Jumat, 11 Juni 2010

Malangnya Sang Putri Indonesia-4


Malangnya Sang Putri Indonesia-4

Artika terkesiap. Dirinya diharuskan
melakukan oral seks dengan begitu banyak
orang, Artika menaksir ada 300 orang
anggota OPM yang berkumpul. "Jangan Tuan...
ampuni saya, jangan paksa saya melakukan itu.." "Jadi Nona lebih suka kalau saya memerintahkan mereka semua memperkosa Nona bergiliran?" bentak Wewengko. Artika langsung terdiam mendengar ancaman itu.

"Iya Tuan, saya akan menuruti kata Tuan..."
Artika menangis ketakutan. Dia lalu menuruti perintah Wewengko. Satu persatu anggota OPM itu menggilir Artika. Artika berusaha secepat mungkin mengulum penis para anggota OPM itu. Dan satu persatu para anggota OPM itu menyemburkan Spermanya ke mulut Artika, begitu banyaknya sperma yang masuk ke mulut Artika sampai Artika tidak mampu menelannya sehingga sebagian meleleh keluar dari sudut bibirnya yang merekah, Artika merasa perutnya penuh terisi sperma membuatnya muak ingin muntah, tapi sekuat tenaga Artika menahan untuk tidak memuntahkan sperma yang ditelannya. Tidak hanya di mulut Artika saja anggota OPM menyemprotkan sperma mereka bahkan ada pula yang menyemprotkan spermanya ke wajah dan tubuh Artika. Beberapa dari mereka ada pula yang meraba dan menggerayangi tubuh Artika sambil meremas bagian tubuh Artika yang sensitif seperti payudara, pantat dan vaginanya.
Sambil melakukan oral Seks, Artika juga dirangsang nafsu birahinya, hal itu membuat Artika makin bernafsu melakukan oral seks. Bahkan Artika melakukannya dengan tiga orang anggota OPM sekaligus menggunakan bibir dan kedua tangannya. Ada pula anggota OPM yang tidak sabar mengocok penisnya sendiri di depan wajah Artika lalu menyemprotkan spermanya ke wajah cantik itu. Tidak hanya di wajah Artika tapi juga di dada dan punggung Artika. Ada yang nekad menempelkan dan menggesek-gesekkan penisnya di punggung Artika sampai ejakulasi. Seluruh perlakuan itu diterima Artika berulang ulang, Artika sampai merasa hal ini tidak akan pernah berhenti karena banyak yang minta Artika mengulum penisnya dua tiga kali.

Di tengah usaha Artika melakukan oral Seks ada yang nekad mengumpulkan sperma kawan-kawannya di dalam cawan sampai penuh lalu meminta Artika meminumnya.
"Ini minum...", perintahnya. Artika menggeleng melihat cawan yang penuh berisi cairan sperma kental dan menjijikkan itu, tapi mereka memaksa Artika meminum sperma dalam cawan itu sampai habis.
Belum cukup sampai di situ seorang anggota OPM yang membawa cangkir berisi sperma menuangkan sperma itu ke rambut Artika dan mengeramasi rambut Artika dengan sperma. Ada pula yang mengoleskan spermanya sendiri pada payudara Artika sambil meremas-remas payudara itu. Biar tambah montok katanya tenang.

Berjam-jam lamanya Artika dikerjai dengan begitu brutal. Mereka baru selesai mengerjai Artika saat matahari mulai turun ke arah barat. Mereka yang puas melampiaskan nafsu seksualnya pada Artika meninggalkan Artika yang tergolek telanjang bulat di atas panggung, sekujur tubuhnya bahkan rambutnya basah oleh cairan kental sperma seperti baru saja mandi dengan cairan sperma.

Artika hanya bisa menangis mendapatkan perlakuan begitu brutal. Hidupnya seperti tidak berharga lagi. Lalu dengan tertatih-tatih Artika mencoba berdiri meninggalkan tempat terkutuk itu. Tapi baru beberapa langkah Artika berjalan, dia bertemu lagi dengan Tira, wanita Papua yang kasar dan kejam. Tira memandangi sekujur tubuh Artika yang bermandikan sperma dengan tatapan sinis.

"tsk.. tsk.. tsk...", Tira mencibir. "Sepertinya kamu senang dijadikan pelampiasan birahi mereka..."
Artika diam saja mendengar ejekan Tira meskipun hatinya terasa sakit dan sedih sekaligus malu.
"Sekarang mandi yang bersih!", membentak Tira galak, lalu tanpa menunggu jawaban Artika dia menarik tangan Artika menuju ke pancuran untuk membersihkan tubuh Artika dari cairan sperma yang membasahi sekujur tubuhnya. Artika hanya bisa pasrah dan menangis. Lalu setelah selesai, Tira menyelimuti tubuh telanjang Artika dengan selembar kain usang yang dibawanya kemudian dia membawa Artika kembali ke kamarnya, kamar dimana semalam Artika diperkosa oleh Wewengko. Oleh Tira, Artika hanya diberi selembar kain untuk menutupi tubuhnya yang telanjang bulat. Artika hanya bisa menangis, air matanya seolah kering. Karena kelelahan akibat dipaksa melakukan oral seks selama berjam-jam, Artika akhirnya tertidur.

Di tengah-tengah tidurnya, Artika merasakan pipinya dibelai dan dielus-elus oleh sebuah tangan kasar. Seketika itu pula Artika terbangun. Dia langsung menjerit melihat siapa yang sudah berada di sampingnya. Wewengko. Tapi kali ini Wewengko memakai pakaian lengkap. Meski begitu Artika tetap merasa ketakutan. Dia segera beringsut mundur ke sudut ranjang sambil mendekap tubuhnya yang hanya tertutup selimut usang sambil menangis. "Jangan Tuan.. jangan.." Artika merapat ke dinding, sementara di luar petir meggelegar dengan keras. Rupanya malam itu turun hujan yang sangat deras sehingga suasana menjadi dingin.
"Jangan takut Sayang..", Wewengko mendekati Artika dan kemudian duduk di sebelahnya sambil membelai rambutnya.
"Malam ini dingin sekali, kamu kedinginan?"
Artika hanya mengangguk tertahan, mencoba tidak menatap wajah Wewengko yang bercambang lebat.

"Aku juga kedinginan", Kata Wewengko, "Bagaimana kalau kita saling menghangatkan..?", tanya Wewengko sambil memeluk erat-erat tubuh Artika. "Jangan... ahh...", Artika meronta saat Wewengko mulai menyentuh bagian tubuhnya dengan ciumannya. Tapi Wewengko tidak melepaskan pelukannya, bahkan makin ketat memeluk tubuh Artika. Kemudian kembali dia mencumbui wajah Artika, bibirnya dengan rakus melumat bibir Artika yang mungil, lalu dengan lidahnya dia menelusuri pipi dan leher Artika.

"Ahhh... jangan.... ahhhh...", Artika meronta sekuat tenaga, tapi rontaan tubuhnya yang putih mulus itu justru membangkitkan gairah Wewengko. Dengan ganas Wewengko menciumi sekujur leher Artika. Pelan-pelan Artika kembali merasakan gejolak seksualnya bangkit, dan akhirnya dia pasrah digeluti oleh tubuh hitam besar itu sehingga ketika Wewengko membuka kain yang menutupi tubuhnya, Artika hanya diam saja.

"Dingin Tuan...", Artika mendekapkan tangannya ke payudaranya yang putih kenyal dan telanjang.
"Jangan khawatir... Sebentar lagi juga panas...", kata Wewengko tersenyum sambil menatap mata Artika yang bening dengan penuh arti. Dibukanya lipatan tangan Artika karena dia ingin menikmati dan merabai keindahan kedua payudara wanita itu. Artika membiarkan saja Wewengko memulai aksinya dan menikmati rangsangan yang diberikan padanya. Wewengko yang mengetahui Artika sudah pasrah makin bersemangat. Dengan tangannya yang besar dicengkeramnya kedua payudara Artika, pas segenggaman. Payudara itu kemudian diremasnya dengan kekuatan penuh. Artika meringis menahan sakit. Wewengko kemudian menggerak-gerakkan genggaman tangannya melingkar membuat payudara Artika seperti adonan kue yang sedang diuleni, hal itu membuat Artika merasa kegelian tapi juga sekaligus terangsang.

"Ohhh... Ahhhh... Ahhhhhh....", Artika merintih penuh kenikmatan, sikap kepasrahannya untuk disetubuhi membuatnya bisa menikmati setiap rangsangan Wewengko, apalagi ketika Wewengko mendaratkan ciuman-ciuman dan sapuan lidahnya ke bagian puting payudaranya membuat Artika tersentak-sentak dan menggeliat menahan desakan birahi yang kian meledak di dalam tubuhnya. Sekujur tubuh Artika basah oleh keringat sehingga tubuhnya yang mulus itu berkilau diterpa sinar lampu yang temaram. Dan dalam waktu singkat Wewengko telah berhasil membuat Artika tidak berdaya menolak apa pun yang dimintanya. Seakan wanita itu telah berada sepenuhnya dalam kekuasaannya.

"AAAAHHH... AAAHHHH...", terdengar erangan dari bibir mungil Artika saat dia kembali dilanda orgasme. Tubuhnya menegang kuat sekali utuk sesaat sebelum kemudian melemas kembali dan tergeletak di ranjang.

Wewengko tersenyum puas melihat wanita cantik itu terkapar tidak berdaya. Wewengko kemudian melucuti pakaiannya sendiri. Kini di atas ranjang dua tubuh telanjang berlainan jenis telah siap melakukan persetubuhan. Yang wanita adalah seorang wanita muda yang terbaring tak berdaya setelah diculik dengan tubuh yang langsing, kulit putih mulus dan wajah cantik rupawan. Seorang publik figur dengan status sebagai Putri Indonesia. Sedangkan si pria di atasnya yang siap menyetubuhinya adalah seorang dedengkot pemberontak yang selama ini dicari-cari oleh aparat penegak hukum.

Untuk kedua kalinya Artika dan Wewengko melakukan hubungan badan. Kali ini permainan menjadi amat bergairah. Artika sudah mulai terbiasa menerima sodokan penis Wewengko di kemaluannya. Keduanya sudah seperti pasangan yang serasi. sudah seirama dan saling beradaptasi dalam persetubuhan itu. Artikapun tak melakukan perlawanan sama sekali terhadap Wewengko. Dibiarkannya gembong pemberontak itu menggenjot vaginanya dan menuju puncak kenikmatan bersama. Artika yang memang wanita baik-baik dan terpelajar, kadang masih berusaha membuat kesan ia tidak begitu menikmati persetubuhan itu. Namun yang sebenarnya terjadi, Artika benar-benar menikmatinya. Berkali-kali Artika mengalami orgsme saat kemaluannya digenjot oleh penis Wewengko.

"OOOHHHHHH...", Artika mengerang kuat menikmati orgasmenya yang bertubi-tubi dan memabukkan. Rintihan dan ekspresi wajahnya yang erotis membuat Wewengko kian terpacu dan kian bersemangat menyetubuhi Artika yang seolah sudah resmi menjadi gundiknya.
"Artikaaaa... Hhhggggh...", lenguh Wewengko melepaskan semua sperma yang ditahannya dari tadi ke dalam rahim Putri Indonesia itu sebagai balasannya. Kemudian hening. Hanya degupan jantung keduanya yang terasa bergejolak di dada mereka yang saling menempel. Si gembong pemberontak dan gundik barunya menyatu bugil di atas ranjang. Keduanya berpelukan erat. Wewengko di atas Artika. Kaki Artika yang mengapit pinggul Wewengko menekan pantat Pemberontak itu supaya tetap di tempatnya. Mereka pun berciuman dengan ganas menikmati setiap detik keintiman mereka. Kedua tubuh itu masih saling menghimpit menciptakan sebuah pemandangan yang sangat kontras, tubuh yang putih, mulus dan langsing dengan wajah yang begitu cantik ditindih oleh sosok hitam legam dan bertato serta berwajah buruk.

Artika memejamkan matanya, air matanya meleleh membasahi pipinya yng putih, sementara Wewengko masih membirkan penisnya menancap di vagina Artika, mencoba merasakan kenikmatan tubuh Artika yang mulus itu sepuas-pusnya. Ditatapnya wajah cantik Artika dengan perasaan sangat puas. Sebuah sensasi dan kenikmatan tersendiri bagi Wewengko bisa menikmati kehangatan tubuh seorang Putri Indonesia yang begitu cantik seperti Artika. Tak pernah ia merasakan bersetubuh dengan wanita secantik dan seseksi Artika. Bisa bersetubuh dengan Artika ibarat mimpi yang menjadi kenyataan bagi Wewengko, apalagi mengingat status wanita yang sekarang sudah menjadi gundiknya itu adalah seorang Putri Indonesia, ya, Putri Indonesia, wanita paling cantik di seluruh negeri.

Ia merasakan perbedaan yang mencolok dibandingkan dengan semua pelacur yang ia kenal selama ini. Ini membuatnya ketagihan. Yang diinginkannya saat ini adalah menikmati setiap jengkal tubuh Artika sepuas-puasnya. Dalam pikiran Wewengko bahkan ingin bisa menghamili Artika. Jika Artika bisa hamil olehnya maka dia bisa mendapatkan keturunan dari rahim seorang wanita terpelajar seperti Artika yang bisa meneruskan statusnya sebagai pemimpin. Segala pikiran busuk dan jahat makin lama makin memenuhi kepala Wewengko, membuatnya tertawa penuh kemenangan, sementara tubuh Artika yang putih mulus masih berada di dalam dekapannya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar