Sabtu, 12 Juni 2010

Nikmatnya Saat Onani


Nikmatnya Saat Onani

Nama saya Toni (samaran) umur
saya 26 tahun, walaupun
tubuh saya tidak begitu
berotot tapi cukup atletis. Kata
teman-teman wajah saya ter
golong tampan. Saya kerja di salah
satu instansi pemerintah di kota J.

Setelah diterima di sebagai pegawai negeri instansi pemerintah
di kota J, makan otomatis saya harus mencari indekost karena
saya tidak punya saudara dekat di kota ini. Akhirnya saya mendapatkan sebuah kontrakan kecil dengan dua kamar. dan saya kost disitu. Salah satu kamar tepat bersebelahan dengan kamar saya sudah ditempati oleh seorang mahasiswi yang kuliah di kampus dekat tempat saya kost. Umurnya 22 tahun, kulitnya kuning langsat, tinggi 158cm, sangat baik dan ramah orangnya, namanya Intan.

Kamar kost kami berhadapan, disamping kamar saya terdapat sumur untuk mencuci dan kamar mandi.Tempat sumur itu dikelilingi tembok dengan tinggi sekitar 2 meteran. Jika korden jendela kamar saya yang berkaca gelap dibuka akan kelihatan sumur tempat intan mencuci setiap 2 hari sekali. Saya bisa menonton aktivitas intan di sumur tersebut dari dalam kamar saya sekitar jam 7 pagi, dengan memandangi kemulusan kulit wajah, leher, dada, tangan serta kakinya. Hal ini menjadi kebiasaan yang menyenangkan buat saya selama beberapa bulan pertama.

Sampai suatu saat saya bosan dan ingin melakukan sesuatu yang lain. Dari sinilah kegilaan itu bermula. Suatu hari ketika rumah pemilik kost kosong, saya masuk ke tempat mencuci itu lewat pintu tembusan ke dapur kontrakan. Pintu itu memang tidak pernah dikunci. Dari tempat itu saya mengamati jendela kamar saya..aman, ternyata kaca gelap itu menghalangi pandangan dari luar ke dalam walaupun gorden terbuka. Sejak saat itu saya tidak lagi mengintip dengan gorden tertutup tapi saya buka lebar-lebar. Hal itu benar-benar menyenangkan. Ketika Intan mulai ke sumur untuk mencuci, saya buka gorden dan juga buka semua pakaian saya hingga tinggal mengenakan celana dalam hitam lalu saya usap-usap, urut-urut batang kontol saya yang tersembunyi di balik CD saya, dengan kursi saya duduk menghadap ke sumur sambil memperhatikan aktivitas intan di sumur itu, sambil berimajinasi tentang tubuh intan, setelah kontol saya tegak keras maka saya lepas CDnya, oouughh..meloncat keluar batang kontol saya dengan kencangnya dari CD itu..saya lepas CDnya..dengan ukuran kontol yang besar serta berbulu lebat, lalu saya....onani, dengan mengocok-ngocok kontol saya, saya mainkan buah zakar saya. nikmat rasanya hingga saya orgasme. Saya benar-benar ketagihan dan hal itu saya lakukan beberapa hari.

Setelah beberapa hari saya membayangkan hal tergila yang pernah terpikir oleh saya. Saya berangan-angan seandainya saya telanjang dan onani didepan mata Intan. Saya benar benar bergairah jika membayangkanya. Pikiran itu mengganggu saya beberapa hari sampai akhirnya saya nekat untuk memenuhi keinginan saya itu. Pagi itu hari Rabu saya buka semua pakaian dan kembali melakukan aktivitas itu, namun kali ini jendela bagian nako saya buka sehingga kamar saya agak terang. Saya memang berharap Intan melihat apa yang saya lakukan, namun saya masih agak gugup.

Ketika Intan sudah mulai mencuci saya duduk dan onani seperti biasanya.saya tidak tahu apakah Intan melihat saya atau tidak, tapi sepertinya dia dapat melihat karena tingkahnya agak berbeda. Dia tampak gelisah dan sesekali melirik kekamar saya. Saya sendiri sangat menikmati momen itu. Jantung saya berdegup kencang ketika Intan melihat ke arah kamarku dan itu membuat sensasi yang sangat hebat saya rasakan, saya kocok-kocok, remas-remas, tarik-tarik kontol saya dengan cepat dan ketika orgasme, saya semprotkan peju saya ke luar lewat jendela nako.

Malam harinya saya tidak habis berpikir apa yang saya lakukan pagi itu. Tapi saya masih bimbang apakah Intan benar-benar melihat saya atau hanya mendengar suara aneh dari kamar saya. Sampai saya memutuskan melakukan yang lebih nekad esok hari.

Dua hari kemudian saya benar benar melakukannya. Ketika Intan di sumur mencuci, saya membuka nako, gorden dan semua pakaian saya lalu memulai onani seperti biasa, namun kali ini saya menyalakan lampu neon kamar saya. Kali ini saya yakin Intan bisa melihat saya yang telanjang bulat sedang beronani. Saya berdiri di dekat jendela dan mempertontonkan kemaluan saya yang berdiri tegang sambil terus memandangi dan mengocoknya.

Saya yakin Intan melihat dengan jelas kemaluan saya yang berukuran lumayan besar itu. Saya benar benar merasakan sensasi yang sangat hebat dan sangat bergairah. Sementara Intan tampak begitu gelisah dan berkali-kali melihat kearah kamarku dengan pandangan tajam lalu menunduk. Sampai akhirnya karena sensasi luar biasa itu akhirnya aku orgasme tidak lebih dari dua menit kemudian. Saat orgasme hebat itu aku mengerang dan menjulurkan kemaluanku ke luar jendela lewat nako yang terbuka. Saya melihat peju itu muncrat sampai ke samping tubuh Intan. Saya benar-benar lemas dan menghempaskan tubuh ke kasur sementara kulihat Intan begitu bingung, lalu saya berpakaian lagi terus berangkat kerja.

Sore hari itu juga ketika pulang dari kantor, didepan kontrakan saya berpapasan dengan Intan yang baru pulang juga dari kampusnya. Saya menunduk malu dan tidak berani melihatnya. Ketika hampir masuk pintu tiba-tiba Intan menegur saya, DEG!, Jantungku berdegup kencang saya benar benar gemetar namun kuberanikan menoleh, "ya Intan", jawab saya. Lalu dia mendekat,"Maaf Toni, tadi pagi waktu Intan lagi nyuci, kamu ngapain di kamar kamu?" Tanya Intan dengan lembut. Saya bertambah gemetaran mendengar pertanyaan itu. "Ma..maa..maafin Toni ya Intan", jawabku terbata-bata. Kami berdua diam beberapa saat. "Habis..Toni seneng liat Intan yang cantik sih, toni nggak tahan tan" kata saya nekat. Intan masih diam, tapi dia nggak tampak marah sedikitpun, heran. Dia tersenyum merah "Ya sudah, ..nggak apa asal kamu nggak kurang ajar sama Intan ya" Jawab Intan membuat saya benar benar lega. "Jadi..kalo besok Toni gitu lagi nggak apa-apa Intan ?" pertanyaan itu tiba-tiba keluar dari mulut saya. Intan tersenyum kecil, "Terserah kamu, Intan kan nggak rugi apa-apa". Jawaban itu membuat darahku berdesir. Seolah-olah Intan juga menyukai apa yang saya lakukan. Setelah itu saya pamit masuk kamar dengan rasa puas.

Tiga hari kemudian, kebetulan saya berangkat siang. Pagi itu saya benar benar bergairah untuk melakukan hal itu lagi, tapi kali ini saya berniat untuk melakukannya benar-benar di depan mata Intan. Jam 7-an Intan ke sumur untuk mencuci. situasinya benar-benar bagus. Saya keluar ke tempat sumur lewat pintu tembusan dapur kontrakan. Sampai di sumur saya lihat Intan sudah mulai mencuci. Intan bertanya "ada apa, Ton?". "Saya pengin melakukan yang kaya kemarin boleh kan Tan ?" kata saya. "Disini ?" katanya kurang percaya. "kalo intan nggak marah sih, lagian cuma kita berdua kan intan ?" kata saya. "Hmm..ya udah, tapi janji jangan kurang ajar sama intan ya?" katanya, "Nggak kok intan, toni pengin onani aja, Intan nyuci aja" jawab saya sambil menahan gairah yang mulai melonjak-lonjak.

Tanpa menunggu lagi, saya melucuti semua pakaian saya sampai telanjang bulat. Intan memandangi saya dengan senyum dan tersipu malu. Saya tidak hampir percaya semua ini, saya berdiri telanjang bulat di depan Intan yang begitu menggairahkan. Kontol saya yang sudah begitu membesar memanjang hanya berjarak kurang dari setengah meter dari wajah cantiknya. Intan sesekali memandang kemaluan saya.

Hal itu semakin menambah gairah saya. Dari posisi saya juga terlihat jelas payudara Intan dari lobang leher dasternya yang lebar. Tampaknya Intan tidak berusaha menutupinya. Sejauh ini aku hanya berdiri di depan Intan tanpa mengocok kontol saya, hanya sekedar diusap-usap saja. Saya masih menikmati sensasi aneh ini. Setelah beberapa saat, saya mengambil handbody yang saya siapkan lalu melumuri kontol saya. Intan hanya melihat, tampaknya intan tidak konsentrasi mencucinya. Aku mulai mengocok kontolku perlahan-lahan. sambil diputar2 batangnya, saya mainin bijinya. sstt..uugghh..uuffhh.. Beberapa menit berlalu. Saya berusaha menahan orgasme, agar kenikmatan sensasi ini lebih lama.

Setelah sekitar sepuluh menit lebih berlalu terlihat Intan mulai gelisah. Kepalanya tertunduk lesu, sementar saya terus mendesis nahan nikmat kocokan kontol saya. Sepertinya dia juga terangsang karena mengeleng-gelengkan kepalanya, menggigit bibirnya. Hal ini membuat saya berdesir hebat. Saya mendekatkan kontol saya yang sudah tegang dan keras ke wajahnya. Intan semakin gelisah dan nafasnya terdengar naik turun. Saya yakin dia menahan gairah yang sama pula. Saya berusaha menempelkan kontolku ke wajah intan, syukur, dia tidak menolak. Intan mulai memejamkan matanya. Lalu saya memperbaiki posisi berdiri.

Kini saya berdiri tepat di depan intan yang duduk. Dengan kaki yang berdiri agak lebar selangkangan saya menempel di wajah intan. Tangan kiri saya memegang kepala Intan dan tangan kanan menekan kemaluan saya yang menempel di pipi kanan Intan. Saya gosok-gosokkan kontol saya yang masih licin oleh Handbody ke pipi kiri, pipi kanan, dan hidung Intan. Dia diam saja, hanya mendesah "aaahh..tonnyy..", lalu saya nekad, saya tempelkan kepala kontol saya ke ujung bibirnya. saya gesek-gesekan.. "uugghh..sstt..", terus turun ke dagunya, sambil terus mengocok kontol saya dengan cepat. Sementara Intan terdengar melenguh kecil sambil tangan kiri mulai meraba-raba tetenya dan tangan kanan kini memegangi dan meremas pantat saya. Hal itu, hanya berlangsung beberapa menit, sampai saya tidak tahan lagi dan badan saya bergetar dan Croott..Croott..Croott..Croott..saya menyemprotkan peju di wajah Intan "sstt... aaarrrggghhh...oouughh...aarrggghhhh...uuffgghh" Desah saya, hhmm..nikmat sekali. Selama beberapa bulan berikutnya saya sering melakukan onani dengan ditonton Intan.

Ada sensasi tersendiri yang membuat saya terangsang hebat jika telanjang dihadapan Intan, entahlah mungkin karena dia cantik dan seksi atau saya yang mempunyai kelainan. Tapi yang jelas Intan tidak pernah keberatan jika saya menginginkan onani di depannya, bahkan jika tidak sedang keberatan, Intan mau membantu mengocok kontol saya. Tapi dia tidak pernah mau ML dengan saya, walaupun saya tahu dia juga terangsang saat melihat aktivitas saya di depan matanya.

Akhirnya kenikmatan itu harus terhenti ketika saya terpaksa harus pindah kost bersama teman saya yang juga kerja satu kantor dengan saya dua tahun kemudian dikota yang sama. Sejak saat itu hampir tidak ada lagi kenikmatan yang pernah saya alami bersama Intan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar