Jumat, 25 Juni 2010

Nafsu Binal Mbak Wulan


Nafsu Binal Mbak Wulan

Namaku Benny, peristiwa ini
sudah terjadi lama, ketika aku masih SMA
kelas 3. Saat itu aku masih perjaka ting²,
“main sabun” adalah satu²nya pelampiasan sex ku
. Aku punya seorang teman akrab, namanya Anton. Dia tinggal menumpang di rumah kakak lelakinya, Mas Har. Orangtua Anton tinggal di kota kecil A yg jaraknya kira² sejam perjalanan dari kotaku. Mas Har sudah beristri, namanya Mbak Wulan. Mereka belum dikaruniai momongan saat itu. Jadi serumah hanya ada mereka bertiga krn Mbak Wulan memang nggak punya pembantu.

Hubunganku dgn keluarga Anton (Mas Har
& terutama Mbak Wulan) sudah sangat akrab.
Mereka sudah seperti kakak kandung sendiri. Aku sering menginap di tempat Anton demikian pula sebaliknya. Jadi sudah tidak ada kecanggungan sama sekali di antara kami.

Mas Har orangnya agak pendiam, kebalikan dgn Mbak Wulan yg sangat bersahabat. Secara fisik Mbak Wulan tidaklah istimewa. Usianya saat itu sekitar 30 thn. Bodinya pun biasa saja, agak kecil malah. Tingginya sekitar 155 cm, badannya ramping. Kulitnya tidak terlalu putih tapi sangat mulus dan bersih krn dia rajin merawat tubuhnya. Wajahnya tidak terlampau cantik tapi cukup manis, lesung pipit selalu menghias pipinya. Yg paling menyenangkan dari Mbak Wulan adalah pembawaannya. Orangnya sangat ramah dan murah senyum. Diam² aku mengidolakan Mbak Wulan, kalau punya istri aku ingin yg seperti Mbak Wulan.

Saat itu aku sedang libur sekolah sehabis ujian. Pagi kira² jam 9 aku ke tempat Anton untuk mengajaknya main badminton. Aku masukkan Yamaha kesayanganku ke halaman rumah Anton. Mbak Wulan yg menyambutku di pintu sambil tersenyum.

“Anton mana Mbak?”
“Wah dia barusan pulang ke A, kemarin sore di telpon ibu disuruh pulang. Kamu janjian sama dia, Ben?”
“Ndak Mbak, cuman mau ngajakin badminton kok. Ya sudah Mbak, aku pulang aja.”

Aku sudah hendak menstarter motorku lagi.

“Eh Ben, bisa bantu Mbak ndak? Itu video kasetnya kusut di dalam ndak bisa keluar. Mas Har kan sudah seminggu training di Jakarta, Mbak ndak berani betuli sendiri takut malah makin rusak”
“Oke Mbak.”

Motor aku standardkan lagi dan aku bergegas masuk ke dalam. Aku langsung ke ruang tengah tempat TV dan videonya berada, ambil obeng di laci, terus aku bongkar itu video. (Tolong jangan ditertawakan ya, waktu itu memang belum ada yg namanya VCD). Mbak Wulan sudah masuk ke kamarnya lagi. Tidak sampai 10 menit kaset kusut yg terselip di rol dalam video itu sudah berhasil aku keluarkan, dan videonya sudah aku rapikan lagi. Aku buka laci tempat kaset video, aku comot sembarang kaset yg paling atas aja. Maksudku aku mau cobain, sudah bagus belum hasil “reparasi”ku.

Kaset aku masukin dan langusng aku Play. Ternyata yg aku comot tadi adalah kaset BF. Aku memang sudah tdk asing dgn film BF, maklum anak umur segitu. Kaset yg aku buat coba itu BF Asia, nggak tahu Thailand atau Filipina. “Mumpung Mbak Wulan di kamar,” aku pikir sambil coba video aku lihat BF dulu soalya jarang lihat BF Asia. Sekitar 5 menit aku nonton video, aku mulai terangsang juga, aku jadi agak lupa sama Mbak Wulan.

“Hayo … nonton apa”

Suara lembut Mbak Wulan mengagetkan aku. Aku tdk sadar kalau Mbak Wulan sudah keluar dari kamarnya krn aku memang membelakangi pintunya sambil duduk di karpet bersandar di sofa. Aku buru² bangkit mau mematikan video sambil tersipu malu.

“Anu Mbak …. cuman mau coba videonya, ambil kaset sembarang aja.”
“Jangan dimatikan Ben, Mbak juga mau nonton ah, temeni ya …” Mbak Wulan berkata dgn nada menggodaku.

Akhirnya kami berdua nonton BF sambil duduk di karpet bersandarkan sofa yg empuk. Mula² aku salah tingkah juga krn kehadiran Mbak Wulan. Tapi lama² terbawa oleh panasnya adegan di video, aku jadi lupa akan Mbak Wulan yg berjarak kurang dari semeter di kiriku. Aku sudah terangsang dan tanpa bisa dikomando, penisku sudah menegang dgn sendirinya. Pikiranku sudah betul² dimabokkan oleh tubuh² berkeringat yg ada di pandanganku. Tak sedetik pun aku mengalihkan tatapanku dari layar TV. Apalagi saat adegan blow job diperagakan si cewek thd si cowok.

“Ben, .. kamu pengin diemut kayak gitu?”

Suara lembut Mbak Wulan yg medok bhs Jawanya membuat aku terkejut. Tanpa sadar aku cuman bisa mengangguk pelan. Mbak Wulan beringsut mendekatiku dan dgn kode tangannya menyuruh aku duduk di sofa. Seperti kerbau dicocok hidungnya aku menurut saja duduk di sofa. Celana olahragaku yg komprang dan CD ku dipelorotkan oleh Mbak Wulan dgn sekali sentakan. Aku sudah tdk ingat lagi siapa Mbak Wulan itu. Batang penisku sudah berdiri tegak. Kepalanya sudah berwarna merah tua tanda darah sudah mengumpul disitu. Lendir sudah membasahi kepala penisku sehingga tampak makin mengkilap.

Sambil masih bersimpuh di karpet di hadapanku, jari² lentik Mbak Wulan mulai mengelus batang kemaluanku. Tanpa ber-kata² lagi Mbak Wulan mulai menciumi batang penisku. Lidahnya mulai me-nari². Dimulai dari bawah di kantong bijiku, lidah Mbak Wulan menggelitik terus merambat ke atas sampai di kepala penisku. Sampai disana, Mbak Wulan memasukkan penisku ke mulutnya, dihisap sedikit. Lalu dikeluarkan lagi dan dia mulai menjilati dari kantong bijiku lagi. Begitu seterusnya sampai tak seinci pun kulit kemaluanku yg tidak dijamah oleh lidah gesit Mbak Wulan. Kadang Mbak Wulan hrs bergeser sedikit demi menikmati seluruh permukaan penisku.

Aku betul² lupa segalanya. Yg kuingat hanya kenikmatan yg belum pernah aku rasakan sebelumnya. Seluruh tubuhku terasa kegelian krn jilatan lembut Mbak Wulan di penisku. Rasa geli bercampur kenikmatan sampai terasa di ujung jari kakiku. Nafasku mulai memburu. Aku tahu tidak lama lagi penisku akan memuntahkan lahar panasnya.

Tiba² Mbak Wulan merubah gayanya. Sekarang dia memasukkan seluruh batang kemaluanku yg memang tidak terlampau besar itu ke dalam mulutnya yg mungil. Lidahnya terus menggelitik tongkat kenikmatanku yg ada di dalam mulutnya. Aku makin tak tahan dan mulai menggelinjang menahan kenikmatan yg tiada taranya ini. Rupanya Mbak Wulan merasakan tubuhku makin menegang. Mulut dan lidahnya masih sibuk dgn penisku, tangan kirinya mengelus lembut perut bagian bawahku dan
jari² tangan kanannya meremas serta menggelitik kantong bijiku. Kepalanya digerakkan meng-angguk² sehingga kulit penisku yg sudah sangat sensitif ter-gesek² bibirnya yg tipis itu.

Makin lama gerakan anggukannya makin cepat. Aku sudah tidak punya pertahanan apa² lagi. Tanganku sudah meremas lembut rambut Mbak Wulan sambil sesekali menekan kepala Mbak Wulan. Gerakan kepala Mbak Wulan makin menggila.

“Ahhhhhhhhhhh crotttt crooot crooot”

Aku rasakan kenikmatan yg tdk bisa digambarkan dgn kata² sambil menyemburkan maniku di dalam mulut Mbak Wulan. Mbak Wulan tampaknya tdk terkejut dgn semburan itu, dia terus saja menggerakkan kepalanya sambil menyedot air maniku. Kenikmatan itu masih belum menghilang sekalipun ejakulasiku sudah tuntas. Mbak Wulan masih terus menghisap penisku tanpa sekali pun pernah mengeluarkannya dari mulut mungilnya. Setelah beberapa saat demikian teganganku mulai menurun. Gerakan kepala Mbak Wulan juga mulai melemah. Dgn gerakan sangat pelan dan lembut, bibirnya tetap mengatup batang kemaluanku, Mbak Wulan mengangkat kepalanya sampai seluruh penisku terlepas dari mulutnya.

Ah, aku betul² merasa di puncak surga dunia. Ini untuk pertama kalinya aku di blow job. Penisku masih berdiri sekali pun sudah tidak setegang tadi, mengkilap krn air liur Mbak Wulan tanpa ada tanda setetespun dari air maniku. Mbak Wulan memandangku tersenyum sambil bergerak bangkit duduk di sampingku. Dia mencium pipiku dgn mesra aku pun membalasnya.

“Makasih Mbak, tadi nikmat sekali. Mbak Wulan pinter.”
“Mbak juga seneng kok Ben, pejuhmu enak, ndak amis. Kamu baru pertama kali ini diemut ya Ben?”
“Iya Mbak,” jawabku malu²

Kami meneruskan nonton BF yg memang belum selesai sambil duduk berpelukan. Kadang² kami saling berciuman dgn mesra, tapi aku masih belum berani menjamah Mbak Wulan. Kalau ingat saat itu aku suka geli sendiri. Bagaimana tidak, kami duduk berdampingan, Mbak Wulan masih berpakaian lengkap daster baby-doll, sedangkan aku masih telanjang celana tapi masih pakai kaos olahraga.

To be continued …..

Kami terus menikmati adegan demi adegan di layar kaca sambil duduk berpelukan di sofa itu. Saling cium mesra menjadi bumbu menonton kami. Makin lama aku mulai terangsang lagi. Penisku mulai berdiri lagi. Mbak Wulan rupanya memperhatikan hal ini. Tangan kirinya mulai mengelus lembut batang kemaluanku yg baru saja dipuaskan dgn gelitikan lidahnya. Tiba² Mbak Wulan bangkit berdiri dan mematikan video dan TV.

“Kita ke kamar yuk Ben,” ajaknya.

Kami masuk kamar berdua. Lucu juga. Mbak Wulan menarik penisku yg sudah tegak berdiri sambil membimbingku masuk kamarnya.

“Kaosmu copot aja Ben”

Aku pun melepas satu² busana yg masih melekat di badanku. Agak malu juga aku telanjang bulat di hadapan Mbak Wulan.

“Mbak Wulan copot juga dong pakaiannya,” pintaku

Tanpa bicara sepatahpun Mbak Wulan mulai melepas baju dasternya. Terlihat kulit mulus pundak dan sebagian perut Mbak Wulan yg rata tanpa lemak sedikitpun. Dia masih mengenakan BH warna krem. Kedua tangannya menjulur ke punggungnya mencopot kaitan BHnya. Perlahan dilepasnya BH krem itu. Wow!. Sungguh pemandangan yg indah. Untuk pertama kalinya aku melihat secara langsung buah dada wanita. Biasanya aku hanya lihat di video atau foto saja. Buah dada Mbak Wulan tidak terlalu besar, seimbang dgn tubuhnya yg ramping itu. Putingnya kecil sebesar kismis, berwarna coklat tua. Tampak kedua puting Mbak Wulan sudah mengeras. Perlahan dgn sengaja sambil menghadap aku, Mbak Wulan membelai payudaranya, kedua tangannya menopang buah dadanya sambil diangkatnya sedikit. Sungguh pemandangan yg merangsang kelakianku.

Kemudian Mbak Wulan melepaskan celana baby-dollnya sekalian dgn CD nya. Sambil agak meliukkan tubuhnya kedua tangannya memelorotkan celananya. Mbak Wulan sudah bertelanjang bulat di hadapanku. Sungguh pemandangan yg sangat menggiurkan. Kulit tubuh Mbak Wulan, sekalipun itdak terlalu putih tapi sangat mulus. Bulu kemaluan Mbak Wulan sangat tipis dan jarang. Aku terus mengagumi tubuh polos Mbak Wulan. Kayaknya Mbak Wulan agak malu juga aku perhatikan seperti itu. Dia berjalan mendekatiku dan memelukku dari depan. Kami saling berciuman. Bibirku melumat bibir Mbak Wulan yg mungil tipis itu. Lidah kami saling menggelitik. Tubuh kami saling lengket. Buah dada Mbak Wulan yg ternyata sangat padat sekalipun tdk besar menekan keras dadaku. Bulu kemaluannya menggosok geli pahaku.

Kemudian Mbak Wulan melapaskan pelukannya terus berbaring telentang di tengah tempat tidur. Dgn tangannya dia memberi kode agar aku berbaring di sisinya. Tanpa perlu disuruh dua kali aku langsung menurutinya. Sambil berbaring aku mencium bibir Mbak Wulan. Aku mulai berani menjamah tubuh Mbak Wulan. Mula² aku belai pundaknya. Tanganku terus mengarah ke buah dadanya. Aku belai lembut payudara Mbak Wulan yg padat itu. Sekali² aku remas dgn mesra, sambil kami terus berciuman. Tangan Mbak Wulan membelai lembut punggungku.

Aku lepaskan bibirku dari bibir Mbak Wulan. Aku mulai mempraktekan apa yg sering aku lihat di film² BF. Aku mulai menciumi leher Mbak Wulan. Tangan kiriku masih me-remas² buah dada kanan Mbak Wulan. Kadang² putingnya yg sudah mengeras aku pelintir² dgn telunjuk dan ibu jariku. Mbak Wulan menanggapinya dgn desahan² lembut yg merangasang.

“Ahhhh … Ohhhhh … iya … iya … iya Ben … uuuhhh”

Aku makin PD meneruskan aksiku. Sepertinya Mbak Wulan menyukai apa yg aku lakukan. Ciumanku mulai aku arahkan lebih ke bawah, ke arah payudaranya. Aku jilat² bukit dada Mbak Wulan.

“Ohhhh … iya Ben …… uhhhh terus .. terus …. isep tetek Mbak … ohhh Ben .. iya”

Aku mengikuti instruksi Mbak Wulan. Aku hisap lembut puting susu Mbak Wulan yg sebelah kiri sambil memelintir putingnya yg kanan. Mbak Wulan meliuk kenikmatan.

“Iya … iya …. gitu … terus Ben … Ben …. ahhhhh”

Kemudian aku balik permainanku. Puting yg kanan yg aku jilat dan hisap dan yg kiri aku mainkan dgn jari² ku. Mbak Wulan makin menggelinjang.

“shhhhh shhhhhh …. ahhhh … uhhhhh iya … iya …. ohhh”

Tiba² Mbak Wulan duduk lalu merangkak. Kepalanya mengarah ke penisku yg memang sudah tegak sedari tadi. Mulutnya langsung mencium penisku dan mengulumnya. Lidahnya menggelitik kepala penisku yg ada di mulutnya. Kakinya mulai beringsut sedikit demi sedikit. Kemudian Mbak Wulan mulai mengangkang tepat di depan mukaku yg masih telentang itu. Sungguh pemandangan yg indah. Aku yg belum pernah melihat kemaluan wanita secara langsung bisa menikmati punya Mbak Wulan dari jarak cuman sejengkal. Bibir kemaluan Mbak Wulan sungguh tipis, liang kenikmatannya sedikit menganga, berwarna merah tua dan berlendir. Klitorisnya sudah berdiri mengeras sebesar kacang hijau. Warnanya merah pink. Aku mengangkat kepalaku, langsung aku ciumin kemaluan Mbak Wulan. Baunya agak amis tapi tidak membuat mual, persis seperti bau daging segar.

Aku mainkan lidahku di seputar lubang senggama Mbak Wulan.

“Ohhhh … ahhhh iya Ben … terus .. terus Ben … ahhhh … jilati tempik Mbak…”

Aku memang tdk bermaksud berhenti dari aksi lidahku itu. Seluruh permukaan kemaluan Mbak Wulan aku ciumi dan jilati. Kadang² lidahku aku sodorkan ke dalam lubang kenikmatan Mbak Wulan sambil aku gelitik pelan. Aku rasakan tubuh Mbak Wulan sedikit gemetar. Aku lanjutkan aksiku, kedua tanganku membelai dan meremas pantat Mbak Wulan yg kenyal itu. Kemaluan Mbak Wulan makin terasa berlendir bercampur dgn air liurku.

“shhhh … shhhhh …. ahhhh … ahhhhh …. jilati itilnya Ben .. ahhhh ahhhhh”

Entah perasaanku saja atau memang demikian, aku lihat klitoris Mbak Wulan sedikit lbh besar dari awalnya. Aku segera menggelitiknya dgn lidahku. Aku tarik bantal di dekatku aku topangkan di belakang kepalaku. Posisiku makin nyaman untuk menikmati seluruh permukaan kemaluan Mbak Wulan. Penisku masih di peras² oleh mulut Mbak Wulan. Dia hanya berhenti sekali² hanya untuk mengeluarkan desahan² kenikmatan.

“uhhh … uhhhh … shhhhh .. iya .. iya … ohhh nikmaaat .. terus … terus ,,,”

Kami terus di posisi itu beberapa saat. Tubuh Mbak Wulan mulai menegang, desahannya makin menggila. Sedotan mulut Mbak Wulan di penisku juga makin menguat. Lidahku makin giat menari mengitari lubang kemaluan Mbak Wulan. Sodoran lidahku ke liang kenikmatan Mbak Wulan semakin dalam. Tiba² tubuh Mbak Wulan mengejang gemetaran. Selangkangannya menekan kuat ke wajahku sampai aku hampir² tak bisa bernapas. Lidahku masih di dalam liang kenikmatan Mbak Wulan. Aku tidak bisa bergerak kecuali men-julur²kan lidahku semakin dalam. Tubuh Mbak Wulan gemetaran makin hebat, himpitan di wajahku semakin kuat, aku semakin tdk bisa bernapas.

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrrgggggggghhhhhh hhh ……….”

Mbak Wulan melenguh panjang sambil berbarengan aku rasakan makin banyak lendir yg meleleh keluar dari liang senggama Mbak Wulan. Lendir itu membasahi bibirku dan sekitar mulutku. Lidahku makin aku julurkan seakan menyambut lendir kenikmatan itu. Aku cengkeram pantat mulus Mbak Wulan dgn kedua tanganku. Tubuh Mbak Wulan sudah kaku tak diam bergerak. Hanya gemetaran dan suara lenguhan keras yg masih menandakan kehidupan di tubuh Mbak Wulan.

“Ooooooooooohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh ….”

Tak berapa lama kemudian tubuh Mbak Wulan berangsur melemas. Otot² yg tadi mengejang sudah mulai kendur. Perlahan² Mbak Wulan mengangkat selangkangannya dari wajahku. Dgn lembut Mbak Wulan beringsut dan berbaring di sisiku. Diciumnya bibirku dan sekitar mulutku yg belepotan lendir kenikmatannya.

“Makasih Ben ….. Mbak nikmat sekali … kamu memang jago Ben,” bisik lembut Mbak Wulan di telingaku.

Aku menjawab dangan kecupan lembut di pipinya. Selama ini aku pikir kenikmatan yg paling puncak adalah saat aku ejakulasi seperti ketika di blow job oleh Mbak Wulan di sofa tadi. Ternyata aku keliru, aku justru merasa nikmat secara bathin ketika mendengar bisikan lembut Mbak Wulan, lebih dari sekedar kenikmatan badani saat ejakulasi. Dan saat itu aku belum ejakulasi, penisku masih tegak menantang, tapi secara bathin aku sudah merasakan kenikmatan yg luar biasa, blm pernah aku rasakan sebelumnya

Aku mulai mencumbu Mbak Wulan lagi. Payudaranya kembali aku cium dan hisap dgn mulutku. Tampaknya Mbak Wulan sangat menikmatinya. Matanya terpejam, bibirnya menyungging senyum penuh kepuasan. Tangan Mbak Wulan mulai mem-belai² penisku yg memang masih berdiri. Dikocoknya lambat² sambil kadang diremas lembut. Aku mengimbangi dengan menggosok klitoris Mbak Wulan dgn jari tengahku. Kami masih saling raba dan remas seperti ini untuk beberapa saat. Sepertinya Mbak Wulan mulai terangsang lagi. Tubuhnya meliuk mengikuti gosokan jariku di liang kenikmatannya.

Mbak Wulan lalu bangkit, dia berjongkok di atas selangkanganku. Dari sela² bulu kemaluannya yg memang tipis dan jarang itu aku bisa mengintip lubang senggama Mbak Wulan sudah menganga merindukan penisku. Dgn masih berjongkok sambil kakinya berjingkat, pelan² dibimbingnya batang kelakianku dgn tangan kirinya, ke arah lubang kemaluannya. Dgn lambat diturunkannya pantatnya sehingga sedikit demi sedikit batang penisku menerobos masuk liang kemaluan Mbak Wulan. Pantatnya terus menurun sampai seluruh batang kejantananku hilang di dalam lubang kenikmatannya.

Kemudian dgn sangat pelan Mbak Wulan menggerakkan pantatnya naik turun. Aku merasakan kehangatan liang kewanitaaan Mbak Wulan menyelimuti batang kelakianku. Tangan Mbak Wulan bertumpu pada kedua lututnya. Gerakan pantatnya naik turun teratur dgn lembut sekali. Aku merasakan sensasi luar biasa yg belum pernah aku alami. Aku melihat Mbak Wulan terpejam merasakan kenikmatan yg sama. Tanganku mengarah ke pantat Mbak Wulan, aku belai lembut bukit pantatnya yg padat dan kenyal itu. Tanpa terasa dari mulutku keluar erangan kenikmatan.

“Ohhhh …. Mbak Wulan …. ohhhhh ….. Mbak Wulan”

Sepertinya eranganku ini malah menambah birahi Mbak Wulan. Dia sedikit mengubah posisi, sekarang pantatnya menduduki pahaku, kakinya dilipat ke belakang dan lututnya bertumpu di kasur. Dgn demikian seluruh batang kemaluanku amblas ke dalam liang kewanitaan Mbak Wulan. Sekarang pantat Mbak Wulan bergerak maju mundur. Tangan Mbak Wulan mulai meremas buah dadanya sendiri dan kepalanya mendongak ke belakang sambil matanya terus terpejam. Pantatnya bergerak berirama maju mundur.Sungguh pamandangan yg sangat indah, aku tidak akan pernah melupakannya sampai detik ini.

Gerakan pantat Mbak Wulan semakin cepat dan kuat. Tangannya masih meremas payudaranya dan kepalanya menggeleng ke kiri dan ke kanan dgn liar. Rambut Mbak Wulan yg lurus sebahu itu ikut tergerai mengikuti gerakan kepalanya. Mulutnya terbuka dan lidahnya tampak menjilati bibirnya yg tipis itu dgn sensual. Sesekali terdengar desahan dari mulutnya.

“Ohhhhh …ooohhhh …aaahhhh … ahhhhh”

Aku merasakan gesekan dinding liang senggama Mbak Wulan di kepala penisku yg sangat sensitif itu. Sungguh nikmat tak terkatakan. Aku tahu sebentar lagi aku akan mencapai klimaksnya. Dan sepertinya demikian juga dgn Mbak Wulan. Tubuhnya mulai menegang. Tiba² Mbak Wulan merebahkan tubuhnya menindih tubuhku, kakinya diselonjorkan. Pahanya mengatup rapat sehingga batang kemaluanku terjepit di antara kedua bibir kemaluannya. Mbak Wulan menciumi bibirku dan segera aku balas dgn tak kalah liarnya. Pantat Mbak Wulan melakukan gerakan memutar sambil menindih tubuhku. Aku merasakan kenikmatanku akan mencapai puncaknya. Tubuh Mbak Wulan sudah gemetaran hebat tapi dia terus memutar pantatnya tanpa mengangkatnya. Aku sudah tak tahan lagi, bemdunganku jebol saat itu tak tahan menghadapi letusan air maniku. Aku melenguh keras

“Oooooooohhhhhhhhhhh ……….”

Sedetik kemudian giliran Mbak Wulan yg mendesis panjang

“Sssssssssssshhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh … aaaaarrrrggggghhhhhhh”

Kami sama² merengkuh kenikmatan lahir bathin. Sungguh perasaan puas yg aku rasakan saat itu. Aku sama sekali tidak menyesal kehilangan keperjakaanku ditukar dgn kenikmatan yg sudah diberikan Mbak Wulan kepadaku. Tubuh Mbak Wulan masih menindihku. Kami masih bercumbu dan saling berciuman mesra. Aku belai rambut Mbak Wulan, aku kecup mata Mbak Wulan yg terpejam. Di dekat telinganya aku bisikan kata²

“Makasih Mbak Wulan.”
“Mestinya aku yg makasih Ben,” Mbak Wulan balas membisik.
“Kamu baru pertama kali ini gituan ama perempuan ya Ben?”
“He eh Mbak,” jawabku lirih dgn sedikit malu
“Ndak nyesel kamu kehilangan ngasih keperjakaanmu sama Mbak?”
“Sama sekali ndak Mbak. Kalau aku punya lima aku rela semuanya buat Mbak Wulan,” aku mulai berani menggoda.
“Huuu … dasar bocah gemblung,” tukas Mbak Wulan dgn bahasanya yg medok
“Cuci dulu yuk ah,” Mbak Wulan bangkit sambil tak lupa menghadiahkan kecupan di pipiku.

Kami pun berdua masuk kamar mandi sambil telanjang.

to be continued …..

Selesai cuci di kamar mandi kami kembali berpakaian. Kami sempat makan mie ayam yg kebetulan lewat di depan rumah. Memang perut jadi lapar setelah “pendidikan jasmani” tadi. Sambil makan kami berbincang ngalor ngidul sambil bercanda seperti yg biasanya kami lakukan. Selesai makan, kami duduk di sofa.

“Mbak punya video yg kayak tadi ndak?”
“Kamu pengen nonton yg apa Ben?” jawab Mbak Wulan tanpa canggung lagi
“Sembarang aja Mbak, yg menurut Mbak bagus aja.”

Mbak Wulan kemudian masuk kamarnya, aku dengar kunci lemari dibuka. Mbak Wulan keluar kamar sambil membawa satu kaset video.

“Ini aja Ben, Mbak juga belum nonton, ndak tahu bagus apa ndak.”

Mbak Wulan menghidupkan TV dan videonya. Kami duduk berdampingan sambil berdekapan. Ternyata yg diputar Mbak Wulan adalah BF barat. Isinya kebanyakan orang masturbasi, ada cewek dan cowok. Kami tonton saja apa yg ada sambil kami ngobrol². Aku mulai berani bertanya hal² yg pribadi² ama Mbak Wulan. Tentang seks juga aku tanyain. Mbak Wulan orangnya terbuka.

Dia cerita kalau Mas Har, suaminya, orangnya sangat kolot soal seks. Mereka melakukannya hampir tanpa variasi, bahkan oral seks seperti yg kami lakukan tadi, sudah tdk pernah mereka lakukan sejak beberapa thn terakhir ini. Padahal mereka menikah sudah 5 thn. Kebalikannya, Mbak Wulan sangat menikmati variasi seks. Dia bahkan mengaku kalau sering masturbasi sendiri unruk melampiaskan fantasi seksnya. Makanya dia tadi begitu menikmatinya bersama aku.

Sambil omong² kami terus nonton video. Pas adegannya seorang cowok onani. Kayaknya Mbak Wulan sangat menyukainya. Dia sangat memperhatikan sang cowok mengocok penisnya sendiri.

“Mbak terangsang ya lihat cowok ngocok?”
“Iya Ben …. Mbak paling terangsang lihat orang laki ngocok, kayaknya nikmat banget. Kamu pernah ngocok kan Ben?”
“Eh …. iya Mbak … kalau pas kepengen banget ya aku ngocok.”

Mbak Wulan terdiam, dia melanjutkan menikmati adegan si cowok. Sebetulnya aku kurang suka lihat adegan itu, tapi aku diam saja demi Mbak Wulan. Mendekati klimaksnya Mbak Wulan makin gelisah. Aku masih diam saja. Terus si cowok sampai klimaksnya, aku lirik Mbak Wulan sudah sangat terangsang, lidahnya menjilati bibirnya sendiri. Melihat reaksi Mbak Wulan aku jadi agak terangsang. Aku cium lembut bibir Mbak Wulan, dia pun membalasnya. Beberapa saat kami saling berciuman.

Adegan di video sudah berganti, sekarang giliran seorang cewek yg masturbasi. Tangannya meremas buah dadanya yg luar biasa gede, sambil tangan satunya menggosok kemaluannya. Sekarang giliran aku yg terangsang. Aku memang suka melihat adegan cewek masturbasi. Menurutku itu seksi sekali. Mataku tak lepas dari layar TV. Rupanya Mbak Wulan memperhatikan aku.

“Kamu juga suka lihat cewek masturbasi ya Ben?”
“Iya Mbak, paling suka. Merangsang banget.”
“Pernah lihat langsung cewek masturbasi Ben?”
“Pernah gimana Mbak? Lihat cewek telanjang aja baru tadi ama Mbak kok.”
“Kamu mau lihat Mbak masturbasi?”
“Ya pasti mau banget Mbak.”
“Tapi ada syaratnya Ben. Mbak mau masturbasi di depanmu tapi kamu juga mesti ngocok di depan Mbak.”

Sebetulnya aku agak risih ngocok di depan wanita. Belum pernah sih. Tapi demi melihat Mbak Wulan masturbasi langsung di depanku terpaksa aku hrs jalani.

“Mau Mbak,” jawabku lirih.

Kami pun kembali masuk ke kamar. Tanpa sungkan Mbak Wulan menelanjangi aku sampai aku bugil. Penisku sudah berdiri menantang. Tanpa di suruh akupun mencopoti pakaian Mbak Wulan satu demi satu sampai Mbak Wulan juga bugil di hadapanku. Kami saling memandangi tubuh bugil kami. Kemudian kami saling berciuman sebentar.

Mbak Wulan lalu tidur telentang di kasur. aku duduk di tepi ranjang memperhatikannya. Mbak Wulan mulai membelai seluruh tubuhnya sendiri. Mula² diremasnya buah dadanya yg sudah tegak berdiri itu. Kemudian kakinya membuka memperlihatkan seluruh kewanitaannya di hadapanku. Jari tangan kanannya mulai meng-gosok² klitorisnya. Sungguh merangsang. Tak terasa aku pun mulai membelai kemaluanku yg tegang sedari tadi. Mata Mbak Wulan tak lepas dari aksiku, mataku pun tak lepas dari gosokan jari lentik Mbak Wulan di liang kemaluannya. Kami melakukan ini beberapa saat.

Kemudian Mbak Wulan merubah posisinya. Sekarang dia nungging membelakangi aku. Kepalanya disandarkan ke bantal, miring sehingga tetap bisa melihat ke arahku. Pahanya agak dikangkangkan. Lubang kewanitaannya terlihat jelas dari tempatku. Jari tangan kirinya mulai lagi menggosok selangkangannya dari bawah. Wow sungguh pemandangan yg sangat indah. Jarinya digerakkan masuk keluar lubang senggamanya. Mulutnya tak henti berdesah

“Oooh … ooohhh … Ben … oooohhh …. kocok terus Ben … ohhhh seksi sekali Ben”

Pantat Mbak Wulan bergerak meliuk mengikuti gerakan jari tangannya. Kocokanku di penisku juga makin cepat. Kami terus saling mengagumi apa yg kami lakukan sampai beberapa menit berlalu. Hanya desahan dan erangan kenikmatan yg terdengar.

Mbak Wulan bangkit berdiri, sekarang dia berdiri di tepi ranjang, kaki kirinya diangkat bertumpu di tepi ranjang. Aku pun bangkit berdiri berhadapan dgn Mbak Wulan, kaki kananku juga aku angkat di tepi ranjang. Jarak kami kira² semeter. Mbak Wulan melanjutkan gosokan jari tangan kanannya di seputar kemaluannya. Aku pun mengimbangi dgn kocokan cepat pada penisku.

Mataku tak pernah berkedip sedetik pun dari aksi Mbak Wulan yang meliuk kenikmatan. Mata Mbak Wulan tak lepas dari penisku yg sedang aku kocok dgn keras. Tubuh Mbak Wulan menggelinjang dan meluik seirama gosokan jarinya di lubang kewanitannya. Tangan kirinya me-remas² payudaranya yg kian padat. Aku makin tak tahan menyaksikan Mbak Wulan, kocokanku di batang kemaluanku makin cepat dan kuat. Akhirnya pertahananku jebol juga.

“Uuuhhhhhhhhh croooots croooots ….”

Air kenikmatanku menetes membasahi lantai kamar. Melihat itu Mbak Wulan maju selangkah mendekat. Dia membungkuk sambil tetap meng-gosok² selangkangannya dgn kencang. Seluruh batang penisku dimasukkan kedalam mulutnya dan disedotnya dgn kuat. Tubuh Mbak Wulan bergetar hebat, tapi tak ada satu suara pun yg keluar dari mulutnya. Hanya hisapan panjang dan kuat yg aku rasakan di kemaluanku. Kenikmatan yg tiada tara aku alami saat itu.

Gosokan jari² lentik Mbak Wulan di organ kewanitaannya mulai melemah. Pelan² dicopotnya penisku dari mulutnya. Aku maju mendekat dan kami saling berpelukan. Bibir Mbak Wulan aku lumat habis dan Mbak Wulan membalas dgn tdk kalah hebatnya. Kami berciuman untuk beberapa saat.

“Makasih Ben …. Mbak benar² puas.”
“Aku juga Mbak.”

Sejak saat itu kami melakukan aktivitas secara rutin, biar pun tidak bisa dikatakan terlalu sering. Mbak Wulan banyak “mengajari” aku gaya² yg belum pernah aku bayangkan. Dia adalah mentorku dalam hal sex. Tidak hanya praktek, tapi Mbak Wulan juga mengajari aku bagaimana caranya membuat wanita terpuaskan secara teori. Biasanya kami lakukan di rumah Mbak Wulan kalau pas tidak ada orang atau kadang juga di kamar hotel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar