di dalam liang cintanya. Vaginanya terus memeras penis sang mertua yang keluar masuk dengan cepat. Tiap kali digerakkan, seakan tusukan Pak Hasan makin ke dalam, membuat Lidya mendesah-desah karena tak tahan. Desahan si cantik itu membuat Pak Hasan makin cepat memompa vagina Lidya.

Akhirnya Lidya mencapai puncaknya lagi, tubuhnya yang sempurna melejit karena mengeluarkan cairan cinta. Lidya bisa merasakan air mani Pak Hasan juga tumpah di dalam rahimnya.
Pak Hasan jatuh menimpa Lidya, tubuh mereka menggigil dan bermandikan keringat. Akhirnya dia berdiri dan keluar dengan santai dari kamar Lidya, meninggalkan istri Andi itu terlentang telanjang di kasur.
Saat Pak Hasan akhirnya tertidur, Lidya memutuskan untuk mandi keramas dan mengganti seprei yang baru saja dipakainya untuk melayani nafsu ayah mertuanya. Dia mencoba melupakan apa yang terjadi tapi getaran yang terasa di tubuhnya tak kunjung menghilang. Lidya tahu dia tidak mungkin mengatakan sejujurnya apa yang terjadi pada Andi ataupun pada pihak yang berwajib. Lidya tak punya bukti apapun dan dia takut kalau Andi bertanya padanya apakah Lidya menikmati bersetubuh dengan ayah mertuanya. Andi selalu tahu saat Lidya berbohong jadi dia pasti tahu kalau Lidya mendapatkan sensasi kenikmatan lain saat bersetubuh dengan Pak Hasan. Lidya tidak akan menceritakan apapun pada suaminya.
Saat membersihkan kamar keesokan paginya, Lidya menemukan sepucuk kertas di atas meja riasnya. Surat dari Pak Hasan.
?Aku berharap bisa tidur denganmu lagi, Lidya sayang. Kalau aku sudah tidak kecapekan tentunya. Membayangkannya saja sudah membuatku nafsu. Aku berjanji akan lebih perkasa.?
Walaupun Lidya berharap Pak Hasan hanya mengancam, tapi dia tahu mertuanya itu bersungguh-sungguh. Istri Andi itu gemetar ketakutan. Dia membayangkan ayah mertuanya akan menyetubuhinya lagi setiap ada kesempatan dan tidak ada satupun yang bisa dilakukan si cantik itu untuk menghentikannya.
###
Dina memasukkan kunci dan membuka pintu kamar hotel nomor 224. Sesuai dengan petunjuk yang ia peroleh dari Pak Pramono. Lampu kamar langsung menyala saat ia masuk. Dina lalu menaruh jaket dan tas jinjing yang ia bawa di dalam lemari pakaian. Memperhatikan ruangan kamar hotel, Dina tahu dia datang lebih awal daripada Pak Pramono. Dina melangkah ke arah jendela dan memperhatikan mobil-mobil yang berlalu-lalang di jalan dengan perasaan yang campur aduk.
?Kupikir kamu tidak jadi datang.?
Dina kaget dan hampir melompat saat suara berat di belakangnya terdengar. Dina tidak perlu membalikkan badan untuk tahu siapa yang datang.
?Aku tidak punya banyak pilihan kan, Pak Pramono??
?Siapa bilang? Jalan hidup kita selalu tergantung pada pilihan.? Kata pria yang sangat percaya diri itu sambil memasukkan tas dan jaket ke dalam lemari. Dia meredupkan cahaya lampu supaya lebih temaram dan romantis.
Dina melirik ke arah jari jemarinya. Cincin emas putih yang melingkar di jari manis sebagai lambang pernikahannya dengan Anton membuatnya bergetar ketakutan. Demi cinta dan kesetiaan. Dina membalikkan badan. Tangannya memeluk pinggang seakan hendak menghangatkan badan yang kedinginan.
?Tidak ada yang memaksa Mbak Dina datang kemari. Ingat itu baik-baik.? Kata Pak Pramono sambil mendekati istri Anton. Sekitar satu meter jarak mereka, Pak Pram berhenti. Dina berusaha menantang pandangan tajam Pak Pramono, namun dia tidak sanggup. Pandangan mata Dina turun ke lantai.
?Apa yang Bapak inginkan??
?Mbak Dina tahu apa yang aku inginkan.?
?Aku membencimu! Orang tua berhati busuk!? Desis Dina sengit.
?Bencilah aku sesukamu, sayang. Aku malah lebih suka kamu benci daripada kamu cintai.?, Dengan jarinya yang hitam Pak Pramono mengelus pipi dan rahang Dina yang halus mulus. ?Sangat sempurna. Cantik sekali.?
Dina menarik wajahnya dan mundur ke belakang. Tapi Pak Pramono segera menahan Dina dengan menarik kembali bagian belakang leher Dina, mendekatkan tubuh moleknya ke depan.
?Aku sudah menginginkanmu sejak pertama kali kita bertemu, Mbak Dina. Begitu tenang, sopan, penuh percaya diri. Tapi aku bisa melihat watak aslimu.?
?Watak asli? Apa yang anda maksud??
?Aku tahu sejak pertama kita bertemu, kamu ingin tidur denganku. Kamu ingin aku menusukkan batang penisku dalam-dalam di liang cintamu yang sempit itu. Kamu ingin menelan kontolku yang besar dan panjang lalu menelan semua pejuhku. Iya kan, sayang??
?Dasar gila.? Kata Dina sambil mencoba menjauh.
?Gila?? Pak Pram membiarkan Dina menjauh hingga jarak mereka ada sekitar dua meter.
?Mungkin aku gila. Tapi saat ini, aku yang pegang kendali. Saat ini, tubuhmu yang indah itu adalah milikku!? Kata Pak Pramono sambil tersenyum penuh kemenangan.
?Pak Pramono, saya mohon. Pertimbangkanlah perasaan Mas Anton!?
?Anton? Apa menurutmu dia memikirkanku saat dia mencuri uang perusahaan??
Dina terdiam tak berdaya.
?Memang tidak. Jadi beritahu aku, Mbak Dina tersayang, apa menurutmu aku harus menghentikan tindakanku ini??
?Seharusnya.?
?Bah! Tidak akan! Dia sudah mencuri dariku, jadi aku akan mengambil miliknya yang paling berharga! Istrinya yang cantik jelita!?
?Apa anda akan membuka rahasia ini pada Mas Anton?? tanya Dina.
?Tergantung. Menurutmu apa yang akan terjadi jika dia mengetahui istrinya sudah melayani bosnya bermain cinta??
?Dia pasti minta cerai.?
?Apa Mbak Dina mencintai Pak Anton??
?Sangat. Mohon pertimbang??
?Aku kan sudah bilang. Mbak Dina harus menuruti semua perintahku kalau ingin semua ini berakhir dengan baik bagi semua pihak. Anton tidak akan dipecat dan tidak akan masuk penjara. Aku dapat hiburan gratis dari seorang wanita yang cantik jelita dan molek, sedangkan Mbak Dina sendiri siapa tahu akan mendapatkan seorang keturunan yang berasal dari spermaku.?
Dina menundukkan kepala. Airmatanya mengalir.
?Semudah itu. Aku menginginkan tubuh Mbak Dina. Tiap kali aku butuh, aku telpon atau sms, Mbak Dina melakukan apa yang aku minta, dan Anton tidak perlu tahu apa yang kita lakukan.?
?Aku menjadi budak seks Pak Pramono??
?Aku ingin kau melayaniku, sayang. Aku ingin kau menerima apa saja yang ingin aku lakukan pada tubuhmu yang lezat itu selama aku belum bosan. Setelah merasa bosan, aku akan melepaskanmu dan Anton.?
?Aku tidak bisa melakukannya.?
?Tentu saja bisa.?
?Aku belum pernah mengkhianati suamiku.?
Pak Pramono tersenyum sinis dan mengingatkan Dina. ?Belum pernah? Lalu apa yang kita lakukan kemarin? Wah-wah, anda benar-benar seorang istri yang sempurna. Cantik, setia dan baik hati pula.?
Air mata semakin menggenang di pipi Dina.
?Kemarilah, sayang.?
Perlahan Dina bergerak mendekati Pak Pramono. Airmata mulai deras menuruni pipi ibu muda yang cantik itu. Dengan mata berkaca-kaca Dina menatap Pak Pramono.
?Cium aku.?
Dina membungkuk dan mencium bibir Pak Pramono.
?Dingin sekali. Kamu bisa lebih baik dari itu.? Kata Pak Pram saat Dina mundur.
Sambil meletakkan tangan di pundak Pak Pram, Dina membungkuk sekali lagi dan menangkup bibir hitam Pak Pram dengan bibirnya yang merah mungil. Dina bisa merasakan bibir Pak Pramono membuka dan lidahnya menjelajah ke dalam mulut Dina. Tangan Pak Pram memeluk pinggang langsingnya dan menarik tubuh Dina agar lebih mendekat. Lidah mereka beradu dan Dina memejamkan mata.
Beberapa saat kemudian ciuman itu berakhir. Dina merasa mulutnya sudah sangat kotor.
?Boleh juga.? Kata Pak Pramono sambil duduk di ranjang. ?Sekarang buka bajumu. Aku ingin melihatmu bugil.?
Dina memang sudah pernah telanjang di hadapan pria ini, satu-satunya lelaki yang pernah menidurinya selain suaminya sendiri. Tidak ada jalan keluar kecuali menuruti semua permintaannya. Tangan Dina segera membuka kancing bajunya. Satu persatu pakaian Dina melorot ke lantai. Baju, rok, sepatu dan rok dalam sudah dilepas oleh Dina. Kini di hadapan Pak Pramono berdiri seorang ibu rumahtangga yang amat molek yang hanya mengenakan celana dalam dan BH.
?Tubuhmu memang benar-benar seksi.? Kata Pak Pramono, matanya nanar ingin segera melahap tubuh Dina. ?Aku sudah sering meniduri banyak wanita, tapi tubuhmu adalah yang paling indah yang pernah aku entoti.?
Dina mencoba menutupi ketelanjangannya karena risih.
?Bukankah aku sudah bilang aku ingin melihatmu bugil??
Dina mendesah pasrah dan mulai melepas BHnya. Perlahan-lahan Dina meloloskan BH melalui kedua lengannya dan melemparkannya ke dekat pakaian di lantai. Dina membungkuk dan melepas celana dalamnya.
?Lemparkan celdamnya.? Kata Pak Pramono.
Dina melempar celdamnya ke tangan Pak Pramono. Pria tua itu segera mencium dan menghirup bau memek Dina yang masih tertinggal di celana dalamnya.
?Hmmmmm? harumnya.? Kata Pak Pramono sambil memasukkan celdam Dina ke kantong celananya sendiri.
?Pak Pramono???
Tanpa banyak bicara Pak Pram kembali menganggukkan kepala ke arah Dina. Dia masih duduk di pinggir ranjang.
?Berlutut di depanku, Mbak Dina.?
Dina berjalan perlahan ke arah Pak Pramono dan duduk berlutut di hadapannya. Dina tidak pernah menikmati oral seks. Anton sering menyuruhnya tapi Dina selalu menolak dengan berbagai alasan. Dina tidak pernah mau menelan sperma suaminya.
?Keluarkan burungku dari sarang, Mbak Dina. Aku kok ingin lihat kontolku diciumi oleh bibir semerah bibir anda.?
Dina membuka celana Pak Pram dan menarik semua ke bawah berikut celana dalamnya. Kontol Pak Pram langsung terbebas dan berdiri tegak di depan wajah Dina. Walaupun sudah pernah melihatnya, Dina selalu terkejut melihat kontol Pak Pram. Penis ini memang Pak pram begitu panjang, besar dan bertonjolan urat halus.
?Pak Pram???
?Anda sudah pernah melakukan oral seks, kan??
?Sudah. Hanya untuk Mas Anton. Tapi aku tidak suka melakukannya.?
?Sayang. Sesudah melakukannya denganku, Mbak Dina tidak akan ragu lagi untuk melakukan oral seks.?
Dina terus memperhatikan penis Pak Pram. Dia hanya pernah memasukkan satu penis ke dalam mulutnya dan itu adalah milik suaminya sendiri. Tapi hari ini, sambil berlutut di hadapan penis Pak Pramono, istri yang tadinya setia itu harus melayani nafsu hewani sang pria tua. Dina mengeluarkan lidah dan menjilat ujung gundul kontol Pak Pram, merasakan lendir yang keluar dari rekahan dengan lidahnya. Perlahan-lahan, ditelannya seluruh kontol Pak Pram.
?Ah, enaknya??? desis Pak Pram. Tangannya meraih rambut Dina dan menguntainya lembut. Dia mendorong penisnya lebih jauh ke dalam mulut Dina.
Dina menutup mata dan mencoba menahan diri agar tidak tersedak oleh desakan kontol Pak Pram yang terus didorong masuk ke tenggorokan. Dina berusaha keras agar bisa bernafas saat Pak Pram mulai mendorong pinggulnya. Kini kontol Pak Pram terbenam dalam di mulut Dina. Tangan Pak Pram memegang kepala Dina dan membimbingnya agar bisa mengocok penis Pak Pram dengan mulut. Tiap kali menarik kepala Dina, hidung si cantik itu terbenam sampai ke dalam keriting jembut Pak Pram.
?Terus sayang. Enak banget disepong istri orang!? kata Pak Pram sambil terus menggerakkan kepala Dina pada kontolnya.
Dina meletakkan tangannya di paha Pak Pram agar bisa meraih keseimbangan. Jari jemari Dina bisa merasakan sentuhan bulu-bulu kaki Pak Pram yang keriting.
?Pakai lidah.? Perintah Pak Pram sambil memompa lebih kencang.
Dina menggunakan lidahnya untuk memijat seluruh batang penis Pak Pram. Suara berkecap mulut Dina memenuhi ruangan yang sepi. Dina memejamkan mata, dia tidak ingin melihat dirinya sendiri menelan kontol Pak Pram.
?Ampun, Mbak Dina! Enak banget! Aku mau keluar nih!?
Dina berusaha menarik mulutnya, tapi Pak Pram menjambak rambut Dina dan memaksanya terus menelan kontolnya yang besar. Dina menggelengkan kepala dan berusaha melepaskan diri dari tangan Pak Pram. Dina tidak mau Pak Pram orgasme di dalam mulutnya. Dina bisa mendengar suara tawa pria tua itu ketika akhirnya pejuh Pak Pram meledak di dalam mulutnya. Pak Pram membanjiri tenggorokan istri Anton dengan spermanya.
?Telan.? Kata Pak Pram dengan geram, kontolnya dilesakkan sampai ke ujung.
Dina tidak bisa menahan lagi dan dengan satu tegukan, dia menelan semua muntahan sperma Pak Pramono.
?Anak baik.? Kata Pak Pramono sambil mengendurkan pegangannya dan membiarkan Dina jatuh ke lantai dengan lemas.
Dina menundukkan kepala, dia tidak bisa menghentikan air mata yang terus jatuh menuruni pipinya yang putih mulus. Bibirnya memar dan mulutnya terasa sakit usai mengoral penis Pak Pramono. Tenggorokan Dina juga terasa lecet karena dipaksa menelan kontol besar sampai ke ujung. Dina menunggu sampai Pak Pramono menyuruhnya mengenakan baju. Dia ingin segera pergi meninggalkan kamar ini. Pulang ke rumah, mandi besar lalu tidur. Dina ingin segera meninggalkan semua mimpi buruk ini.
Jari jemari Pak Pramono mengelus dagu sembari mengangkat wajah Dina.
?Mbak Dina kok menangis? Tidak menyukai oral seks??
?Tidak.? Kata Dina pelan.
?Mbak Dina pintar sekali melakukan oral seks. Seharusnya bangga bukannya malah menangis. Belum pernah aku orgasme secepat itu.?
?Saya mohon Pak Pram, bolehkah saya pergi sekarang??
?Pakai bajumu dulu.?
Wajah pria itu berubah menjadi sopan. Dina segera berdiri dan mengenakan pakaiannya.
?Pak Pram, celana dalam saya?? tanya Dina yang sudah bersiap mengenakan rok.
?Itu milikku sekarang. Beli yang baru.?
Dina tidak ingin berdebat dengannya. Setelah usai mengenakan pakaian, Dina langsung bergegas berdiri dan mengambil tas serta jaketnya di lemari. Dina sudah membuka pintu saat Pak Pramono memanggilnya.
?Mbak Dina.?
Dina terhenti di koridor. Dia hanya melirik sedikit ke belakang.
?Aku akan menghubungimu lagi.?
Dina tidak mengatakan apa-apa dan melangkah pergi meninggalkan Pak Pramono. Dia amat bersyukur Pak Pram tidak menidurinya hari ini.
###
Bagaimana nasib Dina, Alya dan Lidya selanjutnya?

Lidya tak henti-hentinya menyalahkan dirinya sendiri yang gegabah karena selalu tidur tanpa mengenakan pakaian, kebiasaan buruknya itu membuat mertuanya yang bejat bisa memanfaatkan situasi dengan mudah. Selain selalu tidur tanpa sehelai benang pun, satu lagi kebiasaan buruk Lidya adalah dia sering meremehkan situasi. Lidya dengan santainya tidur telanjang tanpa mengunci pintu kamar, padahal dia hanya berdua saja dengan mertuanya. Sungguh sebuah kesalahan yang sangat fatal. Ingatan Lidya tak bisa lepas dari kejadian di malam terkutuk saat Pak Hasan, mertuanya sendiri dengan leluasa memperkosa Lidya.

Lidya terjaga sepanjang malam, dia tidak bisa tidur karena masih teringat apa yang telah dilakukan Pak Hasan kepadanya. Dia berusaha melupakan semua kejadian, tapi amatlah sulit melupakan perkosaan yang terjadi pada diri sendiri. Jangankan melupakan, denyutan penis mertuanya yang melesak di dalam vagina seakan tidak pernah hilang dari memek Lidya. Pak Hasan mengancam akan melakukannya lagi, dan dengan kepergian Andi selama beberapa hari ini, tentunya amat mudah bagi Pak Hasan memperoleh kesempatan untuk menidurinya lagi. Lidya berusaha mencari cara untuk melarikan diri dari terkaman nafsu sang ayah mertua. Untungnya ayah mertuanya yang bejat itu seharian pergi entah kemana.

Sudah sepanjang pekan Lidya kesulitan menghubungi Mbak Alya, sejak kunjungannya yang terakhir kali, mereka tidak pernah bertemu lagi, kalaupun berhubungan hanya melalui sms singkat menanyakan kabar. Mungkin Alya dan Hendra sedang sibuk sehingga jarang berada di rumah. Satu-satunya harapan Lidya kini ada pada Dina. Tadi pagi Lidya sudah berusaha menghubungi Mbak Dina. Tapi ada sesuatu yang aneh dari nada suaranya. Kakaknya itu biasanya senang kalau ditelpon Lidya atau Alya, tapi hari ini sangat lain, sepertinya ada beban berat yang tengah dipikul Mbak Dina.

?Mbak, aku boleh tidur di sana seminggu ini? Paling tidak sampai Mas Andi pulang.?, tanya Lidya saat menelpon Dina. ?A-aku takut di rumah sendirian, Mbak.?

?Eh? ehm? gimana yah? ehm? a-aku?? Dina terbata-bata menjawab.

Lidya mengernyitkan dahi. Aneh sekali, ada apa dengan kakaknya itu? Tidak biasanya Mbak Dina terbata-bata saat menerima telepon darinya. Pasti kakaknya itu tengah menghadapi satu masalah yang sangat berat.

?Mbak Dina? Mbak kenapa??

?Eh? ehm, aku nggak apa-apa kok. Hanya saja untuk beberapa hari ini aku tidak bisa menerima tamu, dik. Karena? ehm? karena? karena? aku dan Mas Anton sangat-sangat sibuk, iya, kami sangat sibuk. Bahkan untuk mengurus anak-anak saja tidak sempat dan? dan? lalu? ehm??

?Oh ya sudah kalau begitu. Mbak Dina baru sibuk ya? Nggak apa-apa kok, Mbak. Aku juga nggak pengen nggangguin kalau Mbak Dina lagi sibuk.?, Lidya jadi tidak enak hati. Tapi sebagai seorang adik yang hapal dengan sikap dan sifat kakaknya, Lidya tahu ada sesuatu yang tidak beres di rumah Dina. Itu sebabnya kakaknya itu menolak kedatangannya. Belum pernah seumur hidupnya Dina menolak kehadiran Lidya, Alya ataupun keluarga yang lain. Lidya paham benar ada masalah berat yang tengah dihadapi kakaknya. Dengan berat hati karena kecewa gagal melarikan diri dari rumah, Lidya pun pamit. ?Kalau begitu, nanti aku telepon lagi yah, Mbak.?

?I-iya, dik. Sori banget yah. Aku baru??
?Iya Mbak, nggak apa-apa. Dah Mbak Dina.?
?Dah Lidya.?

Klik.

Kekhawatiran mulai merasuk ke diri Lidya.

###

Alya menguap usai menonton film malam di televisi, karena sudah merasa mengantuk maka dimatikannya pesawat tv. Film yang diputar mulai jam 23.00 itu baru usai jam 01.00 dinihari. Hendra sudah terlelap setelah kelelahan seharian bekerja, Opi juga sudah nyenyak di kamar. Hanya tinggal Alya sendiri yang belum tidur. Akhir-akhir ini Alya mengalami kesulitan tidur, mungkin karena trauma akibat insiden yang dialaminya. Alya telah diperkosa oleh Pak Bejo Suharso, salah seorang tetangga di komplek.

Saat hendak melangkah dan mematikan lampu, tiba-tiba saja telepon berdering. Dengan langkah yang sedikit malas karena sudah sangat mengantuk, Alya mendekati meja telepon. Siapa yang menelpon jam segini? Alya khawatir kalau-kalau ada keluarganya yang tertimpa musibah.

?Halo?? Alya mengangkat telepon.

?Suaramu merdu sekali, manis. Ini aku, Bejo.?, terdengar suara dengung lembut khas telepon genggam di telinga Alya. Tetangganya yang mesum itu menelpon dengan HP.

Sudah beberapa hari ini baik Pak maupun Bu Bejo tidak terlihat datang ke rumah Alya dan Hendra. Sejak hari naas bagi Alya itu, hanya sekali Bu Bejo datang ke rumah. Alya merasa lega karena berharap Pak Bejo lupa akan niatnya yang jahat. Sayangnya harapan Alya tidak terwujud.

Suara Pak Bejo yang berat membuat jantung Alya langsung berdebar-debar. Seketika itu juga rasa kantuknya menghilang. Alya mengintip ke arah kamar tidur dan berharap mudah-mudahan Hendra tidak terbangun.

Pak Bejo terus menyerang. ?Akhir-akhir ini aku sangat sibuk bekerja sampai-sampai tidak sempat mengunjungi Mbak Alya lagi. Jangan takut, aku akan selalu ingat saat-saat indah kita bermain cinta, sayang.?, bisik Pak Bejo.

?Pak Bejo sudah gila? Menelponku jam segini?? Alya mendesis marah. Suaranya bergetar karena ketakutan.

?Aku pengen menidurimu lagi malam ini. Bagaimana kalau Mbak Alya datang ke pos kamling yang sepi di ujung gang? Aku pengen memeluk tubuhmu yang seksi itu untuk menghangatkan diri di malam dingin ini.?

Alya mendengar suara dari arah kamar. Sepertinya Hendra, suaminya sudah terbangun.

?Sekarang?! Pak Bejo benar-benar sudah gila ya?? Bisik Alya sepelan mungkin.

?Alya? Sayang? Ada telpon ya? Dari siapa malam-malam begini?? tanya Hendra dari dalam kamar. Untunglah Hendra tidak terbangun. Dia hanya bertanya dari tempatnya berbaring.

?Bu-bukan siapa-siapa, sayang. Salah sambung. Tidur saja lagi.?

Pak Bejo terkekeh-kekeh. ?Aku belum gila, manis. Cuma lagi pengen ngentotin kamu saja. Sudah dua hari ini aku tidak melihatmu, padahal aku selalu membayangkan tubuh indahmu yang telanjang dan bermandikan keringat. Aku selalu teringat suaramu merintih nikmat saat penisku menembus vaginamu yang wangi itu.?

Hendra menutup kembali tubuhnya dengan selimut. Dia sudah terlampau capek sehingga tidak bisa bangun. ?Ya sudah.?, kata Hendra. ?Aku tidur lagi ya.?

?Dengar, Pak Bejo.?, bisik Alya supaya Hendra tidak curiga. Dia takut suaminya itu belum benar-benar tertidur sehingga bisa mendengarkan percakapan ini. ?Aku tidak mau melakukannya lagi. Tidak mungkin. Apalagi sekarang ?! Bapak tahu ini jam berapa??

?Sayang sekali.? Pak Bejo terdiam agak lama. ?Apa perlu aku yang ke rumahmu sekarang? Apa perlu kamu aku hajar sekali lagi? Atau mungkin perlu besok aku membawa Opi jalan-jalan dan meninggalkannya di tengah kota??

Alya mulai berkaca-kaca menahan tangis. Tidak ada jalan lain melepaskan diri dari ancaman maut Pak Bejo. Alya ketakutan, dia tidak mungkin menceritakan semua perkosaan yang dilakukan Pak Bejo pada Hendra karena takut pria tua yang sangat kasar itu akan menyakiti tidak saja dirinya tapi juga suami dan anaknya yang masih kecil. Alya hanya bisa pasrah. Ancaman Pak Bejo sangat nyata. Tubuhnya bersandar di dinding dengan lemas.

?Tidak.?, desah Alya pasrah. ?Tidak perlu kemari. Aku yang akan segera ke sana.?

?Manis??

?Ya??

?Aku ingin kamu menggunakan pakaian rumah paling seksi yang pernah kamu miliki dan juga jangan memakai BH dan celana dalam. Aku akan menunggumu.?

?Aku tidak punya pakaian yang seksi.? Bisik Alya sambil mengintip ke arah kamar. Hendra benar-benar sudah terlelap sekarang.

?Jangan bohong.?

?Aku tidak punya! Mas Hendra bukan orang yang pikirannya kotor seperti Pak Bejo! Dia menikahi aku karena mencintaiku, bukan hanya menginginkan tubuhku!?

Pak Bejo terdiam lagi. Alya takut pria tua marah karena nada suara Alya meninggi. Tapi terdengar suara kekehan pelan yang menyeramkan. ?Kalau begitu aku menyerahkan keputusan itu padamu, sayang. Pokoknya aku pengen kamu segera ke pos kamling pakai baju seksi, daster yang tipis juga boleh. Ha ha ha ha!?

Alya menggerutu kesal. ?Aku sudah bilang aku tidak pun??

?Aku tunggu di pos kamling.? Klek. Pak Bejo menutup telpon.

Tetesan air mata Alya mulai deras. Dengan sesunggukan istri Hendra itu berusaha bangkit, tapi tubuhnya tak mau beranjak dari dinding tempatnya bersandar. Kepalanya terasa berat dan jantungnya terus didera detakan bertubi.

Tiba-tiba telpon berbunyi kembali. Alya bergegas mengangkat telpon. Terdengar suara kekehan Pak Bejo.

?Ada apa lagi?! Apa bapak mau orang satu kampung ini bangun? Bapak pengen Mas Hendra tahu?? desis Alya marah.

?Aku cuma mau mengingatkan, kalau-kalau suamimu nanti terbangun dan kebingungan mencari-cari istrinya yang tidak ada di rumah. Hendra pasti kalut. Kamu harus mencari alasan yang tepat untuk mengelabui Hendra karena aku pengen pakai memekmu agak lama malam ini.?

?Apa yang harus aku katakan pada Mas Hendra??

Terdengar suara dari kamar. Hendra bergerak lagi. ?Alya? Sayang? Ada telpon lagi??

Sambil berharap Hendra tidak bisa menangkap getar rasa takut dari suaranya, Alya menengok ke arah kamar. ?Ti-Tidak apa-apa kok, sayang. Bener. Tidur aja lagi.?

?Bilang saja Bu Bejo lagi sakit atau apa. Pikirkan sesuatu. Kamu kan pintar.? Klek. Sekali lagi Pak Bejo menutup telepon.

Alya kembali ke kamar dengan perasaan kacau. Dia berpikir dengan keras. Apa yang harus dikatakannya pada Hendra? Dia harus punya alasan secepat mungkin. Perlahan Alya kembali ke kamar dan duduk di samping Hendra memeluk selimutnya erat.

?Siapa yang telepon??, tanya Hendra. Matanya masih tertutup. Alya mengelus rambut suaminya dengan penuh sayang. Hendra memeluk tubuh sintal istrinya.

?Itu tadi Pak Bejo.?, Alya mencoba mencari alasan, paling tidak memang benar Pak Bejo yang menelponnya. ?Dia baru bepergian jauh dan ditelpon dari rumah, katanya Bu Bejo sakit. Aku disuruh menengok dan menemani Bu Bejo malam ini. Paling tidak sampai Pak Bejo datang. Boleh??

?Boleh saja. Bu Bejo kan sudah banyak menolong kita. Perlu aku antar??

?Tidak usah. Mas Hendra kan capek dan besok pagi harus berangkat ke kantor. Kalau aku besok bisa berangkat agak siang.?

Alya membungkuk dan mencium bibir Hendra. Pria itu tersenyum saat merasakan sapuan bibir mungil Alya yang basah. ?Aku sayang Mas Hendra.? Untung saja Hendra terlelap dan tidak membuka mata sehingga tidak bisa melihat Alya yang hampir menangis.

?Aku juga sayang kamu.? Hendra menguap. ?Mudah-mudahan Bu Bejo tidak apa-apa. Kalaupun tidak bisa ditinggal, kamu tidur di sana saja malam ini. Kasihan Bu Bejo sendirian. Pak Bejo kemana sih, kok istri sakit ditinggal sendiri??

?Se-sedang mencari obat katanya.? Alya tergagap. Dia merasa sangat bersalah pada Hendra. Suaminya itu tidak tahu, kalau lelaki tua yang disebutkan namanya itu sebentar lagi akan melesakkan penisnya dalam-dalam di vagina Alya. ?Katanya tadi sih begitu.?

?Baiklah, hati-hati di jalan ya. Sori, aku mengantuk sekali.? Hendra berbalik dan perlahan tenggelam lagi dalam tidurnya.

Setelah Hendra terlelap, Alya mulai membuka lemari pakaian dan mencari-cari baju. Pak Bejo tidak menginginkan Alya mengenakan BH ataupun celana dalam, tapi Alya tidak mau ambil resiko. Diambilnya satu celana dalam G-String yang sudah tidak pernah dipakainya sejak sangat lama. Hendra membelikannya saat bulan madu. Untung saja, Alya bukanlah tipe wanita yang melar tubuhnya saat melahirkan ataupun berubah ukuran celananya dengan drastis. Walaupun agak kesempitan, tapi celana dalam itu pasti masih cukup dikenakannya.

Alya mengambil daster terusan bermotif bunga yang ada di dalam lemari. Baju itulah yang menurutnya paling seksi yang ia miliki. Daster itu tipis sekali, sehingga dengan cahaya seredup apapun, kemolekan lekuk tubuh Alya akan terlihat menerawang. Selain itu dengan daster yang sedikit longgar di bagian leher dan bahu, belahan dada Alya akan terlihat sangat menantang, belum lagi bagian bawah daster sangat pendek hingga hanya bisa pas menutup sampai satu jengkal di atas lutut Alya. Kalau dia membungkuk sedikit pasti celana dalamnya kelihatan.

Saat melangkah ke pintu depan, terdengar suara panggilan kecil dari kamar Opi.

?Mama??

Alya berbalik dan menemui Opi yang terbangun. ?Shhh. Tidur lagi yah sayang.?, bisik Alya sambil memeluk dan mencium putri tersayangnya. Opi langsung terlelap dengan cepat. Si kecil itu tidak merasakan lelehan air mata yang menetes di pipi sang ibu.

###

Lokasi pos siskamling yang dimaksud oleh Pak Bejo ada di pojok jalan. Pos itu berbentuk bangunan kecil yang hanya memiliki dua jendela, satu di sisi kanan dan satu di kiri serta satu pintu di sisi luar sementara sisi lain menempel di tembok sebuah pagar beton tinggi milik rumah warga. Tidak ada apa-apa di dalam pos itu kecuali tikar, asbak dan kartu remi. Alya sangat berharap, tidak ada orang lain yang berada di luar rumah malam itu kecuali dirinya dan Pak Bejo.

Harapan Alya terkabul karena malam itu suasana sangat sepi. Hanya suara angin menggesek daun dan beberapa ekor kucing hilir mudik sambil mengeong mencari makan yang menemani suara jangkrik dan serangga malam lain.

Alya merasa aneh berjalan sendirian malam hari ini seperti ini dengan pakaian yang sangat tipis dan menerawang. Dia berjalan mepet di sisi tembok agar bisa bersembunyi di balik bayangan pagar yang tinggi. Walaupun suasana sepi, tapi Alya tidak mau mengambil resiko. Untung saja jarak antara rumah dan pos kamling tidak terlalu jauh.

Walaupun hanya mengenakan daster dan tidak mengenakan make-up apa pun, wajah Alya tetap mempesona. Hanya dengan memandangi keelokan paras dan keseksian tubuhnya saja, penis tua Pak Bejo bisa menegang. Bandot tua itu geleng-geleng. Dia masih belum bisa mempercayai keberuntungannya. Pria tua buruk rupa seperti dirinya akhirnya bisa juga meniduri wanita cantik dan alim seperti Alya.

Terdengar suara ketukan pelan di pintu pos kamling. Pak Bejo segera membukanya.

Alya terlihat sangat cantik dalam balutan daster tipis menerawang. Tubuhnya yang luar biasa indah terlihat semakin seksi dan kulitnya yang putih seakan menyala di kegelapan malam. Dia terlihat bagaikan seorang bidadari yang baru saja turun dari khayangan.

Pak Bejo Suharso terkekeh-kekeh melihat penampilan mempesona wanita yang akan segera disetubuhinya. ?He he he, luar biasa, Mbak Alya. Benar-benar cantik.?

Alya terdiam dan memalingkan wajahnya yang memerah karena malu. ?A-aku sudah datang kemari. Aku harap Pak Bejo??

?Sstt, jangan membangunkan tetangga yang sudah tidur. Ayo masuk ke dalam.?

Alya menurut saja dan masuk ke dalam pos kamling. Hanya berdua dengan bandot tua yang bejat itu membuat tubuh Alya menggigil ketakutan. Dia hampir tak percaya apa yang sedang dilakukannya. Alya dengan rela menyerahkan diri untuk digauli tetangganya yang buruk rupa sementara suaminya yang tampan sedang tidur di rumah. Pak Bejo menutup pintu pos kamling dan menguncinya. Tak lupa dia juga menutup gorden agar tidak ada orang yang bisa mengintip adegan yang akan segera terjadi di dalam pos kamling ini.

Alya berdiri di tengah pos kamling sambil memeluk dirinya sendiri yang kedinginan terkena udara malam. Tubuh Alya masih terus bergetar, bukan dikarenakan oleh dinginnya semilir angin tapi karena perasaannya yang campur aduk.

?Uhhhhhmmm.? Desah Alya lirih saat tubuh hangat Pak Bejo memeluknya dari belakang. Pria tambun itu tidak perlu berbasa-basi dan ingin langsung menyantap hidangan utama yang lezat yang disuguhkan oleh ibu rumah tangga yang masih muda dan sangat cantik ini. Tangan Pak Bejo bergerak menyusur seluruh tubuh Alya sementara dia menempelkan tubuhnya sendiri di belakang sang ibu muda yang molek itu.

Alya memejamkan mata, setengah tak rela tubuhnya disentuh lelaki selain suaminya, setengahnya lagi menikmati rabaan Pak Bejo di setiap jengkal tubuhnya. Alya makin merinding ketika pria tua itu mulai menciumi bagian belakang leher dan telinganya. Suara kecupan Pak Bejo menjadi satu-satunya suara yang mengisi sepinya malam itu.

Alya melenguh lagi saat Pak Bejo menempelkan penisnya yang mulai mengeras di sela-sela pantat sang ibu muda. Pria tua yang makin bernafsu itu menggerak-gerakkan kontolnya di belahan pantat Alya dengan gerakan yang lembut sementara bibirnya terus menciumi bagian belakang kepala Alya. Tangan Pak Bejo mulai bergerak bebas, meraba buah dada Alya yang ranum.

Untuk beberapa saat lamanya Alya hanya berdiri di tengah pos kamling sementara Pak Bejo terus meraba-raba seluruh tubuhnya. Baru kali ini pria tua menjijikkan itu memperlakukannya dengan lembut.

Tak perlu waktu lama bagi Pak Bejo untuk segera melucuti pakaian yang dikenakan oleh Alya. Dia segera mendorong tubuh ibu muda jelita itu ke tikar yang kotor di lantai pos kamling. Satu persatu baju Alya dilucuti. Setelah pertahanan terakhir Alya yang berupa celana dalam mungil dilucuti oleh Pak Bejo, pria tua itu segera beraksi. Pak Bejo menciumi ujung jari kaki Alya dan perlahan turun terus hingga ke daerah betis, lutut, paha dan akhirnya selangkangan Alya. Ketika sampai di daerah rambut halus bibir vagina Alya, ibu muda itu menangis sesunggukan dan meremas ujung tikar dengan perasaan campur aduk, antara menikmati dan menolak.

Saat Pak Bejo menjilati memeknya yang manis, Alya menggerakkan pinggulnya tanpa sadar dan tubuh seksi wanita cantik itu melonjak-lonjak karena rangsangan luar biasa yang diakibatkan oleh jilatan lidah Pak Bejo. Ketika masih meresapi manisnya cairan cinta yang meleleh di pinggir bibir vagina Alya, Pak Bejo merasakan jemari Alya menjambak rambutnya. Pak Bejo gembira karena Alya rupanya telah tenggelam dalam nafsu birahi.

?Jangaaan? jangaaaan? aku tidak mauuuuu!!!? Alya megap-megap sambil menggeleng kepala menolak kenikmatan badani yang tiba-tiba saja mencapai puncak dan menguasai tubuh indahnya. Wanita cantik itu telah mencapai orgasme awal karena tidak bisa menahan gejolak nafsu birahinya sendiri.

Tubuh Alya melejit dan lepas dari pelukan Pak Bejo. Pria tua itu melepaskan Alya dan membiarkannya terbaring di tikar. Mata Alya terbelalak dan tubuhnya menggigil karena ketakutan saat melihat Pak Bejo melucuti pakaiannya sendiri.

Pria tua yang bertubuh gemuk dan berkulit gelap itu berlutut dan menempelkan ujung gundul kemaluannya yang basah di bibir vagina Alya. Saat dilesakkan kontolnya ke dalam memek Alya, ternyata liang cinta ibu muda itu belum sepenuhnya terlumasi. Hanya sebagian saja dari keseluruhan batang kemaluan Pak Bejo yang bisa masuk.

?Ahhhh? jangaaaaan diteruskaaan? saya mohon Pak! Sakiiiit!! Jangaaan? pelaaan! Pelaaan sajaaa!! Jangaaaan!! Hentikaaan!! Hentikann!!? Alya menjerit lirih karena takut membangunkan penghuni komplek di sekitar pos kamling, tapi rasa sakit yang dirasakannya terlalu menyiksa sehingga air mata menetes di wajahnya.

Alya berusaha mendorong tubuh Pak Bejo menjauh darinya walaupun sia-sia. Alya hanya bisa menangis sesunggukan dan berusaha tabah saat Pak Bejo malah menyodokkan sisa kontolnya ke dalam memek Alya.

?Siap-siap digenjot ya, Bu Hendra?? ejek Pak Bejo yang sengaja memanggil Alya dengan nama suaminya. Wajah Alya memerah karena dipermalukan seperti itu.

Pak Bejo menarik kaki Alya yang jenjang dan menempelkannya di kedua sisi wajahnya. Ibu rumah tangga yang cantik itu harus merelakan tubuhnya dibolak-balik oleh Pak Bejo yang memang berniat menikmati seutuhnya keindahan tubuh Alya. Dengan kaki terangkat ke bahu Pak Bejo, Alya memejamkan mata karena tahu apa yang akan segera dilakukan pria tua itu.

Pak Bejo menarik pinggul Alya dan menjebloskan penisnya ke dalam memek Alya.

?Aaaaaaaaaduhhhh!!! Jangaaaaaaaann!! Sakiiiiiiiiiit!! Aduuuhhhhh? jangaaaan? pelaaan sajaaa! Pelaaaan!!? pinta memelas Alya belum digubris oleh Pak Bejo.

Teriakan dan desis perih Alya ibarat musik yang merdu di telinga Pak Bejo yang bejat. Mendengarkan suara wanita idamannya menjerit kesakitan dan menggeram karena merasakan desakan penisnya di dalam vagina membuat Pak Bejo sangat terangsang. Pak Bejo menarik sedikit batang kemaluannya. Hal ini membuat Alya bisa bernafas sedikit lega, sayang tak berlangsung lama. Saat Alya masih terengah-engah dan menarik nafas, tiba- tiba Pak Bejo mendorong batang penisnya masuk ke rahim Alya sampai ujung terdalam! Alya menjerit kesakitan saat kontol itu menguasai liang cintanya yang sempit.

?Hiyaaaaaaahhh!!? teriak Alya di tengah sepinya malam. Dia sudah tidak peduli lagi kalau-kalau ada orang yang melewati pos kamling itu.

Kontol Pak Bejo masuk sepenuhnya ke lubang vagina Alya. Sekali lagi wanita cantik itu merasakan pahitnya disetubuhi lelaki menjijikkan seperti Pak Bejo.

###

Duduk di depan meja rias, Dina menyisir rambutnya dengan rapi. Ibu muda yang jelita itu menatap muram refleksi dirinya di dalam cermin. Dina tidak mempercayai nasib buruk yang telah dialaminya selama beberapa hari terakhir. Dina masih tetap cantik, masih tetap seksi, masih tetap molek dan masih tetap menggairahkan mata setiap orang yang menatapnya. Akan tetapi predikat istri setia dan ibu yang baik sudah jauh meninggalkan dirinya. Dina yang sekarang bukan lagi Dina yang lugu dan suci. Sudah dua kali Dina yang sebelumnya tidak pernah disentuh pria lain itu bermain api dengan Pak Pramono, atasan suaminya sendiri. Walaupun baru sekali disetubuhi, tetap saja Dina merasa sangat kotor, apalagi saat dengan kesadaran sendiri datang ke hotel yang diinginkan Pak Pram untuk melayaninya menuntaskan hasrat beroral seks.

Pernikahannya dengan Anton seakan lenyap terbakar hawa nafsu birahi yang menyala. Dina malu mengakui nikmat yang dirasakan saat disetubuhi laki-laki selain suaminya sendiri. Walaupun awalnya terpaksa melayani Pak Pramono agar keluarganya selamat dari malapetaka, namun kenikmatan luar biasa yang dirasakan Dina saat melakukan affair dengan Pak Pram tetaplah tidak bisa disembunyikan begitu saja.

Berawal dari sebuah ancaman akan memenjarakan Anton dan menyita seluruh harta mereka, Pak Pram kini menguasai seutuhnya jalan hidup ibu rumah tangga dua anak itu. Dina takluk pada semua perintahnya termasuk menjadi budak seks pribadi Pak Pramono. Apa yang akan terjadi seandainya Anton mengetahui semua kejadian ini? Tentunya dia akan langsung menceraikan Dina begitu tahu istrinya telah ditiduri Pak Pramono. Dina bahkan sangat malu berhadapan dengan adik-adiknya seperti Alya dan Lidya. Sebisa mungkin mereka tidak terlibat dalam masalah ini.

Seandainya saja Dina mampu menolak setiap keinginan Pak Pramono, dia akan melakukannya. Tapi tiap kali pria tua berwajah garang dan berperawakan gagah itu menyentuh dirinya, Dina seperti takluk pada semua perintahnya. Dina juga sangat khawatir dengan aksi Pak Pram yang tidak menggunakan alat pengaman apapun saat menyetubuhinya. Apa yang akan terjadi nanti seandainya Pak Pram menghamilinya? Bagaimana mungkin istri yang tadinya setia dan sangat alim itu terjatuh ke dalam jurang kenistaan dan berubah menjadi pekerja seks privat untuk Pak Pramono?

Tanpa sadar, Dina menyelipkan jari jemarinya ke selangkangan saat membayangkan apa yang telah dilakukannya dengan Pak Pramono. Jari jemari lentik ibu cantik itu masuk ke dalam celana dalam dan menggosok lembut daerah bibir kemaluannya. Lama kelamaan jari itu masuk ke dalam liang cinta Dina. Wanita jelita itu tenggelam dalam masturbasi sambil membayangkan sosok pria yang lebih pantas menjadi ayahnya yaitu Pak Pramono sedang menyetubuhinya dengan penuh nafsu.

Inikah sosok istri yang tadinya setia itu?

###

Pak Bejo mulai memompa penisnya dalam-dalam di memek Alya. Kenikmatan bersetubuh dengan Pak Bejo yang pernah dirasakan oleh Alya saat diperkosa pria tua ini kembali terulang. Pandangan mata Alya mengabur karena kenikmatan luar biasa yang ia rasakan. Tubuhnya menjadi lemas dan kepalanya ia sandarkan pada tubuh Pak Bejo. Mulut Alya menganga keenakan dan rahangnya mengeras saat si cantik itu akhirnya menyerah pada kenikmatan yang diberikan Pak Bejo.

?Uh! Uh! Uh! Uh!? lenguh Alya pasrah saat pria tua itu menyetubuhinya.

Pak Bejo meremas susu Alya yang montok dan menjilatinya dengan lidah. Dia melakukannya dengan sedikit kasar karena gemas oleh keindahan payudara Alya. Ibu rumah tangga yang cantik itu menarik nafas dalam-dalam karena bibir Pak Bejo yang besar seakan memoles seluruh buah dadanya dengan air liur. Jilatan Pak Bejo mengitari pentil Alya yang mengeras dan sekali dua kali dia menggigit ujungnya dengan lembut.

?Aaaaaaaahh!!? Alya menjerit karena sensasi yang ia rasakan. Sakit yang ia rasakan berasal dari selangkangannya berubah menjadi kenikmatan yang luar biasa. Memek Alya yang ditembusi penis Pak Bejo berulang-ulang akhirnya mengeluarkan cairan cinta yang langsung membanjir. Rasa malu dan puas bercampur menjadi satu sehingga wajah Alya memerah.

Pak Bejo melepas buah dada Alya dan menangkup pipi pantatnya yang bulat mulus. Alya melenguh saat Pak Bejo meremas dan memilin bokongnya yang halus dengan tangannya yang kuat. Penis Pak Bejo masih keluar masuk ke dalam memek Alya yang hangat dan becek. Pinggang Pak Bejo berulang kali bertamparan dengan paha mulus Alya. Karena dilepas oleh Pak Bejo, payudara Alya yang besar bergoyang-goyang erotis seiring gerakan maju mundur pria tua itu.

?Ah! Ah! Ah! Ah!? Alya terengah-engah tiap kali kontol Pak Bejo menerobos ke dalam liang cintanya yang hangat dan basah. Pria tua itu menyetubuhi Alya dengan kecepatan yang makin lama makin meningkat. Seiring makin cepatnya Pak Bejo mengentoti Alya, makin bertambah pula kepuasan mereka hingga hampir sampai ke puncak. Keringat mulai membasahi sekujur tubuh telanjang Alya yang putih mulus. Pak Bejo meringis menahan kekuatan dan giginya terkatup kuat-kuat.

?Huh! Hh! Huh! Hh!? Alya melenguh berulang, tubuhnya bergerak seiring desakan penis Pak Bejo dalam rahimnya.

?Ayo? Hunggh!! Kita? buatkan? Opi? adik baru?!! Huhnggh! Mbak Alya!!? kata Pak Bejo. Wajahnya yang berkeriput penuh keringat dan nampak cerah karena bisa menyetubuhi wanita idamannya.

Pak Bejo meraih ke belakang kepala Alya dan menarik rambut panjangnya. Ia mendekatkan wajah Alya ke wajahnya sendiri dan mulai menangkup bibir Alya dengan bibirnya. Bibirnya yang tebal mengelus-elus bibir Alya hingga basah kuyup oleh air ludah. Lidahnya yang panjang juga bergerak menyusur seluruh bagian dalam mulut Alya. Mata indah Alya terbelalak karena hampir tersedak.

?Hngghh!!? Alya melenguh parau. Pak Bejo melepaskan ciumannya.

?Bersiaplah menerima? uh! ?spermaku?, manis!!? Pak Bejo meraung dan mengatupkan mata saat dia hampir mencapai titik puncak kepuasan. Tangannya mencengkeram bulat pantat Alya, melebarkan bibir memek istri Hendra itu agar bisa menerima penisnya yang besar.

?Engh! Engh! Engh! Huff! Ahhh!! Ahmm!!? Alya mengeluarkan lenguhan berirama tiap kali Pak Bejo melesakkan penisnya ke dalam vagina Alya. Ibu rumah tangga yang sintal itu tidak bisa mengumpulkan pikirannya dan berkonsentrasi, dia hanya mengikuti gerakan Pak Bejo. Alya telah dibuai kenikmatan sehingga tidak bisa berpikir apalagi mengucapkan kata-kata. Tubuhnya mental-mental dalam pelukan Pak Bejo. Alya melemparkan kepalanya ke belakang dan menyerah pada rasa nikmat yang ia rasakan di daerah selangkangan. Entah kenapa dia ingin sekali merasakan kehangatan sperma Pak Bejo di dalam liang cintanya. Dia ingin laki-laki tua itu segera menuntaskan permainannya.

?Hah! Hah! Hah! Hah!?, Pak Bejo melenguh penuh nikmat. Ia menarik pinggangnya ke belakang untuk menyiapkan satu tusukan akhir ke vagina Alya.

?Huuuuuuuuuuuunnngggghh!!?, raung pria tua saat akhirnya ia melesakkan penisnya dalam-dalam. ?Hunngghh!! Hunghhh!! Engghhh!! Hahhhh!!?, Pak Bejo menggeram keenakan saat pinggangnya menampar paha Alya dan memuncratkan banjir air mani dalam liang kemaluan ibu muda yang seksi itu.

Alya bisa merasakan semprotan air mani yang hangat dan lengket di dalam rahimnya. Sensasi yang ia rasakan membuatnya sampai ke ujung kenikmatan. Kepalanya dilempar ke belakang, rambutnya melambai di udara dan Alyapun berteriak penuh kepuasan. ?Ahhhhhhhh!!?. Seluruh sudut tubuhnya mengeras untuk sesaat dan kemudian orgasme pun meledak dalam tubuhnya. Tak pernah sebelumnya saat bermain cinta dengan Hendra Alya memperoleh kepuasan seksual seperti sekarang. Walaupun dalam hati Alya lebih baik mati daripada mengakui kenikmatan ini.

?Fuhh? fuhh? fuh?? Alya terengah-engah usai mengalami orgasme dan melayani nafsu iblis Pak Bejo. Pria tua itu segera menarik penisnya dari dalam vagina Alya.

Tubuh telanjang Alya tergolek tak berdaya dan air mani meleleh keluar dari dalam memeknya.

Pak Bejo masih belum selesai. Pria tua itu meringis bengis dan bersiap lagi.

Dia menginginkan lubang Alya yang lain.

###

Jam dinding sudah menunjukkan angka melebihi tengah malam saat Lidya mendengar pintu depan terbuka. Lidya yang kelelahan tertidur di sofa di depan pesawat televisi setelah menonton acara hiburan malam. Karena masih mengantuk, Lidya sedikit lambat bangun dari sofa dan lupa menghindari pertemuan dengan ayah mertuanya. Pria gemuk dan botak itu langsung mencari menantunya yang molek. Pak Hasan berhasil meraih lengan Lidya dan membungkukkan badan Lidya di dekat anak tangga menuju ke lantai atas sebelum si cantik itu berhasil lari ke kamar atas.

?Bapak! Apa yang bapak lakukan!? Aku tidak mau melakukannya lagi! Ini nista! Zina!? Lidya menjerit dan meronta mencoba melepaskan diri dari pelukan mertuanya.

?Percuma kamu menjerit. Di rumah ini cuma ada kamu dan aku, toh??

Lidya mencoba meronta lebih keras lagi namun gagal, semua usahanya sia-sia. Dengan sekali sentak, Pak Hasan menarik tubuh Lidya dan melemparnya ke atas bantalan empuk bagian belakang sofa yang berada di dekat mereka. Tubuh Lidya melayang dan mendarat hanya bertumpukan perut yang sekarang berada di atas bagian sandaran empuk sofa. Wanita cantik itu tersentak dan hampir muntah.

Dengan cekatan Pak Hasan melucuti kaos santai yang dikenakan menantunya. Mertua yang sudah gelap mata itu sekaligus menarik BH yang dikenakan Lidya dan menggunakannya untuk mengikat tangannya. Kecepatannya menarik BH dan kaos cukup membuat Lidya kagum sesaat, seakan-akan pria tua itu sudah sering melakukan hal ini sebelumnya. Pak Hasan menarik rok pendek yang dikenakan Lidya ke pinggang dan dengan kasar melucuti celana dalamnya.

Lidya berusaha keras menendang ayah mertuanya, tapi karena posisinya yang kurang pas, Pak Hasan bisa menghindar. Setelah seluruh tubuh Lidya terekspos, Pak Hasan dengan leluasa bergerak bebas. Ia segera menampar pipi pantat Lidya dengan sekeras mungkin. Lidya menjerit kesakitan. Sayang, hal itu malah menambah semangat Pak Hasan yang kemudian tertawa terbahak-bahak dan mengulangi tamparannya beberapa kali lagi. Saat ia puas melakukannya, pantat Lidya memerah karena sakit dan istri Andi yang seksi itu hanya bisa sesunggukan menahan air mata. Pak Hasan menarik rambut Lidya dan membalik kepalanya sehingga mereka bisa saling berhadapan.

?Itu hukuman buat menantu nakal yang menghindari ayah mertuanya yang sudah kangen. Jangan pernah lari dariku lagi! Mengerti? Sekarang coba tebak apa yang bapak bakal lakukan sama kamu?? Pak Hasan tertawa terbahak-bahak melihat wajah Lidya yang memelas dan bersimbah air mata. ?Bapak bakal entotin kamu sampai kamu tidak bisa berdiri tegak lagi!?

Setelah mengatakan itu, Pak Hasan melepaskan jambakannya pada rambut Lidya dan merenggangkan kedua kakinya melebar. Dia kini memiliki akses penuh ke memek Lidya yang sudah menantang. Pria tua menggunakan jempol tangannya untuk membuka lebar-lebar bibir vagina Lidya. Pak Hasan segera membuka celananya dan seketika penisnya yang ternyata sudah mengeras keluar dari sarang. Tanpa basa-basi lagi, Pak Hasan menekan penisnya ke dalam vagina Lidya dengan satu sentakan yang sangat menyakitkan Lidya.

Wanita cantik itu menjerit kesakitan dan berusaha keras melepaskan diri dari mertuanya, tapi usahanya gagal. Pak Hasan menarik penisnya dan kembali dia sentakkan ke dalam memek Lidya keras-keras. Lidya kembali menjerit kesakitan karena liang rahimnya belum terlumas secara menyeluruh, sehingga penetrasi yang dilakukan Pak Hasan membuatnya sangat kesakitan. Pak Hasan kembali tertawa terbahak-bahak melihat menantunya menjerit-jerit tanpa daya.

Tangan Pak Hasan mencoba meraih buah dada Lidya yang bergelantungan. Setelah mendapatkan yang dicari, tangan gemuk Pak Hasan mulai meremas-remas serta memilin payudara Lidya seiring gerakan penisnya yang keluar masuk di liang cinta sang menantu. Lidya menangis dan terus memohon pada Pak Hasan agar menghentikan perbuatannya, tapi yang dilakukan mertuanya yang gila itu malah terus menjejalkan kontolnya ke dalam vagina Lidya. Sempitnya liang cinta sang menantu membuat Pak Hasan serasa terbang ke langit nirwana.

Kemudian saat-saat yang ditakutkan Lidya akhirnya datang juga. Wanita cantik bertubuh indah mulai merasakan kenikmatan merambat naik ke seluruh penjuru badan. Mulai dari rangsangan Pak Hasan yang meremas-remas payudaranya sampai kecepatan penis sang mertua yang masih terus keluar masuk lubang vaginanya. Entah kenapa Lidya mulai menikmati perlakuan seperti ini. Rasa takut dan bersalah yang ada di benak Lidya bertarung dengan rasa nikmat yang melanda seluruh tubuhnya. Ada kenikmatan unik yang bercampur antara rasa sakit dan kenikmatan luar biasa yang diberikan oleh sang ayah mertua. Istri Andi itu makin kebingungan saat Pak Hasan akhirnya menyemprotkan maninya ke dalam liang rahim Lidya. Dia bingung karena entah harus merasa lega atau malah kecewa.

Tubuh Pak Hasan menegang dan sesaat kemudian penisnya mengecil. Dengan diiringi suara meletup yang nyaring, mertua Lidya itu menarik kontolnya dari memek sang menantu.

Lidya berbaring di atas sofa dengan perasaan campur aduk. Dia merasa lelah dan malu. Lidya merasakan sentakan kecil dalam tubuhnya, hampir saja si cantik itu mencapai puncak kenikmatan. Pak Hasan berjalan mengitari sofa menuju ke arah Lidya. Sekali lagi mertua cabul itu menjambak rambut Lidya dan menarik kepalanya. Dengan terpaksa Lidya duduk di sofa sementara Pak Hasan berdiri. Kepala Lidya tepat berada di depan selangkangan Pak Hasan.

?Bersihkan kontolku.? Perintah sang mertua.

?Apa?!?, seru Lidya heran. Dia tidak percaya apa yang baru saja didengarnya. Walaupun sudah mulai mengecil, tapi penis Pak Hasan itu masih cukup keras dan belepotan air mani. Tangan Lidya masih terikat oleh kaos dan Bhnya sendiri sehingga dia tidak bisa banyak bergerak.

?Jilati kontolku sampai bersih, nDuk. Cuma gitu aja kok repot? Lebih baik cepat kau lakukan apa yang aku suruh sebelum sebagian pejuhku menetes di sofamu yang mahal itu dan menimbulkan noda! Kalau tidak mau, akan kuhajar kau malam ini juga!?

Karena rasa takut yang amat sangat, tidak ada jalan lain bagi Lidya kecuali menyerah. Sebagai pengantin baru, Lidya amat sering mengoral penis suaminya, tapi hal itu bukanlah hal yang menyenangkan. Dengan perasaan segan, istri yang tadinya setia itu mulai menjilat ujung kontol ayah mertuanya yang masih belepotan air mani. Lidya membersihkan kontol Pak Hasan dengan bibir dan lidahnya. Pria tua itu merem melek karena akhirnya sang menantu tunduk di hadapannya. Perasaan nikmat karena disepong menyatu dengan pikiran erotis bahwa kontolnya sedang dijilati oleh menantunya sendiri yang luar biasa cantik dan seksi.

Penis itupun perlahan kembali mengeras. Pak Hasan menarik kepala Lidya dan menggerakkannya maju mundur. Menantunya yang cantik itu hampir kehabisan nafas dan tersedak karena penis Pak Hasan terus didesak masuk makin dalam. Lidya merintih dan mencoba menarik kepalanya, tapi Pak Hasan jauh lebih kuat darinya. Entah kenapa rintihan Lidya membuat Pak Hasan berhenti mengeluarmasukkan penisnya ke dalam mulut Lidya.

?Wah wah, sepertinya aku terlalu berlebihan ya, nDuk?? tanya Pak Hasan. ?Untung kamu hentikan, soalnya kita belum selesai ngentotnya, toh??

Sebelum Lidya mampu berpikir jernih tentang apa yang dikatakan mertuanya, pria gemuk dan botak itu menarik tubuh sang menantu dan menyandarkannya ke tembok. Di samping pesawat televisi. Perasaan sesak yang diderita Lidya menyebabkan tubuhnya lunglai dan lemas sehingga tidak mampu berdiri tegak. Hal ini dimanfaatkan Pak Hasan untuk melucuti seluruh pakaian menantunya hingga telanjang bulat. Pak Hasan sendiri juga melepas seluruh pakaian yang dikenakannya dengan cepat dan mendorong tubuh Lidya mepet kembali ke tembok.

Tiba-tiba Pak Hasan menampar Lidya. Lagi dan lagi. Dengan kasar Pak Hasan menampar Lidya berulang-ulang kali. Lidya menjerit-jerit kesakitan dan mohon ampun. Airmatanya mengalir deras. Akhirnya Pak Hasan menghentikan siksaannya.

?Jadi begini situasinya, nDuk.? Bisik Pak Hasan galak. Wajahnya sangat dekat dengan Lidya sehingga wanita jelita itu bisa merasakan hembusan nafas penuh nafsu Pak Hasan di pipinya. ?Aku masih terangsang dan pengen menyetubuhimu lagi malam ini. Hanya saja karena aku baru saja orgasme, tentunya kali ini akan membutuhkan waktu lebih lama untuk sampai ke klimaks kedua. Aku ingin mencapai orgasme keduaku malam ini, bahkan kalau untuk mencapai kesana aku harus menyetubuhimu sampai pagi. Aku harap kamu mau bekerja sama, karena kalau sampai aku tidak mencapai apa yang aku inginkan, aku akan menghajarmu sampai mati!?

Lidya panik. Si cantik itu tidak tahu mertuanya itu serius atau tidak, tapi yang jelas tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan dirinya sendiri kecuali menurut pada permintaan Pak Hasan.

?Jangan, Pak. Aku mohon?? bisik Lidya lemah, ?aku mohon jangan sakiti aku lagi.?

?Mengemis tidak akan mengubah pendirianku. Bahkan rengekanmu malah membuat kontolku jadi lemas lagi, nDuk. Tentunya kamu tidak ingin itu terjadi setelah bekerja keras mengeraskannya dengan mulutmu. Ayo. Entoti aku.?

Dengan terpaksa Lidya menurut saat Pak Hasan mengangkat tubuh telanjang sang menantu dan menyandarkannya ke tembok. Pak Hasan melesakkan penisnya masuk ke dalam vagina Lidya dengan lebih lembut kali ini. Wanita cantik itu mengangkat kakinya dan mengaitkannya di pinggang Pak Hasan sementara tangannya menggantung di leher ayah mertuanya, tangan Pak Hasan sendiri menahan beban tubuh Lidya dengan mengangkat pantatnya. Rasanya luar biasa nikmat bagi keduanya berada dalam posisi seperti ini.

Memek Lidya masih licin oleh air mani yang tadi disemprotkan Pak Hasan ke dalam liang rahimnya sehingga dia bisa melesakkan penisnya dengan mudah. Kali ini jejalan kontol sang mertua di dalam liang cinta sempitnya membuat Lidya merasa nyaman dan bergairah, seluruh tubuhnya bergetar merasakan liang rahimnya yang sempit kini meremas-remas penis besar Pak Hasan yang meraja di memeknya.

Dengan punggung Lidya bersandar pada tembok, kedua manusia berlainan jenis itu mulai bergerak bersamaan. Lidya mulai merasa nikmat karena Pak Hasan kali ini memperlakukannya lebih lembut. Rasa sakit yang diderita kedua pipinya karena tamparan Pak Hasan menghilang berganti rasa nikmat yang meraja di selangkangannya. Lidya berusaha keras menyembunyikan perasaan nikmatnya agar tidak terlihat terlalu jelas di depan sang mertua yang cabul. Klitoris Lidya menempel di tubuh Pak Hasan dan setiap gerakan naik turun membuatnya tergesek seirama, tambahan bulu-bulu halus yang menyentuh ujung klitoris Lidya membuatnya melejit ke nirwana. Lidya memejamkan mata dan berusaha keras tidak mendesah keenakan.

?Mana susumu, nDuk?? perintah Pak Hasan lagi tiba-tiba.

Dengan wajah memerah karena terhina, Lidya menyorongkan buah dadanya dengan satu tangan ke arah mulut Pak Hasan. Pria tua itu meringis penuh kemenangan dan menikmati wajah malu sang menantu. Dengan penuh nafsu, Pak Hasan segera menyerang pentil payudara Lidya. Dia tidak lembut lagi kali ini, tapi sangat lihai memainkannya. Dia menarik dan menghisap pentil itu dengan mulutnya, lalu menjilati pinggiran puting payudara Lidya, setelah itu dia mengelamuti pentil itu dan menggigitinya dengan penuh nafsu.

Rangsangan yang dirasakan Lidya terlalu hebat sehingga menggiring wanita jelita itu ke puncak kenikmatan. Tanpa sadar dia menggerakkan pinggangnya lebih cepat dan kuku-kuku jarinya menancap di punggung Pak Hasan sampai akhirnya Lidya orgasme. Lidya bisa merasakan memeknya meremas batang kemaluan Pak Hasan dengan sebuah remasan hebat dan dia mulai merintih serta menjerit lirih penuh nikmat. Akhirnya setelah selesai mengejang dan memeknya banjir cairan cinta, Lidya membuka matanya. Pak Hasan meringis penuh kemenangan. Kontolnya tetap keras dan dia masih terus menumbuk vagina Lidya.

Tak lama setelah Lidya mencapai klimaks, Pak Hasan dengan sengaja menarik penisnya keluar. Pria tua itu lalu duduk di anak tangga. Dia memberi isyarat supaya Lidya menghampiri dan duduk mengangkanginya. Dengan patuh, menantu yang baru saja digauli sampai orgasme oleh mertuanya itu duduk di pangkuan Pak Hasan.

Lidya menurunkan badannya perlahan dan membiarkan kontol Pak Hasan yang masih keras menusuk vaginanya dari bawah. Seluruh tubuhnya melejit begitu penis itu menguasai bagian dalam lubang rahimnya. Rangsangan yang memberikan nafsu hewani dan kenikmatan pada Lidya kembali terpusat pada selangkangannya. Kali ini Pak Hasan tidak perlu meminta karena Lidya tahu apa yang diinginkan mertuanya. Si cantik yang seksi itu pun bergerak naik turun dan mulai menyetubuhi mertuanya.

Buah dada Lidya yang memantul-mantul terlihat sangat erotis di hadapan Pak Hasan. Pria tua itu segera memainkan kedua payudara Lidya dan menghisap pentilnya dalam-dalam. Lidya melenguh manja dan merintih keenakan. Dia tidak peduli lagi, seluruh pikirannya, seluruh kesetiaan dan perasaan bersalahnya seakan menghilang ditelan gelombang nafsu birahi yang diberikan ayah mertuanya. Semakin kasar perlakuan Pak Hasan, semakin memuncak nafsu Lidya. Setelah beberapa lama tubuh Lidya meremas-remas kontol Pak Hasan, akhirnya pria tua itu sampai juga pada ujung klimaksnya. Pak Hasan meremas pinggul Lidya dan menyemprotkan air mani ke dalam lubang rahimnya.

Untuk beberapa saat lamanya Lidya dan Pak Hasan terbaring berpelukan telanjang di anak tangga. Tubuh mereka basah bermandikan keringat dan nafas mereka mendengus karena kecapekan. Perlahan kesadaran akan kejadian yang telah berlaku menyentakkan Lidya. Dia kembali sadar akan nistanya perbuatan ini. Bagaimana mungkin dia malah melayani nafsu binatang sang ayah mertua? Kemana istri Andi yang telah bersumpah setia itu?

Lidya menangis sejadi-jadinya. Dia menyalahkan dirinya sendiri karena terlena oleh nafsu birahi. Lidya meronta dari pelukan Pak Hasan, mengumpulkan pakaiannya yang tercecer dan lari ke kamar, langsung menuju kamar mandi.

Saat Pak Hasan masuk ke kamar dan menyusul Lidya, istri Andi yang cantik itu tengah menggosok seluruh tubuhnya dengan sabun. Wajahnya penuh dengan kemarahan dan perasaan geram.

?Enak juga punya menantu seksi kayak kamu. Tiap kali butuh ngentot tinggal ambil. Beberapa hari lagi Andi pulang. Kalau tidak mau semua terbongkar, sebaiknya mulai sekarang kamu turuti kemauanku! Besok pagi kalau aku masuk ke sini, aku tidak ingin melihatmu mengenakan sehelai pakaianpun, mengerti? Aku ingin melihat tubuh indahmu telanjang dan jangan lupa untuk merentangkan kakimu lebar-lebar!?

Pak Hasan melangkah keluar kamar meninggalkan Lidya yang terhina, putus asa dan tidak tahu harus berbuat apa untuk menyelamatkan diri dari situasi ini.

Air mata menetes deras di pelupuk mata Lidya. Kisahnya masih jauh dari usai.

###

Pak Bejo mengelus seluruh tubuh Alya tanpa ada perlawanan berarti. Seluruh perasaan dan keinginan Alya untuk melawan hilang ditelan oleh kenikmatan orgasme yang baru saja dirasakannya. Pak Bejo mengecup pantat Alya yang bulat, mulus dan kencang. Beberapa kecupan meninggalkan bekas cupang memerah di pantat Alya. Pak Bejo merenggangkan kedua sisi pantat itu dan mulai menjilat lubang kecil yang berada di tengah, tepat di atas bibir vagina Alya yang masih meneteskan air mani. Lubang anus Alya dibuka sedikit melebar.

Tanpa aba-aba, Pak Bejo mencelupkan jari ke dalam vagina Alya, menciduk cairan cinta yang leleh di dalam lubang kemaluan wanita jelita itu dan mengoleskannya di seluruh anus Alya yang menantang. Pak Bejo melumasi dubur Alya dengan cairan cintanya sendiri, dia berniat menusukkan jari jemarinya ke dalam lubang kecil yang sangat sempit itu.

?Renggangkan kakimu!? bentak Pak Bejo. Alya hanya bisa menurutinya dengan isak tangis yang tertahan, ibu muda yang cantik itu pasrah dan merenggangkan kakinya melebar. Jari jemari Pak Bejo terus melumasi dubur Alya dan masuk ke dalam tanpa mengindahkan rasa sakit yang menyiksa Alya. Wanita cantik itu mengernyit kesakitan. Siksaan Pak Bejo sangat tak tertahankan olehnya. Alya melompat ke depan dan berusaha menggeliat melepaskan diri dari tusukan jari jemari Pak Bejo di anusnya. Tapi Pak Bejo ikut bergerak maju dan menindih tubuh Alya.

Pak Bejo terus memasukkan jari demi jari ke dalam dubur Alya sementara ibu muda itu meronta-ronta kesakitan. Rongga di dalam anus Alya perlahan melebar karena jari yang masuk ke dalam makin lama makin banyak. Alya menjerit-jerit tapi Pak Bejo tetap melaksanakan niatnya. Setelah dirasa cukup melumasi, Pak Bejo menarik jarinya keluar.

?Membungkuk! Ayo cepetan! Lelet amat sih?? maki Pak Bejo. ?Naikkan pantatmu tinggi-tinggi! Aku ingin memerawani lubang anusmu!?

Walaupun hatinya menolak, tapi Alya sangat ketakutan. Apa yang harus dilakukannya? Apakah dia harus menyerahkan lubang anusnya pada pria tua yang sangat bejat ini? Tidak ada jalan lain. Alya menurut dan membungkuk. Dia mengangkat pantatnya yang bulat dan mulus tepat di hadapan Pak Bejo. Alya bisa merasakan penis Pak Bejo dieluskan di tengah-tengah pantatnya. Wanita cantik itu melelehkan air mata saat ujung kontol Pak Bejo ditempelkan di bibir anusnya. Pak Bejo memejamkan mata dan menikmati saat-saat terindah hidupnya ini. Sudah saatnya. Dia memeluk tubuh Alya.

?Masukkan ke dalam!? desis Pak Bejo. Dengan tangan bergetar Alya meraih kontol besar pria tua bejat yang sedang memeluknya.

Alya memejamkan mata dan menahan nafas saat Pak Bejo meraih pinggangnya dan menarik tubuhnya ke belakang. Alya menggunakan perasaannya dan membimbing kontol besar Pak Bejo di bibir duburnya yang sempit dan kecil. Alya bisa merasakan penis yang besar dan tegang seperti sebatang kayu itu melesak ke dalam, ujung gundulnya mendesak masuk ke liang terlarang Alya dan memerawani anusnya. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Alya mengijinkan seorang lelaki melesakkan penis ke dalam lubang duburnya.

Saat rasa sakit mulai menguasai Alya, wanita cantik itu sadar kontol Pak Bejo tidak akan muat masuk ke dalam anusnya. Tidak akan cukup! Pak Bejo menggeram dan menusuk lubang anus Alya dengan tenaga ekstra.

Alya menjerit. Seandainya ada warga sekitar yang masih terbangun saat itu pasti mereka mendengar jerit kengerian Alya. Ibu muda yang cantik itu menggeliat dengan panik dan berusaha menarik diri dari desakan penis Pak Bejo. Tapi pria tua yang sudah bernafsu itu tidak membiarkannya pergi dan memegang tubuh Alya erat-erat. Alya tidak bisa melepaskan diri dari pelukan Pak Bejo.

?Ampuuuun!! Sakiiiit!! Sakit sekaliiiii!! Terlalu besaaar!! Jangaaan!! Hentikaaan!! Bisa robeeek!!? teriak Alya yang tersiksa. Dia sudah tidak peduli lagi seandainya ada orang yang bisa mendengarkan teriakannya. Ia tak tahan lagi pada rasa sakit yang dideritanya. ?Hentikaaaan!! Ampuuuuuuuun!!?

Tapi Pak Bejo tidak mengindahkan teriakan Alya. Dia terus saja mendorong penisnya maju tanpa belas kasihan sambil menarik pinggul indah ibu muda yang molek itu. Pak Bejo melesakkan kemaluannya makin dalam ke dalam lubang mungil yang berada di tengah pantat Alya. Anus Alya belum pernah dilesaki penis sepanjang hidupnya, inilah pertama kali dia merelakan lubang pengeluarannya dijadikan alat pemuas nafsu.

?Dorong ke belakang! Dorong ke belakang!!? suara Pak Bejo terdengar parau. ?Goyang bokongmu! Dorong ke belakang! Pasti bisa masuk!?

Alya sudah tidak bisa lagi berpikir jernih. Dia hanya bisa merasakan rasa sakit yang tak tertahankan yang menembus sampai ke tulang sumsum. Rasa nyeri yang ia rasakan membenamkan seluruh kesadaran Alya hingga dia tidak ingat apa-apa lagi. Seakan-akan ada sebatang kayu besar yang ditusukkan ke dalam anusnya.

?Ayo! Dorong ke belakang! Terus! Dorong bokongmu ke belakang!? bentak Pak Bejo dengan penuh emosi, keringat sebesar jagung memenuhi alisnya yang tebal.

Alya mendorong, menggeliatkan badan dan mundur ke belakang. Dengan hati-hati dia mencoba membuka lubang anusnya agar penis Pak Bejo bisa masuk dan memerawani lubang pembuangannya. Alya menjerit-jerit kesakitan tapi Pak Bejo menutup mulutnya dengan tangan, sehingga ibu muda yang cantik itu hanya bisa memendam rasa sakit yang dirasakannya. Alya menggelengkan kepala kesana-kemari dengan panik saat perlahan-lahan batang kemaluan Pak Bejo masuk ke dalam lubang yang sempit itu. Alya terus saja memberontak, tapi eratnya kuncian Pak Bejo membuat istri Hendra itu tidak bisa berbuat banyak. Alya bisa merasakan lubang anusnya yang sempit sobek ketika penis Pak Bejo masuk.

?Hyarrrrgghhh!!? lenguh Alya kesakitan saat pinggul Pak Bejo menghantam pantatnya yang bulat. Bukan hantaman itu yang menyakitkan, melainkan desakan kontol pria tua bejat yang kini tengah menyumpal lubang anusnya. Alya bisa mendengar suara lengkingan Pak Bejo yang sangat bernafsu mengeluarmasukkan penis ke dalam duburnya.

Akhirnya, detik demi detik berlalu dan rasa sakit yang tadinya merajai anus Alya perlahan menghilang. Kini, anus Alya malah terangsang oleh penis Pak Bejo yang masih memenuhi liang pembuangannya. Alya mengatupkan gigi dengan erat sementara kepalanya terombang ambing dari kanan ke kiri. Rambutnya yang sebahu acak-acakan dan menutupi hampir seluruh wajahnya. Alya melenguh keras saat Pak Bejo terus melesakkan penisnya ke dalam anus Alya berulang-ulang, lagi dan lagi dan lagi dan lagi? Alya telah berhasil disodomi Pak Bejo.

Perlahan-lahan kesadaran mulai menyeruak di benak sang ibu muda yang cantik itu. Dia mulai sadar apa yang telah dilakukan Pak Bejo pada dirinya. Alya telah direndahkan derajatnya hingga titik yang paling nista. Wanita yang tadinya alim dan setia itu kini telah terjerembab ke jurang yang paling dasar. Tidak seharusnya wanita semulia Alya mendapatkan perlakuan yang busuk dan cabul seperti yang telah dilakukan Pak Bejo. Pria bejat itu telah memanfaatkan ketidakberdayaan wanita seperti Alya dan rasa malu yang amat sangat membuat istri Hendra itu hanya bisa menangis tersedu-sedu. Rasa bersalah, jijik dan malu silih berganti menaungi kesadaran Alya, namun rasa nikmat yang dirasakan di lubang duburnya membuat ibu muda itu mulai menyukai perlakuan Pak Bejo ini.

Tanpa kekuatan untuk menguasai diri sendiri dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, membuat Alya pasrah dan menyerah pada gairah seksual yang semakin menguasai tubuh dan perasaannya. Alya mulai bergerak menumbuk ke belakang dan menerima kontol Pak Bejo di dalam anusnya. Gerakan mereka berdua mulai seirama, sodokan demi sodokan yang dilancarkan Pak Bejo dibalas oleh gerakan mundur Alya yang menghentak. Penis Pa k Bejo makin lama makin melesak ke dalam. Permainan cinta mereka telah melewati ambang batas yang baru.

Keringat yang menetes deras membuat dahi Pak Bejo basah kuyup, namun pria tua itu memaksakan diri mencapai kenikmatan yang didapatkan terutama karena sempitnya lubang dubur Alya yang terus menerus digenjotnya. Pak Bejo kagum dengan bibir anus Alya yang mungil dan ketat yang meremas-remas penisnya yang keluar masuk dengan cepat. Senyumnya makin melebar saat merasakan kantong kemaluannya menumbuk bibir vagina Alya tiap kali dia menyodokkan kontolnya ke dalam anus wanita jelita itu. Pak Bejo menatap bangga penisnya yang keriput dan gemuk saat batang kemaluannya itu masuk ke dalam celah di antara pantat putih mulus Alya dan lenyap masuk ke dalam lubang anusnya.

Sempitnya lubang anus Alya memang tidak bisa mengalahkan nikmatnya menyetubuhi memek ibu muda yang cantik itu, tapi tiap kali melesakkan kontolnya, seakan Pak Bejo memasukkan penis ke dalam mesin penggiling daging. Perlahan-lahan pria tua itu bisa merasakan makin meningkatnya simpanan sperma yang menggunung dan siap meluncur kapan saja. Alya melenguh, menggila, meronta dan kebingungan. Wajahnya yang cantik memerah dan bola matanya bergerak naik turun seperti sedang kesurupan semetara keringat deras membanjir di seluruh tubuhnya. Alya sedang mengalami pengalaman luar biasa.

Alya mengembik seperti seekor kambing muda di bawah pelukan Pak Bejo. Teriakannya tercekat dan seluruh tubuhnya dipasrahkan kepada lelaki tua yang lebih pantas menjadi ayahnya itu. Alya hanya bisa mengembik dan melenguh penuh nafsu. ?Eungh, Pak Bejo! Pak Bejoooo!! Eunghhh!! Ahh! Ahh! Ahh! Ahh!?

Seluruh desahan yang keluar dari bibir merah Alya membuat Pak Bejo Suharso makin bersemangat. Tiap sodokan membawa Pak Bejo selangkah menuju kepuasan seksual yang prima. Pak Bejo menarik penisnya sampai ke ujung dan menikmati pemandangan di bawah pantat Alya. Anus Alya yang elastis dan sempit itu mengerut di ujung gundul kepala penisnya, Pak Bejo sengaja membiarkan ujung gundul itu tertinggal di dalam liang. Dengan satu sodokan yang mantap, Pak Bejo melesakkan lagi seluruh batang pelirnya. Alya mendesah manja karena kenikmatan yang dirasakannya. Pak Bejo menumbuk lagi lubang anusnya dan menarik tubuh indah ibu muda yang cantik itu ke belakang. Berulang-ulang Pak Bejo menyodomi Alya. Sempitnya anus mungil Alya membuat Pak Bejo seakan sedang memerawani memek seorang gadis berusia belasan tahun. Nikmatnya luar biasa.

Pak Bejo membelalakkan mata. Spermanya sudah mulai terkumpul di ujung gundul kepala penisnya dan setiap saat bisa meledak. Tubuh pak tua yang mesum itu tersentak-sentak merasakan kenikmatan luar biasa yang disediakan oleh lubang di pantat Alya. Pria tua itu mendorong penisnya ke dalam sekali lagi, dia juga menarik pantat Alya agar penisnya bisa masuk lebih dalam lagi. Rapatnya anus Alya membuat Pak Bejo merem melek keenakan. Tinggal sekali sentakan lagi, Pak Bejo akan mencapai orgasme.

?Argh! Aku mau keluar! Dorong ke belakang! Dorong pantatmu ke belakang! Lagi! Lagi! Lagi! Argh!!? Pak Bejo berteriak-teriak dan memejamkan mata penuh kenikmatan.

Alya yang berada dalam pelukan Pak Bejo untuk pertama kali sepanjang hidup akhirnya merasakan semprotan cairan sperma yang berwarna putih dan lengket memenuhi lubang anusnya. Semprotan mani Pak Bejo menyiram bagian dalam saluran pembuangan Alya bagaikan banjir besar yang mengantarkan kedua orang yang sedang bercinta itu ke titik klimaks persetubuhan mereka. Klimaks kedua Alya ini membuatnya menjerit lega, ia melepaskan gairahnya ke awang-awang. Alya bisa merasakan air mani Pak Bejo yang membanjiri lubang anusnya menetes ke bawah ke bibir memeknya.

Pak Bejo menggeram dan jatuh sambil memeluk tubuh telanjang Alya, mengunci tubuh indah itu di atas tikar dengan berat badannya sendiri. Pak Bejo melenguh puas. ?Hebat! Itu tadi luar biasa! Memekmu memang masih sempit dan enak sekali dientoti, tapi lubang anusmu yang masih perawan itu luar biasa nikmatnya! Lezat! Ha ha ha! Aku puas sekali menjadi orang yang pertama kali memerawani bokong wanita secantik Mbak Alya! Ha ha ha!?

Di bawah tubuh Pak Bejo, sosok indah Alya bergetar karena perasaannya sangat kacau. Nikmat sekaligus menyakitkan. Ibu muda itu bingung dengan perasaannya sendiri. Ya Tuhan, apa yang telah dilakukannya dengan pria hidung belang ini? Dia telah menyerahkan lubang anus yang bahkan belum pernah disentuh oleh suaminya sendiri pada Pak Bejo. Kini tidak ada lagi lubang yang tersisa dari tubuhnya yang belum pernah dilesaki kontol pria tua itu. Isak tangisnya tertahan karena takut pada Pak Bejo.

Perasaan malu dan kotor menyergap Alya. Wajahnya memerah karena dia tidak bisa melawan nafsu bejat tetangganya yang menjijikkan ini. Tubuh Alya bergerak mencoba melepaskan diri, tapi pelukan Pak Bejo terlalu erat.

?Ijinkan aku istirahat, Pak Bejo? aku harus bekerja besok pagi??

Pak Bejo bersungut-sungut. Tapi pria tua itu melepaskan pelukannya dari tubuh indah Alya. Penisnya mulai mengecil dan ditariknya keluar dari anus Alya. Terdengar bunyi letupan kecil saat kontol Pak Bejo ditarik keluar dari dalam dubur Alya yang menyempit.

Tubuh telanjang kedua sosok manusia berbeda jenis dan bertautan usia hampir 30 tahun itu berpelukan di tengah dinginnya udara malam. Keduanya lemas setelah bersetubuh di pagi ini. Pak Bejo merasa di puncak kebahagiaan karena ia mendapatkan kesempatan meniduri istri Hendra yang muda dan segar ini. Sedangkan bagi Alya, sekali lagi dia merasa malu dan bersalah baik kepada dirinya sendiri maupun pada keluarganya. Inilah dia, seorang istri yang tadinya setia dan alim dalam pelukan seorang laki-laki tua yang hanya menginginkan tubuhnya.

?Sana pulang.? bisik Pak Bejo sambil mengelamuti daun telinga Alya. ?Aku puas sekali malam ini. Sayang sekali besok pagi kamu harus masuk ke kantor.?

?Iya, aku harus bekerja besok pagi.?, Alya mendongak dan menatap mata Pak Bejo dalam-dalam. Inilah saatnya menyampaikan isi hatinya. ?Pak Bejo, ini tidak bisa diteruskan. Aku istri sah Hendra. Apa yang kita lakukan adalah perbuatan yang salah dan sangat terkutuk. Ijinkan aku pulang dan melupakan semua ini pernah terjadi. Biarlah yang sudah berlalu kita lupakan. Aku tidak akan melaporkan kepada siapapun tentang perkosaan yang dilakukan Pak Bejo kepadaku, tapi kumohon dengan sangat, Pak. Inilah terakhir kali Pak Bejo menyentuhku.?

?Enak saja! Kapan saja aku pengen, kamu akan aku entoti! Awas, kalau sampai kamu lapor pada orang lain! Kuhajar kamu! Kubunuh anakmu! Tidak usah banyak tingkah! Pulang dan tidur! Besok kita ngentot lagi!? Pak Bejo dengan kasar melempar tubuh Alya yang sudah dinikmatinya ke samping. Bandot tua itu segera mengambil celana dan bajunya lalu memakainya tanpa mempedulikan Alya yang masih telanjang bulat.

Tak lama kemudian, Pak Bejo yang sudah berpakaian kembali meninggalkan ibu muda yang cantik itu sendirian di dalam pos kamling.

Air mata menetes deras di pelupuk mata Alya. Kisahnya masih jauh dari usai.

###


Tidak ada komentar:

Posting Komentar